London (ANTARA) - Sekitar seratus pelajar Indonesia di Prancis mengikuti seminar tentang berkarir sebagai dosen atau peneliti baik di Paris maupun di

Indonesia yang diadakan PPI Paris bekerjasama dengan KBRI Paris, bertempat di Balai Budaya KBRI Paris, Jumat (17/5).

Ketua Panitia seminar yang juga Ketua PPI Paris, Putri Afiyah kepada ANTARA London, Sabtu mengatakan seminar bertemakan tentang pendidikan, karena sesuai dengan gerakan bulan Mei adalah bulan pendidikan.

Kegiatan seminar ini diharapkan menjadi penyemangat untuk anak bangsa yang sedang kuliah pada umumnya jenjang Master dan Doktor untuk berkarya di bidang Pendidikan, demikian Rully F Sukarno, mewakili KUAI KBRI Paris saat membuka kegiatan seminar. Apalagi pemerintah Indonesia melalui Kemenristekdikti beberapa waktu lalu saat seleksi CPNS dosen telah mengakomodir lulusan luar negeri dan juga jalur diaspora.

Kegiatan ini menjadi informasi penting bagi pelajar Indonesia di Prancis. Pembicara pada seminar ini sebanyak empat orang yaitu Dr. Darwis Khudori, Associate Profesor di bidang Kajian Oriental yang menjadi dosen di University of Le Havre sejak 1995, menyampaikan proses dan perjalanan panjang untuk menjadi dosen di Prancis. Menjadi dosen di Prancis melalui tahapan ketersediaan formasi, kemudian kualifikasi kandidat dengan melampirkan cv dan semua karya ilmiah, serta harus memiliki ijazah Doktor.

Setelah masuk kualifikasi minimal dua orang anggota dari CNU (Conseil National des Universités), yang akan memverifikasi semua berkas calon dosen.

Bersamaan dengan proses tersebut juga berjalan sistem administrasi yang mencari lowongan dosen dengan bidang ilmu yang sesuai dengan pelamar. Ketika sudah ada lowongan yang sesuai maka akan menerima surat panggilan untuk presentasi di depan juri penguji. Hasil dari presentasi akan diperingkat sesuai dengan jumlah lowongan dan calon yang mendaftar, dan proses ini bisa lintas daerah. Tidak kalah penting adalah bagaimana seorang dosen di Prancis dituntut untuk berkarya secara maksimal.

Pembicara kedua Dr. Laras Pitayu, mantan Ketua PPI Paris yang saat ini sebagai peneliti Post-doctoral, anggota tim peneliti Divisi Sel dan Reproduksi di Institut Jacques Monod UMR7592 CNRS.

Dr. Laras yang perpendidikan profesi farmasi dari ITB ini menceritakan proses sejak studi doktor hingga berkesempatan sebagai peneliti post-doktoral. Dr. Laras mengungkap berbagai suka dukanya sebagai peneliti dan berpesan kepada para pelajar agar nantinya mencari laboratorium tempat riset yang akan membuat nyaman dalam bekerja dan tidak hanya mengeksploitasi tenaga dan pikiran kita.

Pembicara ketiga Prof. Warsito, Doktor lulusan Prancis tahun 2003 ini, adalah profesor Fisika Instrumentasi di Universitas Lampung, yang sekaligus Atdikbud di KBRI Paris.

Prof. Warsito menyampaikan proses seleksi, perjalanan karir, dan penghargaan yang didapat seorang dosen di Indonesia. Proses seleksi dosen di Indonesia juga hampir sama dengan tahapan di Prancis, test tertulis dan wawancara serta presentasi. Pada tahap seleksi, ada juga tes wawasan kebangsaan meliputi nasionalisme, integritas dan bela negara, ini yang unik tandasnya.

Di akhir materi nya, Prof. Warsito menyampaikan bahwa kesejahteraan dosen di Indonesia sekarang sudah sangat baik, selain gaji pokok, tunjangan profesi, juga ada tunjangan kinerja atau remunerasi yang besarannya tergantung pada prestasi dosen tersebut dan penghasilan perguruan tinggi tempatnya bekerja.

Sebelum masuk sesi diskusi, ditampilkan penayangan video pembicara keempat tentang perjalanan karir Dr. Muhammad Khakim sebagai Asisten Profesor, yang mengawali karir nya sebagai dosen di Rennes School of Business.

Melalui konferensi video Dr. Khakim menjelaskan proses seleksi dan kualifikasi yang sangat ketat, dan berbekal pengalaman terpilih sebagai dosen. Dr. Khakim tidak bisa hadir langsung di acara seminar karena sedang mengikuti seminar di Kanada.

Para pelajar, peserta seminar mendapat materi sehingga memotivasi mereka belajar untuk menghasilkan banyak publikasi berkualitas merupakan bagian penting dari CV sebagai calon dosen. Kegiatan seminar diakhiri dengan buka puasa bersama dan sholat magrib. Di sela-sela acara buka puasa, Prof. Warsito, menyampaikan pesan agar pelajar di manapun nantinya berkarya untuk tetap cinta dan bangga kepada bangsa dan tanah air Indonesia. 
Baca juga: Prancis ingin terima pelajar Indonesia sebanyak mungkin
Baca juga: Pelajar Indonesia raih tujuh medali Olimpiade Sains di Prancis


Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019