Teheran (ANTARA) - Kantor informasi pemerintah di Gaza melaporkan kematian 1.000 anak Palestina yang sakit dan terluka akibat penutupan penyeberangan Rafah dengan Mesir dalam waktu 100 hari terakhir.

"Setelah membakar dan menghancurkan penyeberangan Rafah, tentara Israel menutup penyeberangan perbatasan antara Palestina dan Mesir ini selama lebih dari tiga bulan," demikian pernyataan pengumuman kantor pemerintah Gaza yang dikutip IRNA pada Rabu (14/8) malam.

Kantor tersebut menekankan bahwa aksi tentara Zionis yang berbarengan dengan meningkatnya bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di semua wilayah di Gaza ini jelas merupakan kejahatan ilegal.

Perbuatan mereka juga melanggar hukum internasional, hak asasi manusia internasional serta bertentangan dengan semua perjanjian internasional.

Rezim Israel masih melarang akses masuk semua jenis bantuan ke Jalur Gaza, termasuk pasokan medis. Ini mencerminkan rencana rezim Zionis untuk menghancurkan sektor kesehatan karena krisis obat-obatan dan peralatan medis dapat memaksa penutupan sejumlah rumah sakit yang tersisa.

Kantor media di Gaza mengumumkan bahwa rezim Zionis juga melarang 25.000 orang sakit dan terluka berobat ke luar negeri, yang mengakibatkan lebih dari 1.000 anak, orang sakit dan korban luka kehilangan nyawa.

Pihaknya mendesak komunitas internasional dan semua badan internasional agar mengutuk kejahatan rezim dan meminta rezim Zionis beserta Amerika Serikat bertanggung jawab penuh atas konsekuensi berbahaya dari penutupan penyeberangan Rafah dan larangan masuk peralatan medis serta bantuan kemanusiaan ke Gaza.


Sumber: IRNA-OANA

Pembantaian warga sipil...


Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam keras serangan militer Israel di Jalur Gaza, dan menggambarkan tindakan Israel itu sebagai pembantaian terhadap warga sipil.

Erdogan, saat menerima kunjungan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di kantor kepresidenan Turki di Ankara pada Rabu (14/8), mengatakan bahwa Israel terus membantai warga sipil di Gaza.

Erdogan juga mengecam beberapa negara Barat yang tetap diam dan membantu Israel.

“Israel terus membantai warga sipil, termasuk bayi, di Gaza, mengusir warga Palestina yang tidak bersalah, (dan) menyerang sekolah, rumah sakit, dan daerah tempat warga sipil mencari perlindungan,” ucapnya.

Ia menegaskan kembali dukungan teguh Turki untuk Palestina. 

Turki, ujarnya, akan terus mendukung hak-hak Palestina dan menjalankan upaya untuk menghentikan Israel serta meningkatkan tekanan internasional terhadap Israel.

Presiden Turki itu juga menekankan perlunya gencatan senjata di Gaza segera diwujudkan dan memastikan bahwa bantuan kemanusiaan sampai kepada warga Palestina tanpa gangguan.

"Semua negara, terutama dunia Islam, harus mengintensifkan upaya mereka untuk mencapai gencatan senjata segera dan memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa gangguan," ucapnya.

Erdogan juga menyatakan senang karena Presiden Abbas akan berpidato di Majelis Nasional Agung Turki. 

Sumber : Anadolu

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Penutupan Rafah sebabkan 1.000 anak Palestina di Gaza meninggal

Pewarta : Asri Mayang Sari
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2024