Denpasar (ANTARA) - Keluarga dari dua WNI korban gempa berkekuatan magnitudo 7,8 di Turki melihat prosesi penguburan jenazah di Kahramanmaras melalui rekaman video yang dikirimkan oleh KBRI di Ankara.
“Kemarin (9/2) kami telepon dan dikirimi video (penguburan jenazah Nia),” kata ibu dari korban gempa itu, Bidayati Rahmat Zaelani, saat ditemui di rumahnya di Denpasar, Bali, Jumat.
Ia menyaksikan video penguburan itu bersama anggota keluarga lainnya, termasuk bapak dari korban, Muhammad Sukarmin.
Dia pun mengucapkan terima kasih kepada staf KBRI Ankara yang terus membuka jalur komunikasi dengan pihak keluarga dan memberi informasi mengenai pemulasaran dan penguburan jenazah putri, beserta cucu, dan menantunya itu.
“Staf KBRI bertindak cepat (saat jenazah ditemukan) dibawa ke rumah sakit, jenazah dibersihkan, dan dikafankan,” kata Bidayati.
Ia juga menyampaikan sempat melihat wajah anaknya sebelum dikubur, tetapi Bidayati mengaku tak sanggup melihat wajah cucunya yang juga menjadi korban gempa.
“Wajahnya (Nia) bersih. Tidak seperti orang yang tertindih reruntuhan,” kata dia.
Dalam kesempatan yang sama Bidayati menceritakan pihak keluarga sempat berencana membawa pulang jenazah Nia bersama anaknya ke Indonesia. Pihak keluarga pun sempat menghubungi KBRI Ankara dan membahas permintaan tersebut.
“Akhirnya dari KBRI memberi masukan dan penjelasan (bahwa) bisa dipulangkan, tetapi karena kondisi tertindih reruntuhan prosesnya bisa 1–2 minggu. Tetapi karena kami orang Muslim, pemakaman harus disegerakan,” kata dia.
Bidayati dan keluarga pun akhirnya ikhlas menerima keputusan untuk menguburkan jenazah Nia dan anaknya di Kahramanmaras, kota di bagian tengah Turki yang berjarak lebih dari 600 kilometer dari Ankara, dan lebih dari 1.000 km dari Istanbul.
Saya sebagai ibu, di mana pun Nia dimakamkan, itu tanahnya Tuhan (yang) punya juga,” kata Bidayati.
Di rumah keluarga Nia Marlinda, Bidayati dan Sukarmin membuka pintu untuk keluarga, kerabat, dan tetangga, yang ingin melayat dan ikut pengajian/tahlilan.
Kegiatan mendoakan korban itu dimulai sejak Kamis malam (9/2) dan rencananya akan terus berlangsung selama 7 hari, kemudian pada hari ke-40, dan hari ke-100 kematian Nia Marlinda.
“Sudah banyak yang melayat sejak berita (kematian beredar). Ada tahlilan sampai 7 hari itu, karena kami ada tradisi orang Lombok juga ada hari ke-40 dan hari ke-100. Ada shalat gaib juga, kami sekeluarga aktif sosialisasi,” kata Bidayati yang telah tinggal di Bali selama kurang lebih 40 tahun.
Di beberapa masjid, termasuk salah satunya di Masjid Chandra Asri di Ketewel, Gianyar, Jumat, jamaah shalat Jumat menggelar shalat gaib untuk Nia Marlinda, suaminya yang berkewarganegaraan Turki, dan anaknya.
Sementara itu, KBRI) di Ankara masih mencari satu WNI yang hilang kontak setelah gempa bumi yang mengguncang Turki dan Suriah, Senin (6/2).
Tim KBRI sebelumnya telah mengevakuasi 123 WNI ke Ankara. Seorang ibu dan dua anak yang sempat hilang kontak serta satu WNI pekerja terapis spa juga sudah berhasil ditemukan, sementara satu WNI yang tinggal di Dyarbakir belum diketahui keberadaannya hingga saat ini.
“Semula pada saat kejadian ada lima WNI yang hilang kontak. Seorang ibu dan dua anaknya sudah bisa kami hubungi, kemudian satu pekerja terapis spa juga sudah bisa dikontak. Hingga saat ini masih ada satu lagi pekerja kita yang belum dapat dihubungi," ujar Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Namun KBRI, lanjut dia, telah mengirimkan tim evakuasi kedua untuk melanjutkan pencarian ke lokasi-lokasi gempa di enam titik, yakni Dyarbakir, Sanliurfa, Kahramanmara, Malatya, Gaziantep dan Hatay guna memastikan tidak ada WNI yang tertinggal dan tidak tertolong.
Dia menuturkan bahwa proses evakuasi tidak mudah karena kondisi dan cuaca yang dingin dan disertai badai salju.
“Akses jalan menuju ke lokasi juga padat dengan berbagai macam kendaraan termasuk alat-alat berat,” ujar dia.
Selain melakukan pencarian, tim evakuasi juga akan mengantarkan 179 paket bantuan logistik bagi WNI yang tersebar di wilayah gempa yang memilih tetap tinggal, tetapi membutuhkan bantuan logistik.
