Batam (ANTARA) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Kepulauan Riau, membekali pemandu wisata dengan pengetahuan Budaya Melayu dalam pelatihan yang diikuti 40 "tour guide".
"Dari pelatihan ini, kami berharap lahir pemandu yang memahami budaya, terutama Melayu, sebagai payung di Batam," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Ardiwinata di Batam, Rabu.
Menurut dia, pemandu wisata harus menguasai pengetahuan budaya setempat agar bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan pelancong.
Apalagi, pemandu tidak hanya membawa wisatawan ke pusat perbelanjaan saja, meski Batam memang terkenal sebagai wisata belanja.
"Tour guide" juga harus dapat mengantar pelancong ke destinasi wisata lain yang kental budaya seperti Masid Sultan Mahmud Riayat Syah.
"Di Masjid Sultan Mahmud Riayat Syah ada sentuhan budayanya, seperti pada ukirannya. Dan ini harus diketahui pemandu, apa namanya, sejarahnya termasuk simbol-simbol pada bangunan Melayu yang banyak dipakai di gedung pemerintahan," kata dia.
Selain itu perlu dipahami makna di balik tarian Melayu yang banyak ditampilkan di depan pelancong, seperti tari persembahan, berikut adat memakan sirih dan sebagainya.
Ardi mengatakan, pemandu wisata harus dapat menyampaikan pengetahuan itu dengan cara menarik, agar berkesan.
"Supaya wisatawan terkenang dan mau kembali lagi ke Batam. Seperti yang tertuang dalam konsep sapta pesona," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Ardi menjelaskan rencana pemerintah membangun Museum Daerah, yang bisa menjadi daerah tujuan wisata.
Museum yang diberi nama pahlawan nasional asal Kepri, Raja Ali Haji itu nantinya akan memuat beragam benda bersejarah, sejak zaman pemerintahan Kesultanan Riau Lingga, pemberian mandat kepada Nong Isa untuk memerintah di Batam, hingga kota kepulauan itu menjadi daerah industri dan pariwisata seperti sekarang.
"Museum ini juga menyajikan tentang kebudayaan melayu. Terdapat koleksi barang-barang yang biasa digunakan masyarakat melayu zaman dulu. Ini juga perlu dipelajari supaya tidak salah menyampaikan ke wisatawan," kata Ardi.
"Dari pelatihan ini, kami berharap lahir pemandu yang memahami budaya, terutama Melayu, sebagai payung di Batam," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Ardiwinata di Batam, Rabu.
Menurut dia, pemandu wisata harus menguasai pengetahuan budaya setempat agar bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan pelancong.
Apalagi, pemandu tidak hanya membawa wisatawan ke pusat perbelanjaan saja, meski Batam memang terkenal sebagai wisata belanja.
"Tour guide" juga harus dapat mengantar pelancong ke destinasi wisata lain yang kental budaya seperti Masid Sultan Mahmud Riayat Syah.
"Di Masjid Sultan Mahmud Riayat Syah ada sentuhan budayanya, seperti pada ukirannya. Dan ini harus diketahui pemandu, apa namanya, sejarahnya termasuk simbol-simbol pada bangunan Melayu yang banyak dipakai di gedung pemerintahan," kata dia.
Selain itu perlu dipahami makna di balik tarian Melayu yang banyak ditampilkan di depan pelancong, seperti tari persembahan, berikut adat memakan sirih dan sebagainya.
Ardi mengatakan, pemandu wisata harus dapat menyampaikan pengetahuan itu dengan cara menarik, agar berkesan.
"Supaya wisatawan terkenang dan mau kembali lagi ke Batam. Seperti yang tertuang dalam konsep sapta pesona," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Ardi menjelaskan rencana pemerintah membangun Museum Daerah, yang bisa menjadi daerah tujuan wisata.
Museum yang diberi nama pahlawan nasional asal Kepri, Raja Ali Haji itu nantinya akan memuat beragam benda bersejarah, sejak zaman pemerintahan Kesultanan Riau Lingga, pemberian mandat kepada Nong Isa untuk memerintah di Batam, hingga kota kepulauan itu menjadi daerah industri dan pariwisata seperti sekarang.
"Museum ini juga menyajikan tentang kebudayaan melayu. Terdapat koleksi barang-barang yang biasa digunakan masyarakat melayu zaman dulu. Ini juga perlu dipelajari supaya tidak salah menyampaikan ke wisatawan," kata Ardi.