Bintan, Kepulauan Riau (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mendeteksi fenomena "cold surge" atau gangguan tropis yang menyebabkan cuaca buruk di Pulau Bintan (Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan) dan sebagian wilayah utara Provinsi Kepulauan Riau.
Prakirawan BMKG Tanjungpinang Vivi Putri di Tanjungpinang, Rabu, mengatakan gangguan tropis menyebabkan angin kencang, hujan deras, dan gelombang tinggi. Sekitar pukul 07.00 WIB cuaca buruk menerpa Pulau Bintan, Kota Batam, Natuna, Lingga, dan Kepulauan Anambas.
Bahkan gelombang laut di Perairan Natuna, khususnya yang sempat landai sejak awal Februari 2023, menjadi tinggi. Berdasarkan pemantauan BMKG gelombang laut di daerah tersebut mencapai 4 meter, sedangkan gelombang laut di Bintan, Lingga, dan Anambas 2,5 meter.
"Gangguan tropis menyebabkan muncul cuaca buruk di daerah yang dilewati aliran tersebut yang sedang aktif," ujarnya.
Vivi menjelaskan hujan deras dan angin kencang juga disebabkan adanya daerah pertemuan angin atau konvergensi di lapisan atas. Kondisi tersebut mengakibatkan perlambatan pergerakan massa udara dan terjadinya penumpukan massa udara sehingga dapat membentuk awan-awan konvektif penyebab hujan.
Gelombang laut yang tinggi juga disebabkan musim angin utara di Kepri. Musim angin utara terjadi sejak November 2022 dan diperkirakan berakhir pada Maret 2023.
"Kepri masih dalam musim angin utara yang menyebabkan tiupan angin di wilayah ini cukup kuat, terlebih di wilayah Natuna sehingga kondisi tersebut berpengaruh terhadap tinggi gelombang. Di mana pembangkit gelombang laut adalah angin sehingga ketika tiupan angin cukup kuat dapat menyebabkan tinggi gelombang laut menjadi tinggi," ucapnya.
Cuaca buruk yang melanda Pulau Bintan menyebabkan jaringan pembangkit listrik terganggu. PLN melakukan pemadaman listrik mulai pukul 09.00-13.00 WIB di sebagian wilayah Pulau Bintan akibat kerusakan pada jaringan pembangkit listrik tersebut.
"Kami imbau masyarakat untuk memotong batang atau pohon yang mudah patah atau tumbang untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan ketika angin kencang," kata dia.
Ia juga mengimbau pengguna transportasi laut, khususnya di Natuna, untuk mewaspadai gelombang tinggi.
"Nelayan yang menggunakan perahu kecil agar mewaspadai cuaca buruk," katanya.
Prakirawan BMKG Tanjungpinang Vivi Putri di Tanjungpinang, Rabu, mengatakan gangguan tropis menyebabkan angin kencang, hujan deras, dan gelombang tinggi. Sekitar pukul 07.00 WIB cuaca buruk menerpa Pulau Bintan, Kota Batam, Natuna, Lingga, dan Kepulauan Anambas.
Bahkan gelombang laut di Perairan Natuna, khususnya yang sempat landai sejak awal Februari 2023, menjadi tinggi. Berdasarkan pemantauan BMKG gelombang laut di daerah tersebut mencapai 4 meter, sedangkan gelombang laut di Bintan, Lingga, dan Anambas 2,5 meter.
"Gangguan tropis menyebabkan muncul cuaca buruk di daerah yang dilewati aliran tersebut yang sedang aktif," ujarnya.
Vivi menjelaskan hujan deras dan angin kencang juga disebabkan adanya daerah pertemuan angin atau konvergensi di lapisan atas. Kondisi tersebut mengakibatkan perlambatan pergerakan massa udara dan terjadinya penumpukan massa udara sehingga dapat membentuk awan-awan konvektif penyebab hujan.
Gelombang laut yang tinggi juga disebabkan musim angin utara di Kepri. Musim angin utara terjadi sejak November 2022 dan diperkirakan berakhir pada Maret 2023.
"Kepri masih dalam musim angin utara yang menyebabkan tiupan angin di wilayah ini cukup kuat, terlebih di wilayah Natuna sehingga kondisi tersebut berpengaruh terhadap tinggi gelombang. Di mana pembangkit gelombang laut adalah angin sehingga ketika tiupan angin cukup kuat dapat menyebabkan tinggi gelombang laut menjadi tinggi," ucapnya.
Cuaca buruk yang melanda Pulau Bintan menyebabkan jaringan pembangkit listrik terganggu. PLN melakukan pemadaman listrik mulai pukul 09.00-13.00 WIB di sebagian wilayah Pulau Bintan akibat kerusakan pada jaringan pembangkit listrik tersebut.
"Kami imbau masyarakat untuk memotong batang atau pohon yang mudah patah atau tumbang untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan ketika angin kencang," kata dia.
Ia juga mengimbau pengguna transportasi laut, khususnya di Natuna, untuk mewaspadai gelombang tinggi.
"Nelayan yang menggunakan perahu kecil agar mewaspadai cuaca buruk," katanya.