Jenewa (ANTARA) - WHO pada Selasa mengatakan ada pemberitahuan tren peningkatan penyakit menular di penampungan PBB di Gaza, mengutip data dari lembaga pengungsi Palestina PBB (UNRWA).
Menurut lembaga tersebut, lebih dari 1,1 juta orang mengungsi di fasilitas UNRWA.
Data tersebut menunjukkan "peningkatan besar-besaran" beberapa penyakit menular seperti diare, infeksi pernapasan akut, infeksi kulit, dan kondisi yang berkaitan dengan kebersihan seperti kutu, ungkap juru bicara WHO Margaret Harris pada konferensi pers PBB.
Pernyataan Harris mengacu pada peningkatan penyakit diare hingga 45 kali lipat dan diare berdarah hingga 14 kali lipat dibanding 2022.
Kondisi penampungan yang buruk seperti penuh sesak dengan keterbatasan air, makanan, dan bahan bakar menjadi faktor utama peningkatan luar biasa penyakit menular ini, kata dia.
Dia mengatakan pada Jumat, WHO melakukan misi penilaian ke tempat penampungan UNRWA di Gaza utara.
Hasil penilaian itu menyebutkan “kurangnya pengumpulan sampah di sekitar tempat penampungan, sangat terbatasnya akses terhadap konsultasi medis, tidak adanya obat-obatan, tidak ada vaksinasi, tidak adanya akses untuk air yang aman dan kebersihan, dan tidak ada makanan."
"Tingginya jumlah kasus diare diantara bayi-bayi juga telah dilaporkan, dan tanpa tersedianya tindakan medis bagi mereka," kata Harris, menambahkan bahwa pasien menderita kondisi kronik karena kurangnya akses untuk mendapatkan obat-obatan penting yang mereka butuhkan.
Juru bicara WHO itu juga mengatakan ada 35.000 orang yang tinggal dengan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, dan hipertensi.
Selain itu Harris juga mengatakan ada 50.000 wanita hamil di Gaza dimana 5.000 diantaranya diperkirakan akan melahirkan bulan depan, dan dengan rata-rata 183 kelahiran per hari. Dua puluh dari bayi-bayi itu akan lahir membutuhkan perawatan khusus.
Sementara itu, Uni Eropa (EU) pada Selasa menyerukan untuk mempercepat masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza
Komisaris Eropa untuk Manajemen Krisis Janez Lenarcic, pada sebuah panel di Press Club Brussels, menyoroti jumlah signifikan bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza sejak dimulainya jeda kemanusiaan pada 24 November.
Namun dia menyayangkan proses penyaringan di perbatasan Rafah antara Gaza-Israel yang memakan waktu lama.
Lenarcic mengatakan bahwa kapasitas penyaringan seharusnya ditingkatkan dan lebih banyak bahan bakar dibolehkan masuk ke Gaza.
Qatar pada Senin mengumumkan kesepakatan untuk memberi tambahan dua hari pada jeda kemanusiaan empat hari dalam konflik, dimana pertukaran tahanan akan dilanjutkan.
Israel melancarkan serangan militer besar-besaran di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.
Sejak itu, serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, termasuk 6.150 anak-anak dan 4.000 perempuan, menurut otoritas kesehatan di wilayah kantong tersebut.
Korban tewas resmi di Israel mencapai 1.200 orang.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: WHO peringatkan peningkatan penyakit menular di kamp pengungsi Gaza
Menurut lembaga tersebut, lebih dari 1,1 juta orang mengungsi di fasilitas UNRWA.
Data tersebut menunjukkan "peningkatan besar-besaran" beberapa penyakit menular seperti diare, infeksi pernapasan akut, infeksi kulit, dan kondisi yang berkaitan dengan kebersihan seperti kutu, ungkap juru bicara WHO Margaret Harris pada konferensi pers PBB.
Pernyataan Harris mengacu pada peningkatan penyakit diare hingga 45 kali lipat dan diare berdarah hingga 14 kali lipat dibanding 2022.
Kondisi penampungan yang buruk seperti penuh sesak dengan keterbatasan air, makanan, dan bahan bakar menjadi faktor utama peningkatan luar biasa penyakit menular ini, kata dia.
Dia mengatakan pada Jumat, WHO melakukan misi penilaian ke tempat penampungan UNRWA di Gaza utara.
Hasil penilaian itu menyebutkan “kurangnya pengumpulan sampah di sekitar tempat penampungan, sangat terbatasnya akses terhadap konsultasi medis, tidak adanya obat-obatan, tidak ada vaksinasi, tidak adanya akses untuk air yang aman dan kebersihan, dan tidak ada makanan."
"Tingginya jumlah kasus diare diantara bayi-bayi juga telah dilaporkan, dan tanpa tersedianya tindakan medis bagi mereka," kata Harris, menambahkan bahwa pasien menderita kondisi kronik karena kurangnya akses untuk mendapatkan obat-obatan penting yang mereka butuhkan.
Juru bicara WHO itu juga mengatakan ada 35.000 orang yang tinggal dengan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, dan hipertensi.
Selain itu Harris juga mengatakan ada 50.000 wanita hamil di Gaza dimana 5.000 diantaranya diperkirakan akan melahirkan bulan depan, dan dengan rata-rata 183 kelahiran per hari. Dua puluh dari bayi-bayi itu akan lahir membutuhkan perawatan khusus.
Sementara itu, Uni Eropa (EU) pada Selasa menyerukan untuk mempercepat masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza
Komisaris Eropa untuk Manajemen Krisis Janez Lenarcic, pada sebuah panel di Press Club Brussels, menyoroti jumlah signifikan bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza sejak dimulainya jeda kemanusiaan pada 24 November.
Namun dia menyayangkan proses penyaringan di perbatasan Rafah antara Gaza-Israel yang memakan waktu lama.
Lenarcic mengatakan bahwa kapasitas penyaringan seharusnya ditingkatkan dan lebih banyak bahan bakar dibolehkan masuk ke Gaza.
Qatar pada Senin mengumumkan kesepakatan untuk memberi tambahan dua hari pada jeda kemanusiaan empat hari dalam konflik, dimana pertukaran tahanan akan dilanjutkan.
Israel melancarkan serangan militer besar-besaran di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.
Sejak itu, serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, termasuk 6.150 anak-anak dan 4.000 perempuan, menurut otoritas kesehatan di wilayah kantong tersebut.
Korban tewas resmi di Israel mencapai 1.200 orang.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: WHO peringatkan peningkatan penyakit menular di kamp pengungsi Gaza