Tanjungpinang (ANTARA) - Badan Karantina Pertanian (Kabarantan) mengingatkan penerapan Biosecurity atau keamanan hayati peternakan babi Pulau Bulan, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) guna mencegah virus flu babi Afrika (ASF).

"Penerapan SOP Biosecurity di Pulau Bulan harus dilakukan dengan sangat ketat, mulai dari prosedur Biosecurity para pekerja, alat angkut, sampai kondisi pakan babi juga harus menjadi perhatian," kata Kepala Badan Karantina Pertanian (Kabarantan), Bambang di Tanjungpinang, Kamis (25/5).

Bambang bahkan sudah meninjau langsung peternakan babi di Pulau Bulan, Rabu (24/5), untuk mengetahui upaya percepatan penanganan penyakit ASF di kawasan tersebut.

Pihaknya berkewajiban melakukan pengawalan agar babi asal Pulau Bulan dapat kembali memenuhi permintaan pasar ekspor, setelah satu bulan tutup imbas virus flu babi Afrika.

Barantan juga mempertanyakan progres persiapan implementasi sub kompartemen bebas ASF di Pulau Bulan, yang telah disepakati oleh Singapura.

"Pada prinsipnya, pemerintah akan mendukung pelaku usaha yang berinisiatif melakukan pengembangan vaksin secara mandiri agar dapat bermanfaat dan tetap mengikuti prosedur yang berlaku," ujar Bambang.

Kepala Karantina Pertanian Tanjungpinang, Aris Hadiyono, mengaku optimistis bisa melakukan percepatan penanganan penyakit ASF di Pulau Bulan dengan kerja sama semua stakeholder terkait.

Ia turut menyampaikan bahwa per tanggal 8 Mei 2023 pihaknya telah kembali melakukan sertifikasi pengeluaran karkas daging babi asal Pulau Bulan sebanyak 112 kali guna memenuhi kebutuhan di Kota Batam.

"Sejak pejabat otoritas veteriner Propinsi Kepri membuka lalulintas produk hewan dari Pulau Bulan untuk wilayah Batam, pejabat karantina telah melakukan sertifikasi pengiriman sebanyak 38 ton," ujar Aris.

Sementara itu, perwakilan PT. ITS, selaku pengelola ternak babi Pulau Bulan, Tjatur Isnandar, menyebut saat ini pihaknya sedang berupaya untuk mengembalikan populasi babi di Pulan Bulan dengan seoptimal mungkin supaya dapat kembali memenuhi permintaan pasar ekspor.

Menurutnya populasi yang tersisa sekarang 50 ribu ekor dan ditargetkan dalam waktu paling lama satu tahun, bisa kembali mencapai 200 ribu ekor populasi karena sebelumnya permintaan dari Singapura mencapai 1.000 ekor per hari.

Pihaknya juga memastikan proses repopulasi dapat dipercepat dengan adanya rencana impor vaksin ASF dari Vietnam.

"Untuk itu, kami mohon Kabarantan dapat mengizinkan pemasukan vaksin ASF asal Vietnam agar dapat dikembangkan secara mandiri di Pulau Bulan. Vietnam saat ini sudah melakukan pengembangan vaksin ASF sendiri," katanya.
 

Pewarta : Ogen
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2024