Jakarta (ANTARA) - Konsultan properti Colliers International menyatakan kinerja sejumlah peritel besar dinilai kurang berkembang selama beberapa waktu terakhir karena banyak warga yang lebih memiliki minimarket atau supermarket untuk alasan efisiensi.

"Masyarakat cenderung untuk belanja ke supermarket terdekat atau melalui online untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto di Jakarta, Rabu.

Menurut Ferry Salanto, kinerja peritel pada saat ini umumnya tidak banyak pergerakan karena dinilai berada dalam kondisi yang dinilai "begitu-begitu saja".

Ia juga berpendapat bahwa berbagai toko ritel berukuran sangat besar sudah mulai ditinggalkan karena langkah ekspansif peritel toko kecil.

"Orang lebih banyak melihat dari sisi kepraktisan. Misalnya kita malas ke toko ritel besar karena waktunya lama, cari parkir susah, dan pilihannya lebih banyak," katanya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai penutupan beberapa gerai ritel modern Giant, yang dimiliki oleh PT Hero Supermarket Tbk, disebabkan persaingan bisnis, yang makin ketat.

"Itu hasil dari persaingan, kalau ada yang kalah dalam bersaing, itu normal," kata Darmin saat ditemui di Jakarta, 24 Juni.

Darmin mengatakan saat ini persaingan bisnis ritel modern sangat ketat, karena pelaku industri saling berlomba-lomba untuk menawarkan layanan terbaik kepada konsumen.

Untuk itu, ia meminta tidak ada hal yang dirisaukan dari persaingan bisnis ritel tersebut, karena ini merupakan bagian dari dinamika kegiatan ekonomi.

"Jangan dirisaukan, karena yang sana ada yang naik, sini ada yang turun," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey mengaku belum mendapatkan keterangan resmi dari Giant mengenai rangkaian penutupan beberapa gerai.

Namun, menurut dia, penutupan supermarket Giant di enam lokasi ini lebih karena alasan efisiensi agar korporasi dapat terus berusaha dan menghidupi bisnisnya.

Keenam gerai yang akan ditutup, kata Roy, akan direlokasi terhadap lokasi yang baru, yang lebih strategis dan memiliki potensi pendapatan lebih baik daripada gerai yang saat ini masih beroperasi.

Selain itu, ia menilai bahwa telah terjadi perubahan perilaku konsumen dari yang biasanya memasak di rumah dan berbelanja bahan pangan di supermarket, kini mereka lebih memilih untuk berkuliner.

"Adanya penurunan transaksi pangan, baik makanan dan minuman, akibat bergesernya perilaku konsumen. Konsumen lebih memilih kuliner di luar rumah sebagai gaya hidup masyarakat global," katanya.

Baca juga: Hero sebut penutupan Giant dampak perubahan belanja konsumen

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019