Batam (ANTARA News) - Studio Produksi Radio Republik Indonesia Batam, Provinsi Kepulauan Riau akan ditingkatkan menjadi Stasiun RRI Tipe C supaya lebih kuat berperan di daerah perbatasan antarnegara.
"Penguatan itu perlu kami lakukan karena stasiun produksi ini berada di segi tiga kerja sama pertumbuhan Singapura, Johor, Riau (Sijori)," kata Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik RRI, Parni Hadi, di Batam, Sabtu 25 September 2010.
Rencana tersebut, katanya, telah disampaikan kepada Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan.
Menurut Parni, Wali Kota Batam menyatakan akan membantu dengan mengatur alokasi anggaran bagi pengadaan gedung agar RRI di Batam lebih eksis dalam menjalankan visi dan misi, terutama di daerah perbatasan dalam menjaga kedaulatan negara melalui informasi publik.
Studio RRI Batam sejak beroperasi pada 27 Desember 2009 masih menyewa ruang di Gedung Pusat Promosi Sumatra, di Batam Kota.
Bila peningkatan status RRI Batam terwujud, maka di Kepulauan Riau, kelak terdapat tiga Stasiun RRI tipe C setelah di Tanjungpinang, dan di Ranai Kabupaten Natuna.
RRI Tipe C Batam akan menjadi yang ke-63 dari stasiun RRI tipe A, B dan C di berbagai daerah.
Dalam kunjungan ke redaksi Kantor Perum LKBN ANTARA Biro Kepulauan Riau, Parni menjelaskan, rencana penguatan studio Batam terkait dengan program Sabuk Pengamanan Informasi yang dilaksanakan LPP RRI sejak 2009.
Program itu bertujuan memberdayakan warga masyarakat perbatasan dalam bersuara di media radio publik, selain sebagai pengimbang terpaan berita dari berbagai media negara-negara tetangga ke wilayah perbatasan dari Aceh hingga Boven Digul.
Kepada Kepala Biro ANTARA Kepulauan Riau, Jo Seng Bie, Parni yang didampingi Kepala Stasiun RRI Tanjungpinang, Santoso, serta Koordinator RRI Batam, Yusri Darto, mengajak agar ANTARA dan Televisi Republik Indonesia bersinergi dengan RRI.
TVRI, RRI, juga ANTARA, harus bersaing dalam kreativitas, namun seharusnya juga bersinergi bagi kepentingan nasional dalam membangun persepsi kebangsaan, katanya.
Dengan RRI, misalnya, pemberitaan ANTARA tentang daerah akan dapat lebih banyak dipublikasikan melalui jaringan RRI untuk khalayak berbagai daerah perbatasan dan tetangga negeri.
Kerja sama sinergis antara lain dapat dilakukan RRI dalam rupa gelar wicara dengan pimpinan media maupun pertukaran berita.
Batam, kata Parni, strategis karena selain berada di Wilayah Kerja Sama Pertumbuhan Sijori, baru satu-satunya yang telah menjadi pintu industrialisasi di daerah perbatasan antarnegara.
"Kota ini pun suatu hari akan menjadi metropolitan seperti Jakarta," kata Parni, mantan Pemimpin Umum LKBN ANTARA pada masa pemerintahan Presiden BJ Habibie.
RRI di Batam dalam usia belum setahun telah mampu menarik minat pendengar khususnya warga negara Indonesia yang bermukim di Singapura dan Malaysia.
Studio produksi itu setiap hari menyajikan ragam hiburan, seni budaya, dialog dan mengumandangkan berita mengenai Indonesia.
RRI Batam siaran 24 jam per hari dengan memproduksi sebanyak 40 persen program acara sendiri berupa dialog, musik, berita dan hiburan, 30 persen dari RRI Tanjungpinang, dan 30 persen muatanya dari RRI Pusat.
Penyampaian informasi dilakukan RRI Batam dengan bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Mandarin.
"Sudah banyak pendengar aktif melalui telepon dan pesan pelayanan singkat (SMS) dari Singapura dan Malaysia pada acara dialog RRI Batam," kata Parni.
Yusri Darto, koordinator RRI stasiun produksi Batam menyebutkan dalam satu hari terdapat rata-rata 700 SMS dan 400 percakapan melalui telepon dari pendengar program interaktif RRI.
"Pesan singkat yang masuk 35 persen dari Singapura, 20 persen dari Malaysia, 45 persen dari Batam dan sekitarnya," kata Yusri.
Selain pesan singkat, terdapat sekitar 400 penelepon dari Singapura, Malaysia, dan Batam setiap hari pada program-program interaktif dan hiburan.
Dia merencanakan dalam waktu dekat RRI Batam akan menyajikan informasi dan pemberitaan berbahasa Melayu untuk pendengar lokal maupun warga Melayu di Singapura dan Malaysia.
"Mayoritas pendengar adalah masyarakat Melayu, meski di Batam juga dihuni oleh masyarakat dari berbagai suku di Indonesia," kata dia.
