Batam (ANTARA) - Dahulu pada masa penjajahan Jepang di Indonesia yang juga ikut dirasakan oleh masyarakat Pulau Moro, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, dimana kaum perempuan di daerah itu banyak yang menyelamatkan diri dari kekejaman dan nafsu tentara Jepang, sehingga berperan sebagai penari dangkong menjadi pilihan kala itu.

"Dulu menurut cerita nenek saya saat zaman penjajahan Jepang kaum perempuan selalu menjadi incaran dari haus nafsu tentera Jepang. Jadi para perempuan di zaman itu banyak yang menjadi penari dangkong," ujar Kak Long (75) salah seorang narasumber "Kopi Payau", Jumat (21/8) malam.

Kopi Payau merupakan kegiatan sembang virtual yang ditaja Antara Kepri tiap Jumat malam. Kegiatan ini mengangkat kebudayaan Melayu Kepulauan Riau dengan pembawa acara Mukhtar dan Tomi SR.

Kak Long yang menjadi narasumber tentang joget dangkong  merupakan maestro joget dangkong Kepulauan Riau, dari Pulau Moro, Kabupaten Karimun.

Ia sejak kecil telah bergelut dengan dangkung dan lahir dari keluarga seni tradisional Kepri itu.

Menurut Kak Long, dengan tampil sebagai anak tari dangkong maka perempuan yang diincar tentera Jepang tidak akan diganggu.

Pada masa itu perempuan penari menghias diri dengan peralatan bedak seadanya saja. Untuk bedak dipakai bedak sejuk yang berasal dari beras putih, celaknya dari kelapa yang dibakar dan gincu pemerah bibir dari kunyahan sirih.

"Dapat dibayangkan penat berjoget dengan muka berpeluh, luntur semua perias wajah. Meleleh celak hitam dari kelapa bakar belum lagi kunyahan sirih belepotan di mulut tentu buat orang geli. Menengok perempuan seperti itu tentu tak ada jantan yang mau hilang nafsu tentera Jepang," kata Kak Long.

Ia mengatakan, pada masa kerajaan Riau Lingga joget dangkong menjalani masa jaya karena merupakan pertunjukan rakyat dan selalu tampil dalam hajatan atau kenduri baik yang diadakan masyarakat maupun pihak kerajaan.

Namun, kepopuleran joget dangkung sebagai penghibur mulai tergerus pada era 1960-an dengan munculnya perkumpulan musik pop.

"Makin lama hingga awal tahun 2000 perkumpulan dangkong boleh dikatakan tidak ada yang undang untuk tampil. Lalu saya pada tahun 2001 diminta Lurah Moro kala itu Raja Azali untuk tampilkan joget dangkong," katanya.

Dan, sejak saat itulah dia membentuk lagi perkumpulan dangkong dan kesenian tersebut hidup lagi bahkan acap dia diundang untuk menari di luar kabupaten Karimun. Atas perannya dalam melestarikan kesenian tersebut joget dangkung diakui sebagai aset budaya tidak benda yang berasal dari Kabupaten Karimun.

"Pada masa COVID-19 ini kami para anak dangkong tiarap, tidak pernah lagi diundang karena tidak ada lagi keramaian," katanya yang mengaku walau tampil secara virtual membawakan beberapa lagu Melayu dengan iringan musik dan penari dalam Kopi Payau, telah menghilangkan kerinduannya untuk tampil membawakan lagu dan berjoget dangkong.

Camat Moro Khaidir yang memfasilitasi kegiatan virtual grup dangkong daerahnya itu sangat berkesan dengan program Kopi Payau yang mengangkat tema budaya tempatan.

"Saya berharap ada penerus seni dangkong ini karena kuatir jika Long tidak lagi dapat bermain dangkong maka seni ini akan hilang," katanya. 

Pernyataan kekhawatiran serupa juga diungkapkan Fenni Manager Pusat Latihan Tari Pelangi Budaya Studio Karimun yang juga salah seorang penggiat dangkong di Kabupaten Karimun dan hadir dalam zoom virtual Kopi Payau.

Menurut dia, kata dangkong berasal dari alunan alat musik pengiring kesenian  tersebut.

"Dari cerita para sesepuh penggiat dangkong di Moro, kata dangkong berasal dari tetabuhan alat musik penari. Dulu grup dangkong melintas pulau untuk memenuhi hajatan tampil bergerak pakai sampan. Dari jauh orang sudah tau akan datang grup dangkong karena ada tetabuhan gendang dang gong di sampan yang membawa mereka. Karena berbunyi dang kong, dang kong maka dinamakanlah grup penari yang datang itu dengan dangkong," katanya.

Untuk melestarikan kesenian tradisonal khas Karimun itu, Fenni bersama suaminya Ahadian gigih mengelar berbagai kegiatan baik dalam dan luar negeri menampilkan joget dangkong.

"Dengan adanya atraksi streaming kesenian joget dangkong seperti malam ini di Kopi Payau telah ikut memperkenalkan dangkong," tutur Fenni. 

Pewarta : Nurjali
Editor : Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2025