Tanjungpinang (Antara Kepri) - Dinas Pariwisata Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau berupaya menjolok anggaran pusat yang dikelola Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Kepala Dinas Pariwisata Tanjungpinang Reni Yusneli, di Tanjungpinang, Kamis, mengatakan bantuan dari Kemenpar dibutuhkan karena keterbatasan anggaran daerah untuk meningkatkan sektor pariwisata.
"Baru-baru ini saya bertemu Menteri Pariwisata. Beliau bersedia membantu meningkatkan kunjungan wisatawan di Tanjungpinang melalui berbagai kegiatan," kata Reni, yang baru beberapa pekan menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Tanjungpinang.
Ia menambahkan pihak Kementerian Pariwisata menawarkan kerja sama dalam berbagai kegiatan kepariwisataan di Tanjungpinang dengan menggunakan anggaran pusat dan daerah. Namun pihak kementerian berjanji anggaran yang dikucurkan pusat untuk kegiatan kepariwisataan lebih besar dibanding Tanjungpinang.
"Kami memberi apresiasi atas tawaran baik itu. Kami akan tindaklanjuti ke wali kota dan DPRD Tanjungpinang," ujarnya, yang juga mantan Pelaksana Tugas Sekda Kepri.
Reni mengemukakan Tanjungpinang memiliki keterbatasan dalam mengelola objek wisata. Tanjungpinang tidak memiliki pantai seperti Kabupaten Bintan, yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Bahkan banyak yang berpendapat pantai yang indah dan bersih di Bintan lebih menarik dibanding Bali.
"Kami akan bekerja sama dengan Bintan untuk menggarap wisman dari aspek lainnya. Kami ingin wisman yang berkunjung di Bintan menikmati makanan dan membeli oleh-oleh di Tanjungpinang. Jadi usaha kecil menengah di Tanjungpinang berkembang, dan uang wisman berputar pada dua daerah itu," ungkapnya.
Selama ini, objek wisata yang diandalkan di Tanjungpinang berada di Pulau Penyengat. Wisata yang dikembangkan berupa wisata sejarah dan religi karena ada peninggalan kejayaan Kerajaan Riau-Lingga.
Namun faktanya, objek wisata di Pulau Penyengat tidak terlalu memberi kontribusi dalam meningkatkan jumlah wisman ke Tanjungpinang.
Sektor pariwisata di Tanjungpinang tidak mampu memberi kontribusi yang besar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, karena jumlah hotel dan restoran masih terbatas. Kondisi ini berbeda dengan Bintan, yang memiliki banyak kawasan yang indah sehingga tanpa campur tangan pemerintah pun, sektor pariwisata menjadi primadona karena kontribusinya besar terhadap pendapatan asli daerah.
"Dari kondisi ini, maka yang harus dikembangkan di Tanjungpinang yakni acara kepariwisataan. Ini membutuhkan bantuan dari pusat," katanya.
Reni mengatakan setidaknya ada tiga acara kepariwisataan yang penting untuk dilaksanakan setiap tahun secara konsisten yakni Gawai Seni, Festival Pulau Penyengat dan Dragon Boat. Kegiatan itu harus terjadwal dengan baik, tidak boleh berubah sehingga wisman dapat mengatur waktu untuk menikmati beragam kegiatan dalam acara itu.
"Selama ini jadwal kegiatan masih berubah-ubah. Ini jadi masalah, terutama dalam promosi," katanya. (Antara)
Editor: Rusdianto
Kepala Dinas Pariwisata Tanjungpinang Reni Yusneli, di Tanjungpinang, Kamis, mengatakan bantuan dari Kemenpar dibutuhkan karena keterbatasan anggaran daerah untuk meningkatkan sektor pariwisata.
"Baru-baru ini saya bertemu Menteri Pariwisata. Beliau bersedia membantu meningkatkan kunjungan wisatawan di Tanjungpinang melalui berbagai kegiatan," kata Reni, yang baru beberapa pekan menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Tanjungpinang.
Ia menambahkan pihak Kementerian Pariwisata menawarkan kerja sama dalam berbagai kegiatan kepariwisataan di Tanjungpinang dengan menggunakan anggaran pusat dan daerah. Namun pihak kementerian berjanji anggaran yang dikucurkan pusat untuk kegiatan kepariwisataan lebih besar dibanding Tanjungpinang.
"Kami memberi apresiasi atas tawaran baik itu. Kami akan tindaklanjuti ke wali kota dan DPRD Tanjungpinang," ujarnya, yang juga mantan Pelaksana Tugas Sekda Kepri.
Reni mengemukakan Tanjungpinang memiliki keterbatasan dalam mengelola objek wisata. Tanjungpinang tidak memiliki pantai seperti Kabupaten Bintan, yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Bahkan banyak yang berpendapat pantai yang indah dan bersih di Bintan lebih menarik dibanding Bali.
"Kami akan bekerja sama dengan Bintan untuk menggarap wisman dari aspek lainnya. Kami ingin wisman yang berkunjung di Bintan menikmati makanan dan membeli oleh-oleh di Tanjungpinang. Jadi usaha kecil menengah di Tanjungpinang berkembang, dan uang wisman berputar pada dua daerah itu," ungkapnya.
Selama ini, objek wisata yang diandalkan di Tanjungpinang berada di Pulau Penyengat. Wisata yang dikembangkan berupa wisata sejarah dan religi karena ada peninggalan kejayaan Kerajaan Riau-Lingga.
Namun faktanya, objek wisata di Pulau Penyengat tidak terlalu memberi kontribusi dalam meningkatkan jumlah wisman ke Tanjungpinang.
Sektor pariwisata di Tanjungpinang tidak mampu memberi kontribusi yang besar dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, karena jumlah hotel dan restoran masih terbatas. Kondisi ini berbeda dengan Bintan, yang memiliki banyak kawasan yang indah sehingga tanpa campur tangan pemerintah pun, sektor pariwisata menjadi primadona karena kontribusinya besar terhadap pendapatan asli daerah.
"Dari kondisi ini, maka yang harus dikembangkan di Tanjungpinang yakni acara kepariwisataan. Ini membutuhkan bantuan dari pusat," katanya.
Reni mengatakan setidaknya ada tiga acara kepariwisataan yang penting untuk dilaksanakan setiap tahun secara konsisten yakni Gawai Seni, Festival Pulau Penyengat dan Dragon Boat. Kegiatan itu harus terjadwal dengan baik, tidak boleh berubah sehingga wisman dapat mengatur waktu untuk menikmati beragam kegiatan dalam acara itu.
"Selama ini jadwal kegiatan masih berubah-ubah. Ini jadi masalah, terutama dalam promosi," katanya. (Antara)
Editor: Rusdianto