Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) akan terus berada di pasar uang untuk menstabilkan nilai tukar guna menekan inflasi yang diakibatkan oleh barang-barang impor. Gubernur BI Burhanuddin Abdullah di Jakarta, Kamis, mengatakan tekanan inflasi pada 2008 kemungkinan cukup tinggi sebagai akibat dari harga minyak dunia yang terus meningkat. "Saya kira dari hari ke hari nilai tukar ini kita jaga dengan baik karena dia sangat mempengaruhi pada stabilitas tingkat harga-harga, kalau perhatian kita misalnya pada harga susu untuk anak-anak bayi, sementara sebagian besar susu itu diimpor dan ini nilai tukar kita sangat mempengaruhi tingkat inflasi dari susu itu," katanya. Untuk itu, menurut dia, BI selalu ada di pasar untuk menjaga agar tingkat gejolak (volatilitas) nilai tukar tak berlebihan. Ia mengatakan, pihaknya tengah merencanakan perubahan kebijakan moneter untuk mengatur gejolak rupiah, terutama di pasar uang antarbank. Sebab, menurut dia, meski SBI bulanan ditetapkan dengan suku bunga acuan BI (BI rate) namun gejolak masih terjadi pada pasar uang antar bank. "Kita lihat ada pasar uang antar bank yang belum diatur dengan baik sehingga gejolak di sana terjadi. Karena itulah nanti kita rencanakan pada tahun 2008 ini, ada perubahan operasionalisasi kebijakan moneter," katanya. Menurut dia, rencana perubahan kebijakan operasionalisasi kebijakan moneter tersebut akan disampaikan dalam `bankers dinner`. Sementara itu, BI bersama dengan Pemerintah telah mengadakan rapat koordinasi guna menetapkan sasaran inflasi jangka menengah. Yaitu untuk 2008 sebesar 5 plus minus satu persen, 2009 sebesar 4,5 plus minus satu persen, dan 2010 sebesar 4 plus minus satu persen.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008