Batam (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan Kota Batam Kepulauan Riau mencatat 393 ekor kambing asal Lampung Tengah mati setibanya didaerah setempat, diduga karena kelelahan dalam pengiriman dari daerah asal.
“Dari 393 ekor kambing yang mati, 63 ekor diantaranya harus dipotong paksa. Kambing-kambing tersebut berasal dari Lampung Tengah yang dibawa ke Batam dengan sistem 'port to port' (pelabuhan ke pelabuhan). Sementara total kambing yang dikirim dari Lampung mencapai 2.535 ekor," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Batam, Mardanis di Batam Kepulauan Riau, Senin (4/7).
Mardanis mengatakan, kematian sejumlah kambing itu dipastikan bukan karena terkena wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) karena sebelum berangkat dari Lampung Tengah sudah tes PCR, dan dinyatakan bebas dari PMK.
“Saat dibawa menggunakan kapal, mungkin mereka terhimpit-himpit akibat kelebihan bawaan di dalam kapal, jadi bukan karena sakit atau PMK,” katanya.
Akibat banyak kambing yang mati, maka jumlah hewan kurban untuk memenuhi kebutuhan warga Batam diperkirakan kurang. Mardanis menyerahkan persoalan itu ke asosiasi hewan kurban Batam.
“Kita sudah koordinasi dengan pihak terkait bahwa semua sepakat ditangani oleh asosiasi. Mau itu kapalnya dari mana, itu dari asosiasi. Karena kami tidak mau juga memberatkan asosiasi untuk memakai kapal yang kami sediakan kalau itu memberatkan mereka,” ucap Mardanis.
Selain mati, pihaknya juga menemukan kambing yang terlihat sakit. Mardanis mengatakan bahwa Satgas PMK akan melakukan pengecekan bersama-sama untuk menentukan kelayakan hewan kurban.
“Nanti ada surat keterangannya, kurban itu harus sempurna, tidak boleh pincang, kakinya tidak boleh patah, kalau gejala klinis ringan masih boleh,” ucapnya.
Sementara itu, kambing yang masih hidup bertahan menjalani karantina dalam pengawasan pihak karantina hewan.
“Kalau karantina sudah yakin sehat, baru kemudian dilepas, dan ditempatkan di kandang,” kata dia.