Jakarta (ANTARA) - Regenerasi petani dinilai merupakan salah satu faktor kunci untuk kemajuan dan modernisasi pertanian Indonesia.
Ketua Umum Pemuda Tani HKTI Rina Sa’adah Adisurya di Jakarta, Jumat mengatakan, melalui regenerasi, penggarapan lahan, proses produksi, dan agrobisnis akan dijalankan oleh mayoritas kelompok petani muda atau kaum milenial yang biasanya bekerja lebih produktif dan efisien dengan memanfaatkan teknologi serta selalu kreatif berinovasi.
"Kunci dari petani dan pertanian berteknologi adalah adanya regenerasi petani. Lalu, untuk menarik anak-anak muda ke pertanian, kita harus menjadikan sektor pertanian itu menjanjikan dan menguntungkan dengan pembukaan akses pasar, inovasi, dan teknologi,” katanya di arena Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF) 2020 yang digelar di Jakarta Convention Center.
Menurut dia, regenerasi penting untuk mengatasi laju penurunan jumlah petani.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), dia menunjukkan bahwa dalam jangka waktu dua tahun (2016-2018), penurunan jumlah petani di Indonesia berjalan cukup signifikan, yaitu sebanyak empat juta petani, yang mana salah satu penyebabnya adalah lambannya proses regenerasi petani.
Data Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian menyebutkan 90 persen dari total jumlah petani Indonesia sudah memasuki fase kurang produktif, sehingga, lanjutnya, perlu ada solusi menciptakan regenerasi petani.
Rina menjelaskan, pentingnya revitalisasi pertanian dengan regenerasi petani karena jumlah petani muda saat ini berjumlah di bawah angka tiga juta orang, sementara luas lahan pertanian Indonesia mencapai 7,78 juta hektare.
"Kaum muda di kalangan milenial perlu didorong untuk menjadi petani. Sebab jadi petani saat ini adalah termasuk gaul dan perlu melek teknologi," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, Pemuda Tani HKTI akan terus berupaya berperan aktif dalam upaya terciptanya regenerasi petani.
Ketua Umum HKTI 2020-2023 Moeldoko menegaskan, sektor pertanian selama ini identik dengan kaum tua saja.
Padahal di luar negeri, justru anak-anak milenial yang berperan membuat sektor pertanian maju dengan berbagai teknologinya.
"Ini perlu ditularkan kepada anak-anak milenial di Indonesia, yakni perubahan mindset bahwa pertanian bukan hanya untuk kaum tua," ujarnya.
Menurut Moeldoko, masa depan pertanian di Indonesia adalah pemanfaatan teknologi yang bisa menunjang produktivitas pertanian.
Ketua InTani Guntur Subagja optimistis dengan munculnya kaum milenial pertanian, meski belum signifikan jumlahnya, saat ini sudah banyak generasi muda menerjuni usaha tani.
Ketua Umum Pemuda Tani HKTI Rina Sa’adah Adisurya di Jakarta, Jumat mengatakan, melalui regenerasi, penggarapan lahan, proses produksi, dan agrobisnis akan dijalankan oleh mayoritas kelompok petani muda atau kaum milenial yang biasanya bekerja lebih produktif dan efisien dengan memanfaatkan teknologi serta selalu kreatif berinovasi.
"Kunci dari petani dan pertanian berteknologi adalah adanya regenerasi petani. Lalu, untuk menarik anak-anak muda ke pertanian, kita harus menjadikan sektor pertanian itu menjanjikan dan menguntungkan dengan pembukaan akses pasar, inovasi, dan teknologi,” katanya di arena Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF) 2020 yang digelar di Jakarta Convention Center.
Menurut dia, regenerasi penting untuk mengatasi laju penurunan jumlah petani.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), dia menunjukkan bahwa dalam jangka waktu dua tahun (2016-2018), penurunan jumlah petani di Indonesia berjalan cukup signifikan, yaitu sebanyak empat juta petani, yang mana salah satu penyebabnya adalah lambannya proses regenerasi petani.
Data Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian menyebutkan 90 persen dari total jumlah petani Indonesia sudah memasuki fase kurang produktif, sehingga, lanjutnya, perlu ada solusi menciptakan regenerasi petani.
Rina menjelaskan, pentingnya revitalisasi pertanian dengan regenerasi petani karena jumlah petani muda saat ini berjumlah di bawah angka tiga juta orang, sementara luas lahan pertanian Indonesia mencapai 7,78 juta hektare.
"Kaum muda di kalangan milenial perlu didorong untuk menjadi petani. Sebab jadi petani saat ini adalah termasuk gaul dan perlu melek teknologi," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, Pemuda Tani HKTI akan terus berupaya berperan aktif dalam upaya terciptanya regenerasi petani.
Ketua Umum HKTI 2020-2023 Moeldoko menegaskan, sektor pertanian selama ini identik dengan kaum tua saja.
Padahal di luar negeri, justru anak-anak milenial yang berperan membuat sektor pertanian maju dengan berbagai teknologinya.
"Ini perlu ditularkan kepada anak-anak milenial di Indonesia, yakni perubahan mindset bahwa pertanian bukan hanya untuk kaum tua," ujarnya.
Menurut Moeldoko, masa depan pertanian di Indonesia adalah pemanfaatan teknologi yang bisa menunjang produktivitas pertanian.
Ketua InTani Guntur Subagja optimistis dengan munculnya kaum milenial pertanian, meski belum signifikan jumlahnya, saat ini sudah banyak generasi muda menerjuni usaha tani.