Bantuan tersebut meliputi bahan makanan, selimut, jaket musim dingin dan baju hangat untuk bayi
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Keluarga WNI korban gempa Turki lihat penguburan via rekaman video
“Kemarin (9/2) kami telepon dan dikirimi video (penguburan jenazah Nia),” kata ibu dari korban gempa itu, Bidayati Rahmat Zaelani, saat ditemui di rumahnya di Denpasar, Bali, Jumat.
Ia menyaksikan video penguburan itu bersama anggota keluarga lainnya, termasuk bapak dari korban, Muhammad Sukarmin.
Dia pun mengucapkan terima kasih kepada staf KBRI Ankara yang terus membuka jalur komunikasi dengan pihak keluarga dan memberi informasi mengenai pemulasaran dan penguburan jenazah putri, beserta cucu, dan menantunya itu.
“Staf KBRI bertindak cepat (saat jenazah ditemukan) dibawa ke rumah sakit, jenazah dibersihkan, dan dikafankan,” kata Bidayati.
Ia juga menyampaikan sempat melihat wajah anaknya sebelum dikubur, tetapi Bidayati mengaku tak sanggup melihat wajah cucunya yang juga menjadi korban gempa.
“Wajahnya (Nia) bersih. Tidak seperti orang yang tertindih reruntuhan,” kata dia.
Dalam kesempatan yang sama Bidayati menceritakan pihak keluarga sempat berencana membawa pulang jenazah Nia bersama anaknya ke Indonesia. Pihak keluarga pun sempat menghubungi KBRI Ankara dan membahas permintaan tersebut.
“Akhirnya dari KBRI memberi masukan dan penjelasan (bahwa) bisa dipulangkan, tetapi karena kondisi tertindih reruntuhan prosesnya bisa 1–2 minggu. Tetapi karena kami orang Muslim, pemakaman harus disegerakan,” kata dia.
Bidayati dan keluarga pun akhirnya ikhlas menerima keputusan untuk menguburkan jenazah Nia dan anaknya di Kahramanmaras, kota di bagian tengah Turki yang berjarak lebih dari 600 kilometer dari Ankara, dan lebih dari 1.000 km dari Istanbul.
Saya sebagai ibu, di mana pun Nia dimakamkan, itu tanahnya Tuhan (yang) punya juga,” kata Bidayati.
Di rumah keluarga Nia Marlinda, Bidayati dan Sukarmin membuka pintu untuk keluarga, kerabat, dan tetangga, yang ingin melayat dan ikut pengajian/tahlilan.
Kegiatan mendoakan korban itu dimulai sejak Kamis malam (9/2) dan rencananya akan terus berlangsung selama 7 hari, kemudian pada hari ke-40, dan hari ke-100 kematian Nia Marlinda.
“Sudah banyak yang melayat sejak berita (kematian beredar). Ada tahlilan sampai 7 hari itu, karena kami ada tradisi orang Lombok juga ada hari ke-40 dan hari ke-100. Ada shalat gaib juga, kami sekeluarga aktif sosialisasi,” kata Bidayati yang telah tinggal di Bali selama kurang lebih 40 tahun.
Di beberapa masjid, termasuk salah satunya di Masjid Chandra Asri di Ketewel, Gianyar, Jumat, jamaah shalat Jumat menggelar shalat gaib untuk Nia Marlinda, suaminya yang berkewarganegaraan Turki, dan anaknya.
Sementara itu, KBRI) di Ankara masih mencari satu WNI yang hilang kontak setelah gempa bumi yang mengguncang Turki dan Suriah, Senin (6/2).
Tim KBRI sebelumnya telah mengevakuasi 123 WNI ke Ankara. Seorang ibu dan dua anak yang sempat hilang kontak serta satu WNI pekerja terapis spa juga sudah berhasil ditemukan, sementara satu WNI yang tinggal di Dyarbakir belum diketahui keberadaannya hingga saat ini.
“Semula pada saat kejadian ada lima WNI yang hilang kontak. Seorang ibu dan dua anaknya sudah bisa kami hubungi, kemudian satu pekerja terapis spa juga sudah bisa dikontak. Hingga saat ini masih ada satu lagi pekerja kita yang belum dapat dihubungi," ujar Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Namun KBRI, lanjut dia, telah mengirimkan tim evakuasi kedua untuk melanjutkan pencarian ke lokasi-lokasi gempa di enam titik, yakni Dyarbakir, Sanliurfa, Kahramanmara, Malatya, Gaziantep dan Hatay guna memastikan tidak ada WNI yang tertinggal dan tidak tertolong.
Dia menuturkan bahwa proses evakuasi tidak mudah karena kondisi dan cuaca yang dingin dan disertai badai salju.
“Akses jalan menuju ke lokasi juga padat dengan berbagai macam kendaraan termasuk alat-alat berat,” ujar dia.
Selain melakukan pencarian, tim evakuasi juga akan mengantarkan 179 paket bantuan logistik bagi WNI yang tersebar di wilayah gempa yang memilih tetap tinggal, tetapi membutuhkan bantuan logistik.
Bantuan tersebut meliputi bahan makanan, selimut, jaket musim dingin dan baju hangat untuk bayi
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Keluarga WNI korban gempa Turki lihat penguburan via rekaman video