Padang (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kementerian ESDM melaporkan laju emisi (fluks) gas Sulfur Dioksida (SO2) Gunung Marapi di Sumatera Barat masih terdeteksi rendah.

"Meskipun aktivitas Gunung Marapi cenderung mengalami peningkatan namun laju emisi (fluks) gas SO2 dari satelit sentinel masih terdeteksi dengan kuantitas yang rendah," kata Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM Muhammad Wafid melalui keterangan tertulisnya yang diterima di Padang, Senin.

Ia mengatakan berdasarkan laporan 11 November 2024 laju emisi gas SO2 terukur 23 ton/hari. Hal ini mencerminkan aktivitas gunung api masih dominan berupa pelepasan gas dengan kandungan gas magmatik SO2 yang tergolong rendah.

Berdasarkan evaluasi data-data pemantauan, secara umum aktivitas gunung api yang berada di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar ini cenderung menurun. Namun, PVMBG masih membutuhkan waktu untuk melihat kestabilannya.

Aktivitas letusan masih dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk pelepasan dari akumulasi energi, dan erupsi bisa terjadi semakin intensif bila pasokan fluida (magma dan gas) dari kedalaman kembali meningkat signifikan.
 

Selain itu, ujar dia, jika terjadi letusan maka potensi bahaya abu erupsi dapat mengganggu saluran pernapasan maupun penerbangan karena penyebaran abu akan mengikuti arah maupun kecepatan angin.
Di samping itu, material erupsi yang jatuh dan terendapkan di bagian puncak dan lereng berpotensi menjadi lahar saat bercampur air hujan.

 

 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PVMBG laporkan gas beracun di Gunung Marapi terdeteksi rendah

Pewarta : Muhammad Zulfikar
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2024