Tanjungpinang (Antara Kepri) - Partai Hati Nurani Rakyat Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau memantau perubahan harga barang kebutuhan masyatakat menjelang Imlek.
"Hampir semua harga sayur-mayur naik. Tentu ini memberatkan masyarakat," kata Ketua Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Tanjungpinang Azhar, Selasa.
Azhar mengemukakan, harga barang kebutuhan masyarakat seperti sayur-mayur tidak dapat dikendalikan lantaran kota ini bukan sebagai penghasil. Sayur-sayuran yang dikonsumsi masyarakat berasal dari beberapa daerah di Pulau Jawa, Sumatra Utara dan Sumatra Barat.
Sedangkan sayur-mayur yang berasal dari Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, berdasarkan pengakuan pedagang, kurang disukai konsumen.
"Tanjungpinang bergantung pada daerah lain dalam memenuhi permintaan sayur-mayur dan beras. Itu menjadi penyebab harga tidak dapat dikendalikan, dan setiap kali menjelang hari besar keagamaan, harga kebutuhannya cenderung naik," katanya, yang juga anggota DPRD Tanjungpinang.
Selama di Pasar Baru Tanjungpinang, Azhar bersama Ahmad Dani, rekannya di lembaga legislatif dan kader Partai Hanura Tanjungpinang melakukan dialog singkat dengan belasan pedagang sayur-mayur dan sembako. Mereka juga membeli sayur-mayur yang dijual pedagang.
"Kami berupaya membantu para pedagang. Mereka juga merasa tertekan dengan kenaikan harga barang yang dijualnya," ujarnya.
Harga cabai merah asal Pulau Jawa yang dijual pedagang di Pasar Baru Tanjungpinang Rp48.000-Rp52.000/kg. Cabai merah lokal lebih murah Rp38.000/kg, tetapi kurang laku.
"Cabai hijau Rp28.000/kg,naik Rp5.000. Tomat naik dari Rp9.000/kg menjadi Rp15.000. Wortel Rp17.000, naik sejak minggu lalu," kata pedagang sayur-mayur di Pasar Baru Tanjungpinang, Upik.
Sedangkan harga bawang merah dari Jawa Rp28 ribu,sebulan yang lalu Rp40.000, bawang bombay Rp16.000, biasanya Rp14.000. Bawang putih Rp16.000, biasanya Rp28.000," ujarnya. (Antara)
Editor: Dedi
"Hampir semua harga sayur-mayur naik. Tentu ini memberatkan masyarakat," kata Ketua Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Tanjungpinang Azhar, Selasa.
Azhar mengemukakan, harga barang kebutuhan masyarakat seperti sayur-mayur tidak dapat dikendalikan lantaran kota ini bukan sebagai penghasil. Sayur-sayuran yang dikonsumsi masyarakat berasal dari beberapa daerah di Pulau Jawa, Sumatra Utara dan Sumatra Barat.
Sedangkan sayur-mayur yang berasal dari Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, berdasarkan pengakuan pedagang, kurang disukai konsumen.
"Tanjungpinang bergantung pada daerah lain dalam memenuhi permintaan sayur-mayur dan beras. Itu menjadi penyebab harga tidak dapat dikendalikan, dan setiap kali menjelang hari besar keagamaan, harga kebutuhannya cenderung naik," katanya, yang juga anggota DPRD Tanjungpinang.
Selama di Pasar Baru Tanjungpinang, Azhar bersama Ahmad Dani, rekannya di lembaga legislatif dan kader Partai Hanura Tanjungpinang melakukan dialog singkat dengan belasan pedagang sayur-mayur dan sembako. Mereka juga membeli sayur-mayur yang dijual pedagang.
"Kami berupaya membantu para pedagang. Mereka juga merasa tertekan dengan kenaikan harga barang yang dijualnya," ujarnya.
Harga cabai merah asal Pulau Jawa yang dijual pedagang di Pasar Baru Tanjungpinang Rp48.000-Rp52.000/kg. Cabai merah lokal lebih murah Rp38.000/kg, tetapi kurang laku.
"Cabai hijau Rp28.000/kg,naik Rp5.000. Tomat naik dari Rp9.000/kg menjadi Rp15.000. Wortel Rp17.000, naik sejak minggu lalu," kata pedagang sayur-mayur di Pasar Baru Tanjungpinang, Upik.
Sedangkan harga bawang merah dari Jawa Rp28 ribu,sebulan yang lalu Rp40.000, bawang bombay Rp16.000, biasanya Rp14.000. Bawang putih Rp16.000, biasanya Rp28.000," ujarnya. (Antara)
Editor: Dedi