Yerusalem (ANTARA) - Militer Israel pada Ahad menyatakan meningkatkan kesiapan pasukannya di Jalur Gaza setelah ketegangan meningkat di tengah gencatan senjata.

"Setelah penilaian situasional, diputuskan untuk meningkatkan kesiapan operasional di area sekitar Jalur Gaza," kata tentara Israel dalam sebuah pernyataan, seraya mengklarifikasi bahwa "tidak ada perubahan pada pedoman Komando Front Dalam Negeri" yang sedang dilakukan.

Bersamaan dengan itu, pembatasan di komunitas perbatasan Gaza dicabut, yang memungkinkan aktivitas penuh di wilayah tersebut.

Eskalasi terjadi saat Israel menunda pembebasan 620 tahanan Palestina, syarat utama dari fase pertama gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan, di mana Hamas membebaskan enam tawanan Israel.

Pemerintah Israel mengklaim penundaan itu karena "penyerahan sandera yang memalukan."

Sebagai tanggapan, Hamas menangguhkan semua negosiasi, bersikeras bahwa tahanan yang disepakati harus dibebaskan terlebih dahulu.

Gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan mulai berlaku bulan lalu.

Selain itu, Mahkamah Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

 

Sumber: Anadolu

Hamas...
 


Sementara itu pemimpin Hamas pada Ahad (23/2) mengatakan kelompok pejuang Palestina itu tidak akan mengadakan perundingan dengan Israel sampai tahanan Palestina dibebaskan oleh Tel Aviv.

Sebelumnya, Israel dijadwalkan membebaskan 620 tahanan pada Sabtu (22/2) berdasarkan perjanjian tahap satu gencatan senjata Gaza dan pertukaran tahanan sebagai imbalan enam sandera yang dibebaskan Hamas, tetapi  pemerintah Israel menunda pembebasan tersebut dengan dalih apa yang disebutnya sebagai "penyerahan sandera yang memalukan."

"Tidak akan ada pembicaraan dengan musuh (Israel) melalui mediator sebelum pembebasan tahanan yang disepakati sebagai ganti enam tawanan Israel," kata pemimpin Hamas Mahmoud Mardawi dalam sebuah pernyataan.

"Para mediator harus mewajibkan musuh untuk melaksanakan perjanjian tersebut," tambahnya.

Minggu dini hari, Hamas mengecam penundaan Israel dalam membebaskan tahanan Palestina sebagai "pelanggaran" terhadap gencatan senjata Gaza dan perjanjian pertukaran tahanan.
 

Dalam pemberitaan sebelumnya disebutkan, tim medis dan penyelamat Palestina menemukan tujuh jenazah lagi dari bawah reruntuhan di Jalur Gaza, sehingga jumlah korban tewas akibat perang genosida Israel sejak Oktober 2023 meningkat menjadi 48.329 orang, kata Kementerian Kesehatan Palestina pada Sabtu (22/2).

Dalam pernyataannya, kementerian itu juga melaporkan bahwa dua warga Palestina tewas akibat tembakan tentara Israel dalam 48 jam terakhir.

Selain itu, hampir 111.753 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan Israel di Gaza sejak Oktober 2023.

“Banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalanan, sementara tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambah kementerian tersebut.

Gencatan senjata telah berlaku di Gaza sejak 19 Januari, untuk sementara menghentikan perang Israel yang telah menyebabkan kehancuran besar dan membuat wilayah Palestina itu porak-poranda.

Namun, meskipun gencatan senjata berlangsung, otoritas setempat di Gaza melaporkan adanya pelanggaran hampir setiap hari yang dilakukan oleh tentara Israel.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Israel tingkatkan kesiapan pasukan di Jalur Gaza setelah eskalasi

Pewarta : Yoanita Hastryka Djohan
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2025