Tanjungpinang, Kepri (ANTARA) - Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) menjadikan situs cagar budaya benteng Pulau Basing sebagai objek wisata baru di daerah itu.
"Setiap cagar budaya memiliki potensi menjadi destinasi wisata. Pulau Basing memiliki sejarah dan pemandangan alam yang indah," kata Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya Disbudpar Tanjungpinang, Wimmy Dharma Hidayat di Tanjungpinang, Kamis.
Pulau Basing terletak di Kelurahan Dompak Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang. Dengan panjang sekitar 750 meter dan lebar 440 meter, Pulau Basing menawarkan pengalaman wisata. Pulau Basing dapat dicapai dalam waktu singkat, sekitar lima menit menggunakan pompong (kapal kayu) dari pesisir pantai Tanjung Siambang, Pulau Dompak.
Baca juga: Pemkot Tanjungpinang anggarkan dana Rp12 miliar untuk penataan Kota Lama
Ketika menginjakkan kaki di Pulau Basing, menurut dia, mata pengunjung tertuju kepada pemandangan alam hijau yang mempesona.
Tak hanya keindahan alam, Pulau Basing juga memamerkan struktur bangunan tembok mirip benteng serta bangunan kecil layaknya gua sebagai pintu masuk. Sebuah sumur tua di depannya menambah daya tarik sejarah pulau ini.
Sebagai langkah untuk memantapkan Pulau Basing sebagai destinasi wisata, Disbudpar Tanjungpinang melakukan napak tilas bersama juru pemelihara se-Kota Tanjungpinang.
"Mereka kita ajak untuk merasakan pengalaman bahwa setiap cagar budaya memiliki daya tarik sebagai objek wisata," ujar Wimmy.
Sementara, Pejabat Fungsional Pamong Budaya Madya Pemkot Tanjungpinang, Syafaruddin menceritakan bahwa Pulau Basing dahulunya hanya sebagai tempat persinggahan para pelayar dari Pulau Penyengat ke Lingga.
Biasanya mereka singgah ke Pulau Basing itu untuk berlindung dari angin kencang atau mencari perbekalan air minum.
Baca juga: Pemkot Tanjungpinang sambut kedatangan wisnus perdana di bandara RHF
“Dengan kawasan hamparan tanah yang datar dan ditemukan juga sejumlah pecahan botol bekas minuman sake (minum beralkohol dari Jepang). Ada cerita bahwa Pulau Basing pada masa lalu dijadikan lokasi untuk bersenang-senang,” ungkapnya.
Namun di balik berbagai kisah itu, menurut Syafaruddin, fokus pemerintah daerah kini adalah bagaimana memanfaatkan keindahan alam dan sejarah Pulau Basing untuk tujuan pariwisata yang menarik.
Pulau Basing juga dapat menjadi destinasi wisata edukatif bagi anak sekolah dan juga menjadi tempat nyaman untuk family gathering.
"Kami berupaya untuk mengembangkan pulau ini dengan konsep yang menarik," katanya.
Baca juga:
Bandara Tanjungpinang angkut 10.005 penumpang Natal dan Tahun Baru
100 personel gabungan TNI dan Polri amankan malam tahun baru di Bintan
"Setiap cagar budaya memiliki potensi menjadi destinasi wisata. Pulau Basing memiliki sejarah dan pemandangan alam yang indah," kata Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya Disbudpar Tanjungpinang, Wimmy Dharma Hidayat di Tanjungpinang, Kamis.
Pulau Basing terletak di Kelurahan Dompak Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang. Dengan panjang sekitar 750 meter dan lebar 440 meter, Pulau Basing menawarkan pengalaman wisata. Pulau Basing dapat dicapai dalam waktu singkat, sekitar lima menit menggunakan pompong (kapal kayu) dari pesisir pantai Tanjung Siambang, Pulau Dompak.
Baca juga: Pemkot Tanjungpinang anggarkan dana Rp12 miliar untuk penataan Kota Lama
Ketika menginjakkan kaki di Pulau Basing, menurut dia, mata pengunjung tertuju kepada pemandangan alam hijau yang mempesona.
Tak hanya keindahan alam, Pulau Basing juga memamerkan struktur bangunan tembok mirip benteng serta bangunan kecil layaknya gua sebagai pintu masuk. Sebuah sumur tua di depannya menambah daya tarik sejarah pulau ini.
Sebagai langkah untuk memantapkan Pulau Basing sebagai destinasi wisata, Disbudpar Tanjungpinang melakukan napak tilas bersama juru pemelihara se-Kota Tanjungpinang.
"Mereka kita ajak untuk merasakan pengalaman bahwa setiap cagar budaya memiliki daya tarik sebagai objek wisata," ujar Wimmy.
Sementara, Pejabat Fungsional Pamong Budaya Madya Pemkot Tanjungpinang, Syafaruddin menceritakan bahwa Pulau Basing dahulunya hanya sebagai tempat persinggahan para pelayar dari Pulau Penyengat ke Lingga.
Biasanya mereka singgah ke Pulau Basing itu untuk berlindung dari angin kencang atau mencari perbekalan air minum.
Baca juga: Pemkot Tanjungpinang sambut kedatangan wisnus perdana di bandara RHF
“Dengan kawasan hamparan tanah yang datar dan ditemukan juga sejumlah pecahan botol bekas minuman sake (minum beralkohol dari Jepang). Ada cerita bahwa Pulau Basing pada masa lalu dijadikan lokasi untuk bersenang-senang,” ungkapnya.
Namun di balik berbagai kisah itu, menurut Syafaruddin, fokus pemerintah daerah kini adalah bagaimana memanfaatkan keindahan alam dan sejarah Pulau Basing untuk tujuan pariwisata yang menarik.
Pulau Basing juga dapat menjadi destinasi wisata edukatif bagi anak sekolah dan juga menjadi tempat nyaman untuk family gathering.
"Kami berupaya untuk mengembangkan pulau ini dengan konsep yang menarik," katanya.
Baca juga:
Bandara Tanjungpinang angkut 10.005 penumpang Natal dan Tahun Baru
100 personel gabungan TNI dan Polri amankan malam tahun baru di Bintan