RRI Batam yang mengudara di frekuensi 105,1 FM, diasuh 10 personel dan seorang di antaranya cakap berbahasa Mandarin. (ANT-142/A013/Btm1)
"Penguatan itu perlu kami lakukan karena stasiun produksi ini berada di segi tiga kerja sama pertumbuhan Singapura, Johor, Riau (Sijori)," kata Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik RRI, Parni Hadi, di Batam, Sabtu 25 September 2010.
Rencana tersebut, katanya, telah disampaikan kepada Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan.
Menurut Parni, Wali Kota Batam menyatakan akan membantu dengan mengatur alokasi anggaran bagi pengadaan gedung agar RRI di Batam lebih eksis dalam menjalankan visi dan misi, terutama di daerah perbatasan dalam menjaga kedaulatan negara melalui informasi publik.
Studio RRI Batam sejak beroperasi pada 27 Desember 2009 masih menyewa ruang di Gedung Pusat Promosi Sumatra, di Batam Kota.
Bila peningkatan status RRI Batam terwujud, maka di Kepulauan Riau, kelak terdapat tiga Stasiun RRI tipe C setelah di Tanjungpinang, dan di Ranai Kabupaten Natuna.
RRI Tipe C Batam akan menjadi yang ke-63 dari stasiun RRI tipe A, B dan C di berbagai daerah.
Dalam kunjungan ke redaksi Kantor Perum LKBN ANTARA Biro Kepulauan Riau, Parni menjelaskan, rencana penguatan studio Batam terkait dengan program Sabuk Pengamanan Informasi yang dilaksanakan LPP RRI sejak 2009.
Program itu bertujuan memberdayakan warga masyarakat perbatasan dalam bersuara di media radio publik, selain sebagai pengimbang terpaan berita dari berbagai media negara-negara tetangga ke wilayah perbatasan dari Aceh hingga Boven Digul.
Kepada Kepala Biro ANTARA Kepulauan Riau, Jo Seng Bie, Parni yang didampingi Kepala Stasiun RRI Tanjungpinang, Santoso, serta Koordinator RRI Batam, Yusri Darto, mengajak agar ANTARA dan Televisi Republik Indonesia bersinergi dengan RRI.
TVRI, RRI, juga ANTARA, harus bersaing dalam kreativitas, namun seharusnya juga bersinergi bagi kepentingan nasional dalam membangun persepsi kebangsaan, katanya.
Dengan RRI, misalnya, pemberitaan ANTARA tentang daerah akan dapat lebih banyak dipublikasikan melalui jaringan RRI untuk khalayak berbagai daerah perbatasan dan tetangga negeri.
Kerja sama sinergis antara lain dapat dilakukan RRI dalam rupa gelar wicara dengan pimpinan media maupun pertukaran berita.
Batam, kata Parni, strategis karena selain berada di Wilayah Kerja Sama Pertumbuhan Sijori, baru satu-satunya yang telah menjadi pintu industrialisasi di daerah perbatasan antarnegara.
"Kota ini pun suatu hari akan menjadi metropolitan seperti Jakarta," kata Parni, mantan Pemimpin Umum LKBN ANTARA pada masa pemerintahan Presiden BJ Habibie.
RRI di Batam dalam usia belum setahun telah mampu menarik minat pendengar khususnya warga negara Indonesia yang bermukim di Singapura dan Malaysia.
Studio produksi itu setiap hari menyajikan ragam hiburan, seni budaya, dialog dan mengumandangkan berita mengenai Indonesia.
RRI Batam siaran 24 jam per hari dengan memproduksi sebanyak 40 persen program acara sendiri berupa dialog, musik, berita dan hiburan, 30 persen dari RRI Tanjungpinang, dan 30 persen muatanya dari RRI Pusat.
Penyampaian informasi dilakukan RRI Batam dengan bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Mandarin.
"Sudah banyak pendengar aktif melalui telepon dan pesan pelayanan singkat (SMS) dari Singapura dan Malaysia pada acara dialog RRI Batam," kata Parni.
Yusri Darto, koordinator RRI stasiun produksi Batam menyebutkan dalam satu hari terdapat rata-rata 700 SMS dan 400 percakapan melalui telepon dari pendengar program interaktif RRI.
"Pesan singkat yang masuk 35 persen dari Singapura, 20 persen dari Malaysia, 45 persen dari Batam dan sekitarnya," kata Yusri.
Selain pesan singkat, terdapat sekitar 400 penelepon dari Singapura, Malaysia, dan Batam setiap hari pada program-program interaktif dan hiburan.
Dia merencanakan dalam waktu dekat RRI Batam akan menyajikan informasi dan pemberitaan berbahasa Melayu untuk pendengar lokal maupun warga Melayu di Singapura dan Malaysia.
"Mayoritas pendengar adalah masyarakat Melayu, meski di Batam juga dihuni oleh masyarakat dari berbagai suku di Indonesia," kata dia.
RRI Batam yang mengudara di frekuensi 105,1 FM, diasuh 10 personel dan seorang di antaranya cakap berbahasa Mandarin. (ANT-142/A013/Btm1)