Bintan (ANTARA) (ANTARA) - Plt Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), Isdianto menyatakan pemerintah akan menebar jaring atau pemasangan oil barier untuk menghalau limbah minyak hitam yang mencemari di sepanjang garis pantai perairan Bintan, Kepri.
"Mungkin sebaiknya di tengah pantai dipasang semacam jaring sebagai penghalau, sehingga tidak semua limbah masuk hingga ke bibir pantai, dan kerja kita membersihkan tidak terlalu susah," kata Isdianto saat memantau kawasan pariwisata Lagoi, Bintan yang terdampak pencemaran limbah, Selasa.
Menurutnya, untuk penanganan masalah ini lebih lanjut, pemerintah serta pihak swasta yang terdampak limbah akan duduk bersama membahas langkah penanganan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang demi menjaga iklim dunia pariwisata di Kepri.
"Masalah ini tak bisa selesai di sini. Harus kita lakukan rapat koordinasi lebih lanjut untuk mengantisipasi dampak dari kejadian ini. Semuanya harus duduk bersama untuk memecahkan masalah ini secara serius," harapnya.
Isdianto mengatakan persoalan limbah ini adalah masalah yang selalu berulang setiap tahunnya, namun tidak ada jalan keluarnya hingga saat ini.
Pemerintah daerah, jelas dia memiliki keterbatasan kewenangan dalam menangani permasalahan itu sebab menyangkut perairan "Operational Port Limited" (OPL) atau perairan internasional yang berbatasan antara Indonesia, Malaysia dan Singapura.
"Kami saat ini hanya bisa mendata dan melaporkan pencemaran dan kerugian yang diakibatkan oleh limbah ini kepada Kementerian terkait. Sementara itu pencegahan dan penindakan agar kejadian ini tidak berulang lagi membutuhkan keterlibatan pusat karena menyangkut perairan antar negara," jelasnya.
General Manager PT Bintan Resort Cakrawala (BRC), Abdul Wahab menyatakan limbah minyak hitam ini telah mencemari bibir pantai Lagoi sepanjang 105 kilometer.
Lebih lanjut, ia menyebut pencemaran limbah ini sudah berlangsung sejak November 2019 hingga Januari 2020 ini.
Meski belum berdampak besar terhadap kunjungan wisman ke daerah itu, kata dia pihaknya siap bekerjasama dengan pemerintah untuk mengatasi persoalan limbah ini.
"Paling tidak kita sudah menunjukkan kepada wisatawan, kalau kita bisa mengantisipasi bahkan membasmi limbah minyak tersebut" ujar Abdul Wahab.
"Mungkin sebaiknya di tengah pantai dipasang semacam jaring sebagai penghalau, sehingga tidak semua limbah masuk hingga ke bibir pantai, dan kerja kita membersihkan tidak terlalu susah," kata Isdianto saat memantau kawasan pariwisata Lagoi, Bintan yang terdampak pencemaran limbah, Selasa.
Menurutnya, untuk penanganan masalah ini lebih lanjut, pemerintah serta pihak swasta yang terdampak limbah akan duduk bersama membahas langkah penanganan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang demi menjaga iklim dunia pariwisata di Kepri.
"Masalah ini tak bisa selesai di sini. Harus kita lakukan rapat koordinasi lebih lanjut untuk mengantisipasi dampak dari kejadian ini. Semuanya harus duduk bersama untuk memecahkan masalah ini secara serius," harapnya.
Isdianto mengatakan persoalan limbah ini adalah masalah yang selalu berulang setiap tahunnya, namun tidak ada jalan keluarnya hingga saat ini.
Pemerintah daerah, jelas dia memiliki keterbatasan kewenangan dalam menangani permasalahan itu sebab menyangkut perairan "Operational Port Limited" (OPL) atau perairan internasional yang berbatasan antara Indonesia, Malaysia dan Singapura.
"Kami saat ini hanya bisa mendata dan melaporkan pencemaran dan kerugian yang diakibatkan oleh limbah ini kepada Kementerian terkait. Sementara itu pencegahan dan penindakan agar kejadian ini tidak berulang lagi membutuhkan keterlibatan pusat karena menyangkut perairan antar negara," jelasnya.
General Manager PT Bintan Resort Cakrawala (BRC), Abdul Wahab menyatakan limbah minyak hitam ini telah mencemari bibir pantai Lagoi sepanjang 105 kilometer.
Lebih lanjut, ia menyebut pencemaran limbah ini sudah berlangsung sejak November 2019 hingga Januari 2020 ini.
Meski belum berdampak besar terhadap kunjungan wisman ke daerah itu, kata dia pihaknya siap bekerjasama dengan pemerintah untuk mengatasi persoalan limbah ini.
"Paling tidak kita sudah menunjukkan kepada wisatawan, kalau kita bisa mengantisipasi bahkan membasmi limbah minyak tersebut" ujar Abdul Wahab.