Hamilton, Kanada (ANTARA) - Kepala badan bantuan PBB Martin Griffiths menyebutkan aksi protes global untuk menghentikan serangan dan operasi militer Israel di Jalur Gaza menjadi terlalu keras untuk diabaikan. Griffiths mengatakan, operasi militer di Rafah telah menjadi sebuah tragedi yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, seperti diberitakan Anadolu, Sabtu.

“Meskipun Israel menolak seruan masyarakat internasional untuk menyelamatkan Rafah, tuntutan global untuk segera menghentikan serangan ini telah menjadi terlalu keras untuk diabaikan,” kata kepala bantuan PBB tersebut.

Griffiths mencatat operasi militer Israel telah memaksa lebih dari 800.000 orang mengungsi ke daerah-daerah tanpa tempat tinggal, jamban dan air bersih yang memadai.

Serangan di Rafah, kata dia, mengakhiri aliran bantuan ke bagian selatan Gaza, melumpuhkan operasi kemanusiaan hingga mencapai titik puncaknya. Ia juga mencatat bahwa Israel menghentikan distribusi makanan dan pasokan bahan bakar untuk kehidupan di Jalur Gaza.

Mengutip resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengadvokasi perlindungan personel kemanusiaan dan PBB serta perintah Mahkamah Internasional (ICJ) agar Israel menghentikan serangan militer di Rafah di Gaza selatan, Griffiths berkata, "Ini adalah momen kejelasan."

“Ini adalah momen untuk menuntut penghormatan terhadap aturan perang yang mengikat semua orang, warga sipil harus diizinkan mencari keselamatan,” katanya.

Bantuan kemanusiaan, menurut dia, harus difasilitasi tanpa hambatan. Dia turut mengulangi permintaannya untuk "membebaskan para sandera, menyetujui gencatan senjata dan mengakhiri mimpi buruk ini."

Dalam pemberitaan sebelumnya disebutkan Pemerintah Israel memerintahkan tim negosiasi untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pertukaran sandera, menurut media setempat pada Kamis.

Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Kabinet Perang memerintahkan tim negosiasi "untuk melanjutkan perundingan yang mengembalikan para sandera."

Mayor Jenderal Nitzan Alon, salah satu perunding, menyampaikan rencana terbaru pada pertemuan Kabinet Perang setelah Netanyahu menolak proposal sebelumnya pada hari Sabtu, menurut laporan lembaga penyiaran publik Israel, KAN.

Sebuah sumber mengatakan kepada KAN bahwa tim negosiasi tidak mendapatkan semua yang diminta "namun setidaknya terdapat kemajuan."

Proposal baru itu mencakup, berkompromi mengenai perselisihan dengan Hamas, namun tetap dengan sikap Israel yang semakin kaku mengenai masalah-masalah lain yang tidak disetujui oleh kedua belah pihak, kata KAN, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.


 

Sumber : Anadolu
 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PBB: protes global hentikan serangan di Rafah makin tak bisa diabaikan

Pewarta : Kuntum Khaira Riswan
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2024