Tanjungpinang (ANTARA) - Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad berkomitmen menjadikan Provinsi Kepri makin berbudaya setelah pantun diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda tentang kemanusiaan oleh Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO).
"Kita patut bangga karena pantun yang merupakan budaya masyarakat Melayu di Kepri dan Riau berhasil diakui UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization), sejak diusulkan pada tahun 2016," katanya di Tanjungpinang, Kamis.
Penetapan pantun menjadi Warisan Budaya Tak Benda ditandai dengan penyerahan sertifikat dari UNESCO oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim kepada Pemprov Kepri yang diwakili Kepala Dinas Kebudayaan Juramadi Esram di Jakarta, Selasa (16/8).
Baca juga:
Pemprov Kepri bagikan KTP elektronik warga binaan pada HUT RI
Ribuan warga Batam antusias saksikan lomba sampan layar rayakan HUT RI
Gubernur Ansar berharap dengan diserahkan sertifikat tersebut, maka pantun harus bisa digelorakan dalam keseharian masyarakat Indonesia, khususnya di Kepri.
"Dengan diserahkannya sertifikat dari UNESCO, tentunya dalam keseharian kita semua, kegiatan pemerintah daerah dan masyarakat diharapkan tidak melupakan budaya pantun ini," ucapnya.
Ia juga sudah memberikan pengarahan kepada Dewan Kesenian dan Dinas Kebudayaan di Kepri untuk membuat berbagai program dan kegiatan dalam pengembangan kesenian dan kebudayaan di daerah itu, salah satunya pantun.
"Kita bersama Provinsi Riau tentu harus lebih melestarikan pantun dari pada daerah lain," kata dia.
Ketua Dewan Kesenian Kepri Raja Ahmad Helmi mendukung pengembangan kesenian dan kebudayaan berupa pantun di daerah tersebut, termasuk rencana membangun Taman Budaya Kepri.
Menurut dia, Kepri memiliki tiga budaya asli yang potensial untuk dikembangkan dan diperkenalkan ke tingkat nasional dan internasional yaitu mak yong, pantun, dan joget dangkong.
"Jadi memang Dewan Kesenian Kepri lebih fokus kepada kesenian yang sudah tertinggal dan jadi kearifan lokal, kami sudah banyak mendapat arahan dari Pak Gubernur tentang kegiatan yang harus dijalankan," katanya.
Baca juga:
DKP Kepri dorong nelayan Natuna ajukan sertifikasi kapal
Dua kasus baru COVID-19 muncul di Natuna
Kepala Dinas Kebudayaan Kepri Juramadi Esram mengatakan sesuai arahan Gubernur Ansar, dengan diterima sertifikat pantun sebagai warisan dunia, hal itu menjadi titik awal dari mengakar budaya berpantun dalam kehidupan masyarakat setempat.
Hal ini sejalan visi Gubernur Ansar dan Wagub Marlin Agustina yaitu "Terwujudnya Kepri yang makmur, berdaya saing, dan berbudaya".
"Ini menjadi tugas kita bersama antara Dinas Kebudayaan dan Dewan Kesenian, terutama nantinya ada agenda Bulan Bahasa di bulan Oktober yang harus kita betul-betul maksimalkan untuk kebudayaan di Kepri," katanya.
Pantun telah dikenal lebih dari 500 tahun yang lalu sebagai tradisi lisan masyarakat Melayu di wilayah kepulauan di Asia Tenggara. Pantun merupakan syair yang digunakan mengekspresikan ide dan perasaan, serta nasihat-nasihat sejak kelahiran manusia hingga kematian.
Berikut contoh dua bait pantun Melayu yang dikutip ANTARA dari laman web Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kepri berkomitmen jadi provinsi berbudaya setelah pantun diakui UNESCO
"Kita patut bangga karena pantun yang merupakan budaya masyarakat Melayu di Kepri dan Riau berhasil diakui UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization), sejak diusulkan pada tahun 2016," katanya di Tanjungpinang, Kamis.
Penetapan pantun menjadi Warisan Budaya Tak Benda ditandai dengan penyerahan sertifikat dari UNESCO oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim kepada Pemprov Kepri yang diwakili Kepala Dinas Kebudayaan Juramadi Esram di Jakarta, Selasa (16/8).
Baca juga:
Pemprov Kepri bagikan KTP elektronik warga binaan pada HUT RI
Ribuan warga Batam antusias saksikan lomba sampan layar rayakan HUT RI
Gubernur Ansar berharap dengan diserahkan sertifikat tersebut, maka pantun harus bisa digelorakan dalam keseharian masyarakat Indonesia, khususnya di Kepri.
"Dengan diserahkannya sertifikat dari UNESCO, tentunya dalam keseharian kita semua, kegiatan pemerintah daerah dan masyarakat diharapkan tidak melupakan budaya pantun ini," ucapnya.
Ia juga sudah memberikan pengarahan kepada Dewan Kesenian dan Dinas Kebudayaan di Kepri untuk membuat berbagai program dan kegiatan dalam pengembangan kesenian dan kebudayaan di daerah itu, salah satunya pantun.
"Kita bersama Provinsi Riau tentu harus lebih melestarikan pantun dari pada daerah lain," kata dia.
Ketua Dewan Kesenian Kepri Raja Ahmad Helmi mendukung pengembangan kesenian dan kebudayaan berupa pantun di daerah tersebut, termasuk rencana membangun Taman Budaya Kepri.
Menurut dia, Kepri memiliki tiga budaya asli yang potensial untuk dikembangkan dan diperkenalkan ke tingkat nasional dan internasional yaitu mak yong, pantun, dan joget dangkong.
"Jadi memang Dewan Kesenian Kepri lebih fokus kepada kesenian yang sudah tertinggal dan jadi kearifan lokal, kami sudah banyak mendapat arahan dari Pak Gubernur tentang kegiatan yang harus dijalankan," katanya.
Baca juga:
DKP Kepri dorong nelayan Natuna ajukan sertifikasi kapal
Dua kasus baru COVID-19 muncul di Natuna
Kepala Dinas Kebudayaan Kepri Juramadi Esram mengatakan sesuai arahan Gubernur Ansar, dengan diterima sertifikat pantun sebagai warisan dunia, hal itu menjadi titik awal dari mengakar budaya berpantun dalam kehidupan masyarakat setempat.
Hal ini sejalan visi Gubernur Ansar dan Wagub Marlin Agustina yaitu "Terwujudnya Kepri yang makmur, berdaya saing, dan berbudaya".
"Ini menjadi tugas kita bersama antara Dinas Kebudayaan dan Dewan Kesenian, terutama nantinya ada agenda Bulan Bahasa di bulan Oktober yang harus kita betul-betul maksimalkan untuk kebudayaan di Kepri," katanya.
Pantun telah dikenal lebih dari 500 tahun yang lalu sebagai tradisi lisan masyarakat Melayu di wilayah kepulauan di Asia Tenggara. Pantun merupakan syair yang digunakan mengekspresikan ide dan perasaan, serta nasihat-nasihat sejak kelahiran manusia hingga kematian.
Berikut contoh dua bait pantun Melayu yang dikutip ANTARA dari laman web Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepri.
Kunjung kunjung di bukit tinggi
Kolam sebuah di bawahnya
Wajib insan mengenai diri
Sifat Allah pada tubuhnya
Nurani hakikat khatam
Supaya terang taut maha dalam
Berhenti angin ombak pun padam
Menjadi sultan kedua alam
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kepri berkomitmen jadi provinsi berbudaya setelah pantun diakui UNESCO