Batam (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dinas KP2) Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), mengubah pola pikir masyarakat pulau terkait konsumsi sayuran agar dapat meningkatkan ketahanan pangan.
“Mayoritas masyarakat di pulau, Suku Melayu asli, terbiasa menjadikan ikan atau makanan laut sebagai menu utama. Konsumsi sayur masih dianggap nomor kesekian. Ini yang perlahan kami ubah dengan mendukung mereka bercocok tanam sendiri,” ujar Kepala Dinas KP2 Kota Batam Mardanis saat dihubungi di Batam, Senin.
Ia menyampaikan program ini tidak hanya mendorong masyarakat bercocok tanam, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya diversifikasi pangan.
Mengubah kebiasaan masyarakat pulau yang turun-temurun menjadi nelayan menjadi tantangan tersendiri bagi Dinas KP2, contoh seperti masyarakat Pulau Karas, yang kini mulai memanfaatkan lahan pekarangan rumah mereka untuk bercocok tanam.
“Awalnya sulit mengajak mereka bercocok tanam. Namun saat mereka melihat hasilnya, seperti panen cabai seribu batang yang menghasilkan hingga 100 kilogram dengan nilai jual sekitar Rp80 ribu per kilogram, mereka mulai antusias. Pendapatan ini bisa mereka gunakan untuk kebutuhan keluarga,” ujarnya.
Saat ini masyarakat Pulau Karas sudah mulai menanam tanaman lain, seperti terong, dan tidak hanya untuk konsumsi sendiri tetapi juga dijual ke pasar. Keberhasilan program ini di Pulau Karas menjadi inspirasi untuk memperluas jangkauan ke pulau-pulau lain.
“Tahun depan kami akan mulai di Pulau Panjang Sijantung. Meskipun pulaunya kecil, yang penting adalah mereka mau mengubah pola pikir terkait konsumsi pangan dan memanfaatkan lahan yang ada,” ucapnya.
Program ini juga menekankan kemandirian masyarakat karena panen sepenuhnya menjadi hak mereka tanpa intervensi dari pemerintah.
Dengan keberlanjutan program tersebut, Dinas KP2 optimistis masyarakat di Kepulauan Batam dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan dan berkontribusi untuk ketahanan pangan secara menyeluruh di kota itu.