Tanjungpinang (ANTARA) - Anggota Komisi II DPRD Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Rudy Chua menilai harga tiket kapal yang tinggi dapat menghambat kedatangan wisatawan mancanegara (Wisman) dari negeri jiran Singapura maupun Malaysia ke daerah itu pada tahun 2023.
Menurutnya, setelah kedua negara tetangga itu membuka akses keluar masuk wisman pada pertengahan tahun 2022, operator kapal ferry penyeberangan internasional langsung menaikkan tarif tiket, contohnya rute Tanjungpinang - Singapura maupun Batam - Singapura naik menjadi Rp800 sampai Rp900 ribu, sementara sebelum pandemi COVID-19 hanya berkisar di angka Rp400 ribu.
"Kemarin sempat turun jadi Rp700 ribu, tapi belakangan naik lagi jadi Rp730 ribu, karena operator pelabuhan Singapura menaikkan biaya layanan atau service charge," kata Rudy Chua di Tanjungpinang, Senin.
Kondisi ini, kata dia, perlu didudukkan kembali antara pemerintah daerah dan operator kapal ferry internasional guna mencari solusi terkait masih tingginya harga tiket kapal tersebut, karena transportasi laut/kapal menjadi jembatan penghubung kunjungan wisman ke Kepri atau sebaliknya.
Sebelumnya, DPRD bersama Pemprov Kepri juga sudah melaporkan perihal kenaikan tarif tiket yang dinilai tak wajar itu kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Medan, Sumatera Utara.
"Tapi sampai sekarang belum ada hasilnya, apakah memang operator kapal masih rugi karena penumpang belum ramai atau mereka ingin memulihkan keuangan setelah dua tahun pandemi, itu kita belum tahu," ujar Rudy.
Selain itu, Rudy juga menyoroti pemerintah pusat kembali menerapkan kebijakan biaya Visa On Arivval (VoA) bagi turis asing yang masuk ke Tanah Air, khususnya Kepri.
Kebijakan itu juga bisa memicu rendahnya minat wisman datang ke Kepri, karena ini berkaitan dengan masa tinggal turis asing yang hanya sekitar dua atau tiga hari di daerah setempat.
"Beda dengan Bali, masa tinggal wisman di sana lebih lama. Sehingga mereka/wisman tidak keberatan membayar biaya VoA," ungkapnya.
Rudy mengapresiasi angka kunjungan wisman ke Kepri meningkat drastis pada tahun 2022 seiring membaiknya kondisi pandemi COVID-19. Berdasarkan data BPS hingga Oktober 2022, jumlah kunjungan wisman sudah mencapai 458 orang atau naik 200 persen lebih dibanding 2021.
Namun demikian, lanjut Rudy, pemerintah daerah dalam hal ini dinas pariwisata tidak boleh berpuas diri. Mengingat capaian kunjungan wisman itu masih 1/4 dari total kunjungan wisman Kepri sebelum pandemi COVID-19 yang sebanyak 2 juta orang.
Ia menyebut ini tentu jadi tantangan bagi Pemprov Kepri dan pemangku kepentingan terkait bagaimana meningkatkan kunjungan wisman ke Kepri di tahun 2023, paling tidak tingkat kunjungannya sama seperti sebelum pandemi melanda.
"Dua catatan saya soal harga tiket dan VoA, sekiranya jadi perhatian kita bersama supaya jangan sampai jadi penghambat pemulihan kunjungan wisman ke Kepri tahun ini," demikian Rudy Chua.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: DPRD sebut harga tiket kapal tinggi hambat kedatangan wisman ke Kepri
Menurutnya, setelah kedua negara tetangga itu membuka akses keluar masuk wisman pada pertengahan tahun 2022, operator kapal ferry penyeberangan internasional langsung menaikkan tarif tiket, contohnya rute Tanjungpinang - Singapura maupun Batam - Singapura naik menjadi Rp800 sampai Rp900 ribu, sementara sebelum pandemi COVID-19 hanya berkisar di angka Rp400 ribu.
"Kemarin sempat turun jadi Rp700 ribu, tapi belakangan naik lagi jadi Rp730 ribu, karena operator pelabuhan Singapura menaikkan biaya layanan atau service charge," kata Rudy Chua di Tanjungpinang, Senin.
Kondisi ini, kata dia, perlu didudukkan kembali antara pemerintah daerah dan operator kapal ferry internasional guna mencari solusi terkait masih tingginya harga tiket kapal tersebut, karena transportasi laut/kapal menjadi jembatan penghubung kunjungan wisman ke Kepri atau sebaliknya.
Sebelumnya, DPRD bersama Pemprov Kepri juga sudah melaporkan perihal kenaikan tarif tiket yang dinilai tak wajar itu kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Medan, Sumatera Utara.
"Tapi sampai sekarang belum ada hasilnya, apakah memang operator kapal masih rugi karena penumpang belum ramai atau mereka ingin memulihkan keuangan setelah dua tahun pandemi, itu kita belum tahu," ujar Rudy.
Selain itu, Rudy juga menyoroti pemerintah pusat kembali menerapkan kebijakan biaya Visa On Arivval (VoA) bagi turis asing yang masuk ke Tanah Air, khususnya Kepri.
Kebijakan itu juga bisa memicu rendahnya minat wisman datang ke Kepri, karena ini berkaitan dengan masa tinggal turis asing yang hanya sekitar dua atau tiga hari di daerah setempat.
"Beda dengan Bali, masa tinggal wisman di sana lebih lama. Sehingga mereka/wisman tidak keberatan membayar biaya VoA," ungkapnya.
Rudy mengapresiasi angka kunjungan wisman ke Kepri meningkat drastis pada tahun 2022 seiring membaiknya kondisi pandemi COVID-19. Berdasarkan data BPS hingga Oktober 2022, jumlah kunjungan wisman sudah mencapai 458 orang atau naik 200 persen lebih dibanding 2021.
Namun demikian, lanjut Rudy, pemerintah daerah dalam hal ini dinas pariwisata tidak boleh berpuas diri. Mengingat capaian kunjungan wisman itu masih 1/4 dari total kunjungan wisman Kepri sebelum pandemi COVID-19 yang sebanyak 2 juta orang.
Ia menyebut ini tentu jadi tantangan bagi Pemprov Kepri dan pemangku kepentingan terkait bagaimana meningkatkan kunjungan wisman ke Kepri di tahun 2023, paling tidak tingkat kunjungannya sama seperti sebelum pandemi melanda.
"Dua catatan saya soal harga tiket dan VoA, sekiranya jadi perhatian kita bersama supaya jangan sampai jadi penghambat pemulihan kunjungan wisman ke Kepri tahun ini," demikian Rudy Chua.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: DPRD sebut harga tiket kapal tinggi hambat kedatangan wisman ke Kepri