Batam (ANTARA) - Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau, menyebutkan 19 puskesmas di wilayah setempat telah menghadirkan inovasi sebagai upaya percepatan penurunan stunting.
“Mengidentifikasi balita stunting itu menjadi tugas Dinas Kesehatan. Inovasi banyak dilakukan di puskesmas untuk melakukan percepatan penurunan stunting,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Batam Anna Hasina di Batam, Kamis.
Adapun puskesmas yang sudah menghadirkan inovasi, yaitu Pukesmas Tanjung Uncang dengan inovasi Gerakan Hebat Kelompok Masyarakat Cegah Stunting (Ghosting); Puskesmas Batuaji dengan inovasi Cegah Stunting Sejak Dini (Centini); Puskesmas Kampung Jabi dengan inovasi Tanggap Peduli dan Cegah Stunting (Tali dan Gunting); Puskesmas Sambau dengan inovasi Mari Kita Cegah Stunting (Mata Gasing).
Kemudian, Puskesmas Sei Lekop dengan inovasi Ibu Tangguh Peduli Stunting (Bu Teguh Penting); Puskesmas Sei Langka dengan inovasi Cegah Stunting dengan Cinta (Ceting dengan Cinta); Puskesmas Sei Panas dengan inovasi Sistem Posyandu Online (Siposline); Puskesmas Tanjung Buntung dengan inovasi Ikut Bersama-sama Untuk Giatkan Nurunkan Stunting (Ibu Ginting); Puskesmas Botania dengan inovasi Pos Kelola Anak Stunting (Poslanting).
Ada juga Puskesmas Baloi Permai dengan inovasi Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting (Koper Penting); Puskesmas Tanjung Sengkuang dengan inovasi Sistem Jemput Bola Balita (Si Jempol Balita) dan dapur stunting.
Lalu, Puskesmas Sekupang dengan inovasi Cegah Stunting dengan Bersama dan Terpadu (Ceting Madu); Puskesmas Tiban Baru dengan inovasi Gerakan Bersama Masyarakat Sejak Dini Cegah Stunting (Gemas Ganting); Puskesmas Mentarau dengan inovasi Gerakan Peduli Cegah Stunting (Gerai Ceting).
Selanjutnya, Pukesmas Belakangpadang dengan inovasi Aksi Ramah Peduli Pemulihan Gizi (Sirami Gizi); Puskesmas Bulang dengan inovasi Servis Lengkap Jemput Bola Tangkal Stunting (Sekap Jebol Tanting); Puskesmas Rempang Cate dengan inovasi Keren Cegah Stunting (Keeces); Puskesmas Lubuk Baja dengan inovasi Ibu Hamil Risti, Giat Untuk Cegah Stunting (Bu Titi Ting-Ting).
Ia menyampaikan angka prevalensi stunting di Kota Batam semakin menurun dari tahun ke tahun.
Menurut data elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM), angka stunting pada tahun 2023 di Kota Batam 1,71 persen, sedangkan pada tahun 2022 mencapai 2,42 persen.
“Ini mengindikasikan keberhasilan Pemkot Batam dalam menanggulangi stunting,” ujar dia.
Stunting sesuai Permenkes 72 tahun 2021 adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya di bawah standar.*
“Mengidentifikasi balita stunting itu menjadi tugas Dinas Kesehatan. Inovasi banyak dilakukan di puskesmas untuk melakukan percepatan penurunan stunting,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Batam Anna Hasina di Batam, Kamis.
Adapun puskesmas yang sudah menghadirkan inovasi, yaitu Pukesmas Tanjung Uncang dengan inovasi Gerakan Hebat Kelompok Masyarakat Cegah Stunting (Ghosting); Puskesmas Batuaji dengan inovasi Cegah Stunting Sejak Dini (Centini); Puskesmas Kampung Jabi dengan inovasi Tanggap Peduli dan Cegah Stunting (Tali dan Gunting); Puskesmas Sambau dengan inovasi Mari Kita Cegah Stunting (Mata Gasing).
Kemudian, Puskesmas Sei Lekop dengan inovasi Ibu Tangguh Peduli Stunting (Bu Teguh Penting); Puskesmas Sei Langka dengan inovasi Cegah Stunting dengan Cinta (Ceting dengan Cinta); Puskesmas Sei Panas dengan inovasi Sistem Posyandu Online (Siposline); Puskesmas Tanjung Buntung dengan inovasi Ikut Bersama-sama Untuk Giatkan Nurunkan Stunting (Ibu Ginting); Puskesmas Botania dengan inovasi Pos Kelola Anak Stunting (Poslanting).
Ada juga Puskesmas Baloi Permai dengan inovasi Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting (Koper Penting); Puskesmas Tanjung Sengkuang dengan inovasi Sistem Jemput Bola Balita (Si Jempol Balita) dan dapur stunting.
Lalu, Puskesmas Sekupang dengan inovasi Cegah Stunting dengan Bersama dan Terpadu (Ceting Madu); Puskesmas Tiban Baru dengan inovasi Gerakan Bersama Masyarakat Sejak Dini Cegah Stunting (Gemas Ganting); Puskesmas Mentarau dengan inovasi Gerakan Peduli Cegah Stunting (Gerai Ceting).
Selanjutnya, Pukesmas Belakangpadang dengan inovasi Aksi Ramah Peduli Pemulihan Gizi (Sirami Gizi); Puskesmas Bulang dengan inovasi Servis Lengkap Jemput Bola Tangkal Stunting (Sekap Jebol Tanting); Puskesmas Rempang Cate dengan inovasi Keren Cegah Stunting (Keeces); Puskesmas Lubuk Baja dengan inovasi Ibu Hamil Risti, Giat Untuk Cegah Stunting (Bu Titi Ting-Ting).
Ia menyampaikan angka prevalensi stunting di Kota Batam semakin menurun dari tahun ke tahun.
Menurut data elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM), angka stunting pada tahun 2023 di Kota Batam 1,71 persen, sedangkan pada tahun 2022 mencapai 2,42 persen.
“Ini mengindikasikan keberhasilan Pemkot Batam dalam menanggulangi stunting,” ujar dia.
Stunting sesuai Permenkes 72 tahun 2021 adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya di bawah standar.*