Ranai, Natuna (ANTARA) - Pedagang keluhkan terjadinya kelangkaan dan terputusnya ketersediaan telur ayam yang sering terjadi setiap tahun di Ranai, Natuna, Kepulauan Riau.
"Setiap tahun pasti terjadi seperti ini, kedai saya sudah habis sejak lebaran kemaren", kata Jasmin pemilik Kedai Sembako Ranai Darat, Bunguran Timur, Ranai, Natuna, Rabu.
Ia mengatakan, sebelumnya tidak hanya stok telur yang terputus, tepung juga sempat mengalami kelangkaan dan setidaknya dua pekan terakhir hingga Rabu (28/7) kelangkaan telur masih terjadi di Ranai.
"Alhamdulliah hari ini tepung sudah datang kiriman dari kapal, sementara untuk telur masih menunggu katanya sekitar empat hari lagi", kata Jasmin.
Menurutnya, imbas terjadi kelangkaan yang terus terjadi berulang - ulang setiap tahun berakibat pada tidak stabilnya harga telur di pasaran.
"Kadang sulit juga kita sebagai pedagang kecil ini, harga naik turun, dan itu terjadi berulang - ulang, setiap tahun begitu", kata Jasmin.
Ia mencontohkan saat persediaan stabil atau dalam kondisi normal harga telur per ikat 210 ribu rupiah dan tertinggi 235 ribu rupiah.
"Satu ikat itu lima papan, kalau normal 210 ribu atau 225 ribu, kemaren sebelum terjadi kelangkaan terakhir 235 ribu, sekarang tidak tahu lagi, stok saya habis, naik turun seperti itu biasa terjadi", ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengatakan pasokan telur didapatkannya dari berbagai pemasok yang ada di wilayah Ranai.
"Saya tidak mengerti juga kenapa selalu terjadi seperti ini, apakah pemasok menggunakan kapal yang sama, satu tidak ada semua tak ada, kalau saya biasanya mendapat dari pemasok Eque dan Acun", kata Jasmin.
Jasmin juga mengatakan, telur jika disimpan paling lama bisa bertahan hanya 2 pekan, karena itu juga Ia menilai tidak banyak pedagang yang mau menyimpan terlalu banyak dan telalu lama.
"Selain terbatas, saya juga hanya mampu menyediakan 30 ikat saja, satu minggu sudah habis terjual, kalau terlalu lama telurnya busuk", ujarnya.
Selain pasokan telur dari Tanjungpinang, Jasmin menjelaskan telur yang beredar di pasar juga didatangkan dari Kalimantan Barat.
"Kalau dari Tanjungpinang masih bisa tahan 2 minggu, tetapi kalau dari Kalimantan kadang cuma bisa bertahan 1 minggu, terus busuk", ungkapnya.
Untuk memastikan hal tersebut, ANTARA mendatangi warung, kedai atau agen pemasok telur yang ada di wilayah Ranai, benar saja tidak ditemukan satupun pedagang atau pemasok menjual telur hingga Rabu petang.
Sementara, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Natuna saat dihubungi belum memberikan keterangan terkait hal tersebut.
"Setiap tahun pasti terjadi seperti ini, kedai saya sudah habis sejak lebaran kemaren", kata Jasmin pemilik Kedai Sembako Ranai Darat, Bunguran Timur, Ranai, Natuna, Rabu.
Ia mengatakan, sebelumnya tidak hanya stok telur yang terputus, tepung juga sempat mengalami kelangkaan dan setidaknya dua pekan terakhir hingga Rabu (28/7) kelangkaan telur masih terjadi di Ranai.
"Alhamdulliah hari ini tepung sudah datang kiriman dari kapal, sementara untuk telur masih menunggu katanya sekitar empat hari lagi", kata Jasmin.
Menurutnya, imbas terjadi kelangkaan yang terus terjadi berulang - ulang setiap tahun berakibat pada tidak stabilnya harga telur di pasaran.
"Kadang sulit juga kita sebagai pedagang kecil ini, harga naik turun, dan itu terjadi berulang - ulang, setiap tahun begitu", kata Jasmin.
Ia mencontohkan saat persediaan stabil atau dalam kondisi normal harga telur per ikat 210 ribu rupiah dan tertinggi 235 ribu rupiah.
"Satu ikat itu lima papan, kalau normal 210 ribu atau 225 ribu, kemaren sebelum terjadi kelangkaan terakhir 235 ribu, sekarang tidak tahu lagi, stok saya habis, naik turun seperti itu biasa terjadi", ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengatakan pasokan telur didapatkannya dari berbagai pemasok yang ada di wilayah Ranai.
"Saya tidak mengerti juga kenapa selalu terjadi seperti ini, apakah pemasok menggunakan kapal yang sama, satu tidak ada semua tak ada, kalau saya biasanya mendapat dari pemasok Eque dan Acun", kata Jasmin.
Jasmin juga mengatakan, telur jika disimpan paling lama bisa bertahan hanya 2 pekan, karena itu juga Ia menilai tidak banyak pedagang yang mau menyimpan terlalu banyak dan telalu lama.
"Selain terbatas, saya juga hanya mampu menyediakan 30 ikat saja, satu minggu sudah habis terjual, kalau terlalu lama telurnya busuk", ujarnya.
Selain pasokan telur dari Tanjungpinang, Jasmin menjelaskan telur yang beredar di pasar juga didatangkan dari Kalimantan Barat.
"Kalau dari Tanjungpinang masih bisa tahan 2 minggu, tetapi kalau dari Kalimantan kadang cuma bisa bertahan 1 minggu, terus busuk", ungkapnya.
Untuk memastikan hal tersebut, ANTARA mendatangi warung, kedai atau agen pemasok telur yang ada di wilayah Ranai, benar saja tidak ditemukan satupun pedagang atau pemasok menjual telur hingga Rabu petang.
Sementara, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Natuna saat dihubungi belum memberikan keterangan terkait hal tersebut.