Tanjungpinang (ANTARA) - Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau menargetkan Pulau Penyengat yang berhadapan dengan Gedung Daerah Kota Tanjungpinang menjadi pusat destinasi wisata berbasis budaya di wilayah itu.
Kepala Dinas Pariwisata Kepri Buralimar, di Tanjungpinang, Rabu, mengatakan, Pulau Penyengat layak menjadi pusat pengembangan pariwisata berbasis budaya karena sejak dahulu sebagai pusat perkembangan budaya Melayu.
Peninggalan aset sejarah Melayu berupa benda maupun nonbenda merupakan warisan budaya Melayu yang terjaga sampai saat ini dan memiliki nilai untuk dunia pariwisata.
"Pengembangan sektor pariwisata berbasis budaya juga perlu dikombinasikan dengan kreativitas yang dapat menarik perhatian wisatawan. Karena itu festival pariwisata berbasis nilai-nilai keislaman yang perlu dikembangkan di Pulau Penyengat," ucap Buralimar.
Merawat aset sejarah Kerajaan Riau-Lingga-Pahang di Pulau Penyengat, kata dia, perlu dilakukan. Semestinya, lanjut dia, hal itu dilakukan sejak dahulu karena Pulau Penyengat memiliki sejarah yang besar di Indonesia.
Cikal bakal lahirnya Bahasa Indonesia berasal dari Pulau Penyengat. Karena itu Raja Ali Haji, pencipta gubahan Gurindam 12 asal Pulau Penyengat, ditetapkan sebagai Pahlawan Indonesia yang berjasa di bidang bahasa.
"Tahun ini akan dilakukan revitalisasi Pulau Penyengat. Tentu ini sangat baik untuk menjaga nilai-nilai sejarah, yang berdampak positif pada sektor pariwisata," ujar Buralimar.
Pemerintah Kepri menggelontorkan anggaran Rp30 miliar untuk menata Pulau Penyengat supaya lebih indah. Penataan Pulau Penyengat meliputi penataan Pelantar Kuning Tanjungpinang, penampilan pompong, dan Pelantar Pulau Penyengat.
Penataan juga dilakukan untuk pelebaran jalan, transportasi darat, Gedung Tabib, Balai Maklumat, kompleks makam para raja, Istana Kantor, Gedung Balai Adat, dan pelebaran jalan utama.
"Kami akan melibatkan perusahaan-perusahaan, termasuk pihak perbankan untuk membantu penataan Pulau Penyengat melalui dana CSR," kata Gubernur Kepri Ansar Ahmad baru-baru ini.
Kepala Dinas Pariwisata Kepri Buralimar, di Tanjungpinang, Rabu, mengatakan, Pulau Penyengat layak menjadi pusat pengembangan pariwisata berbasis budaya karena sejak dahulu sebagai pusat perkembangan budaya Melayu.
Peninggalan aset sejarah Melayu berupa benda maupun nonbenda merupakan warisan budaya Melayu yang terjaga sampai saat ini dan memiliki nilai untuk dunia pariwisata.
"Pengembangan sektor pariwisata berbasis budaya juga perlu dikombinasikan dengan kreativitas yang dapat menarik perhatian wisatawan. Karena itu festival pariwisata berbasis nilai-nilai keislaman yang perlu dikembangkan di Pulau Penyengat," ucap Buralimar.
Merawat aset sejarah Kerajaan Riau-Lingga-Pahang di Pulau Penyengat, kata dia, perlu dilakukan. Semestinya, lanjut dia, hal itu dilakukan sejak dahulu karena Pulau Penyengat memiliki sejarah yang besar di Indonesia.
Cikal bakal lahirnya Bahasa Indonesia berasal dari Pulau Penyengat. Karena itu Raja Ali Haji, pencipta gubahan Gurindam 12 asal Pulau Penyengat, ditetapkan sebagai Pahlawan Indonesia yang berjasa di bidang bahasa.
"Tahun ini akan dilakukan revitalisasi Pulau Penyengat. Tentu ini sangat baik untuk menjaga nilai-nilai sejarah, yang berdampak positif pada sektor pariwisata," ujar Buralimar.
Pemerintah Kepri menggelontorkan anggaran Rp30 miliar untuk menata Pulau Penyengat supaya lebih indah. Penataan Pulau Penyengat meliputi penataan Pelantar Kuning Tanjungpinang, penampilan pompong, dan Pelantar Pulau Penyengat.
Penataan juga dilakukan untuk pelebaran jalan, transportasi darat, Gedung Tabib, Balai Maklumat, kompleks makam para raja, Istana Kantor, Gedung Balai Adat, dan pelebaran jalan utama.
"Kami akan melibatkan perusahaan-perusahaan, termasuk pihak perbankan untuk membantu penataan Pulau Penyengat melalui dana CSR," kata Gubernur Kepri Ansar Ahmad baru-baru ini.