Lubuk Basung,- (ANTARA) -
Pemkab Agam, Sumatera Barat akan merelokasi 114 rumah korban banjir lahar hujan Gunung Marapi dan longsor ke daerah lebih aman dari bencana alam.
 
Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Permukiman Agam Rinaldi di Lubuk Basung, Selasa, mengatakan 114 rumah itu tersebar di Kecamatan Ampek Angkek 35 unit, Banuhampu dua unit, Canduang 42 unit, Sungai Pua 29 unit, dan Malalak enam unit.
 
"Sebanyak 114 unit rumah tersebut berada di daerah zona merah atau lokasi rawan bencana yang berada di sepanjang aliran sungai, longsor, dan lainnya yang tidak bisa ditempati," kata dia 
 
Ia mengatakan 114 rumah itu bakal direlokasi di Balingka, Kecamatan Ampek Koto, tanah milik pemkab di Kecamatan Lubuk Basung, dan tanah milik PT Inang Sari di Lubuk Basung.
 
Sebanyak tiga lokasi merupakan alternatif tempat untuk pelaksanaan program itu, sedangkan Perkim Agam telah meninjau lokasi tersebut bersama Badan Pertanahan Nasional (BPN) Agam.
 
Apabila lahan sudah final, kata dia, maka pembangunan rumah dilakukan pada 2024 menggunakan dana dari pemerintah pusat.
 
Lokasi tersebut juga dibangun fasilitas umum, antara lain berupa jalan dan drainase.

"Mereka kita minta membuat surat pernyataan bersedia direlokasi ke lokasi yang telah kita sediakan," katanya.
 
Ia mengatakan untuk program relokasi mandiri atau pembangunan rumah di lahan milik sendiri di luar zona merah ada 47 unit tersebar di Kecamatan Ampek Angkek 18 unit, Banuhampu dua unit, Canduang 18 unit, Sungai Pua satu unit, dan Malalak delapan unit.
 
Nantinya, Pemkab Agam bakal membangun rumah dengan tipe 36 di lokasi tanah mereka.

"Untuk total dana pembangunan belum diketahui, karena anggaran merupakan dari pusat," katanya.
 
Ia mengatakan jumlah warga yang mengikuti program relokasi kolektif dan mandiri itu merupakan data sementara sehingga berkemungkinan data akan berkembang.

Setelah itu, keluar surat keputusan dari Bupati Agam terkait dengan warga yang menerima program tersebut.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) siap memasang 20 unit sensor sistem peringatan dini (early warning system atau EWS) bencana banjir bandang di aliran sungai di kawasan Gunung Marapi, Sumatera Barat.

Direktur Mitigasi Bencana BNPB Berton Suar Pandjaitan di Jakarta, Selasa, mengatakan aliran sungai yang akan dipasang sensor EWS di wilayah Kabupaten Tanah Datar, Agam, dan Kota Padang Panjang.

"Saat ini tim sedang melaksanakan survei di sana mencari titik atau lokasi strategis untuk memasang 20 unit sensor dan rambu mitigasi bencana itu," kata dia.

Berdasarkan hasil analisa BNPB diketahui Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang merupakan wilayah rawan bencana banjir bandang karena beririsan langsung dengan sejumlah sungai yang aliran airnya berhulu di Gunung Marapi. Gunung berapi tersebut telah beberapa kali erupsi sejak beberapa waktu terakhir.

Data BNPB, 62 warga di kabupaten dan kota setempat meninggal dunia akibat banjir bandang dengan material bercampur dengan hasil aktivitas vulkanik gunung berapi itu.

Berton menilai berbagai informasi sistem EWS tersebut penting bagi masyarakat, supaya mereka meminimalisasi dampak bencana banjir itu jika terjadi kembali.

Ia menyebut potensi dampak bencana itu masih tinggi. Berdasarkan analisa tim ahli geologi, sekitar 700 ribu meter kubik material vulkanik mengendap di kawasan puncak atau lereng Gunung Marapi.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemkab Agam relokasi 114 rumah korban banjir lahar Gunung Marapi

Pewarta : Altas Maulana
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2024