Batam (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Batam mengatakan kondisi kesehatan 202 sapi yang diduga mengidap penyakit mulut dan kuku (PMK) mulai membaik.
“Sapi itu semua dalam kondisi mulai membaik, sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Mereka terus kami berikan vitamin dan semuanya aman, sudah mulai membaik,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Batam, Mardanis di Batam Kepulauan Riau, Selasa (5/7).
Namun demikian, dia mengatakan masih menunggu hasil pemeriksaan sampel dari Balai Veteriner Bukittinggi untuk memastikan apakah terkena PMK atau tidak.
“Masih menunggu, sekarang kami belum menerima hasil lab-nya,” katanya.
Penasehat Asosiasi Pedagang Peternak Sapi dan Kambing Kota Batam, Musofa menambahkan, kemungkinan sapi-sapi itu sakit akibat perjalanan dari daerah asal yang lebih jauh dari biasanya.
"Perjalanan tiga hari tiga malam wajar sapinya capek. Lalu di Instalasi Karantina Hewan (IKH) becek lantaran musim hujan," katanya.
Selain itu faktor lainnya yang mempengaruhi adalah jenis rumput yang dimakan oleh sapi-sapi berbeda dari daerah asal.
“Makanan di Lampung Tengah sama di Batam juga berbeda. Kalau di Lampung Tengah rumputnya fermentasi dan digiling, di Batam rumputnya kasar dan bercampur dengan ilalang. Sehingga mulut sapi sensitif," katanya.
Diberitakan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Batam mengatakan sebanyak 202 hewan ternak sapi di Batam diduga mengidap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) karena menimbulkan gejala klinis.
“Sapi yang masuk ke Batam dari Lampung Tengah itu yang pertama ada 319, yang kedua 494 sapi. Kemudian yang suspek PMK ada 202 sapi sampai saat ini,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Batam Mardanis.
Dia menyebutkan, untuk sapi yang diduga terkena PMK itu sudah diambil sampel nya dan kemudian dikirim ke laboratorium di Bukittinggi Sumatera Barat.
Namun sebelum ada temuan dugaan tersebut, Mardanis mengungkapkan bahwa ada 1 sapi dari pengiriman kedua yang ada di tempat karantina sementara harus dipotong paksa.
“Kami melihat ada gejala klinis yang berat, lalu kami ambil sampel liurnya setelah itu kami potong paksa dengan berita acara dari karantina. Sapi yang dipotong tidak konsumsi, itu kami kuburkan,” ungkapnya.