Tanjungpinang (ANTARA) - Harga tiket dari Pelabuhan Internasional Sri Bintan Pura, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau menuju Pelabuhan Stulang Laut, Malaysia dan Tanjungpinang menuju Singapura naik 100 persen.
Tokoh masyarakat Kepri, Rudy Chua, yang juga mantan pengusaha perhotelan, di Tanjungpinang, Sabtu, mengatakan, harga tiket kapal untuk orang dewasa dari Tanjungpinang menuju Malaysia sebesar Rp420.000, sementara untuk tiket berangkat dan pulang yang dibeli sekaligus (twoways) Rp700.000.
Harga tiket kapal rute Tanjungpinang-Malaysia untuk anak-anak Rp300.000/orang. Tiket kapal "twoways" untuk anak-anak Rp400.000/orang.
Begitu pula dengan harga tiket dari Tanjungpinang menuju Pelabuhan Tanah Merah, Singapura untuk satu kali perjalanan Rp450.000/orang, sementara untuk tiket pulang dan pergi Rp880.000/orang.
"Saya pikir perlu penyesuaian harga pada awal pembukaan akses perjalanan luar negeri. Kalau harganya tinggi, warga kemungkinan urung ke Malaysia maupun Singapura," kata Rudy, yang juga anggota Komisi II DPRD Kepri.
Mantan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kepri itu juga mengatakan harga tiket dari Pelabuhan Bandar Telani Bintan, Lagoi menuju Singapura dan Malaysia naik 100 persen.
"Bahkan dari sejumlah pelabuhan di Batam menuju Singapura dan Malaysia naik lebih dari 100 persen. Dari Batam ke Singapura Rp350.000/orang untuk satu kali perjalanan, sedangkan untuk tiket pulang dan pergi Rp500.000," ucapnya.
Menurut dia, harga tiket bukan satu-satunya biaya yang harus dikeluarkan warga yang ingin berangkat ke Singapura dan Malaysia, melainkan juga biaya tes usap PCR di negara itu, yang menjadi syarat wajib untuk kembali Tanjungpinang, Bintan atau Batam. Biaya tes PCR di Singapura untuk pemeriksaan normal mencapai Rp1 juta/orang, dan membutuhkan waktu lebih dari 8 jam untuk mengetahui hasilnya.
Sementara rata-rata warga Kepri yang berkunjung ke Malaysia maupun Singapura, pulang hari. Mereka tidak menginap dengan berbagai alasan, kecuali untuk kebutuhan khusus seperti berobat.
"Kebanyakan yang terjadi sebelum pandemi itu, warga yang berkunjung ke Malaysia dan Singapura tidak menginap. Tentu dengan biaya tinggi, mereka merasa keberatan," katanya.
Contohnya, hari ini. Pelayaran perdana dari Tanjungpinang menuju Malaysia dan Singapura hanya ada 16 penumpang. Padahal pelayaran perdana ini dilakukan setelah dua tahun aktivitas di pelabuhan internasional vakum. Kondisi itu, tentu membuat perusahaan pelayaran mengalami kerugian.
"Ada dua hal yang harus dilakukan, pertama penyesuaian harga tiket kapal. Dan kedua, penurunan syarat wajib tes PCR menjadi tes antigen. Ini sudah dilakukan Pemerintah Singapura untuk merangsang wisman datang ke negara itu," tuturnya.
Sebelumnya, Gubernur Kepri Ansar Ahmad mengatakan hasil tes PCR dari Singapura sebagai syarat masuk ke Kepri, cukup memberatkan warga, karena harga tes usap PCR, mahal. Karena itu, ia minta pemerintah pusat memberi diskresi terhadap Kepri sebagai upaya meningkatkan jumlah wisman berkunjung ke Kepri.
"Kami minta pemerintah pusat memberi kebijakan khusus untuk meningkatkan wisman ke Kepri," katanya.
Tokoh masyarakat Kepri, Rudy Chua, yang juga mantan pengusaha perhotelan, di Tanjungpinang, Sabtu, mengatakan, harga tiket kapal untuk orang dewasa dari Tanjungpinang menuju Malaysia sebesar Rp420.000, sementara untuk tiket berangkat dan pulang yang dibeli sekaligus (twoways) Rp700.000.
Harga tiket kapal rute Tanjungpinang-Malaysia untuk anak-anak Rp300.000/orang. Tiket kapal "twoways" untuk anak-anak Rp400.000/orang.
Begitu pula dengan harga tiket dari Tanjungpinang menuju Pelabuhan Tanah Merah, Singapura untuk satu kali perjalanan Rp450.000/orang, sementara untuk tiket pulang dan pergi Rp880.000/orang.
"Saya pikir perlu penyesuaian harga pada awal pembukaan akses perjalanan luar negeri. Kalau harganya tinggi, warga kemungkinan urung ke Malaysia maupun Singapura," kata Rudy, yang juga anggota Komisi II DPRD Kepri.
Mantan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kepri itu juga mengatakan harga tiket dari Pelabuhan Bandar Telani Bintan, Lagoi menuju Singapura dan Malaysia naik 100 persen.
"Bahkan dari sejumlah pelabuhan di Batam menuju Singapura dan Malaysia naik lebih dari 100 persen. Dari Batam ke Singapura Rp350.000/orang untuk satu kali perjalanan, sedangkan untuk tiket pulang dan pergi Rp500.000," ucapnya.
Menurut dia, harga tiket bukan satu-satunya biaya yang harus dikeluarkan warga yang ingin berangkat ke Singapura dan Malaysia, melainkan juga biaya tes usap PCR di negara itu, yang menjadi syarat wajib untuk kembali Tanjungpinang, Bintan atau Batam. Biaya tes PCR di Singapura untuk pemeriksaan normal mencapai Rp1 juta/orang, dan membutuhkan waktu lebih dari 8 jam untuk mengetahui hasilnya.
Sementara rata-rata warga Kepri yang berkunjung ke Malaysia maupun Singapura, pulang hari. Mereka tidak menginap dengan berbagai alasan, kecuali untuk kebutuhan khusus seperti berobat.
"Kebanyakan yang terjadi sebelum pandemi itu, warga yang berkunjung ke Malaysia dan Singapura tidak menginap. Tentu dengan biaya tinggi, mereka merasa keberatan," katanya.
Contohnya, hari ini. Pelayaran perdana dari Tanjungpinang menuju Malaysia dan Singapura hanya ada 16 penumpang. Padahal pelayaran perdana ini dilakukan setelah dua tahun aktivitas di pelabuhan internasional vakum. Kondisi itu, tentu membuat perusahaan pelayaran mengalami kerugian.
"Ada dua hal yang harus dilakukan, pertama penyesuaian harga tiket kapal. Dan kedua, penurunan syarat wajib tes PCR menjadi tes antigen. Ini sudah dilakukan Pemerintah Singapura untuk merangsang wisman datang ke negara itu," tuturnya.
Sebelumnya, Gubernur Kepri Ansar Ahmad mengatakan hasil tes PCR dari Singapura sebagai syarat masuk ke Kepri, cukup memberatkan warga, karena harga tes usap PCR, mahal. Karena itu, ia minta pemerintah pusat memberi diskresi terhadap Kepri sebagai upaya meningkatkan jumlah wisman berkunjung ke Kepri.
"Kami minta pemerintah pusat memberi kebijakan khusus untuk meningkatkan wisman ke Kepri," katanya.