Tanjungpinang (ANTARA) - Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) bersama Kantor Bea Cukai melaksanakan giat patroli laut bersama di perairan Kepulauan Riau (Kepri), salah satunya bertujuan mencegah masuknya wabah Flu Babi Afrika (ASF).

"Saat ini ASF telah masuk di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah, dan Kepri memiliki potensi yang sama masuknya wabah tersebut," kata Kepala BKHIT Kepri Herwintarti usai upacara giat patroli laut bersama di Kantor Bea Cukai Tanjungpinang, Kamis.

Herwintarti menyebut letak geografis Kepri yang berbatasan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, hingga Thailand, berpeluang meningkatkan potensi masuknya hama penyakit hewan, ikan, tumbuhan, yang akan mengancam keamanan dan ketahanan pangan bangsa Indonesia.

Karena itu pihaknya melakukan mitigasi risiko melalui kegiatan pengawasan bersama dengan instansi terkait guna memeriksa, sekaligus memastikan komoditas yang masuk ke Kepri memang sudah terjamin kesehatannya, dengan menerbitkan sertifikat kesehatan dari negara atau wilayah asal.

"Tujuannya menjaga, khususnya peternakan babi di Pulau Bulan, Kepri, yang selama ini menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor ke Singapura, termasuk Kalimantan, tidak terpapar ASF," ujarnya.

Ia menyampaikan dari hasil monitoring karantina sampai saat ini belum ada ditemukan penyebaran wabah ASF di wilayah Kepri.

Pihaknya terus melakukan sosialisasi pencegahan ASF, terutama kepada perusahaan atau peternakan babi supaya mereka dapat meningkatkan biosecurity maksimum, karena ASF ditularkan melalui virus dan tidak bisa terdeteksi oleh mata.

Menurut Herwintarti penyakit ASF menjadi ancaman bagi perekonomian Kepri mengingat apabila virus itu tertular pada ternak babi, maka akan mengancam populasi karena menimbulkan tingkat kematian 100 persen.

Selain itu dalam waktu dekat sejumlah masyarakat akan merayakan Natal dan Tahun Baru, sehingga tentu banyak membutuhkan daging babi untuk dikonsumsi.

"ASF ini bisa memicu penurunan populasi babi hingga berdampak pada kebutuhan dan ketersediaan jelang Natal dan Tahun Baru," katanya.

Pihaknya hanya didukung oleh 131 pegawai untuk  menjaga sembilan satuan pelayanan dengan 31 pos pelayanan yang tersebar di seluruh Kepri. Rata-rata setiap pos pelayanan hanya didukung oleh tiga sampai empat orang. Selain itu setidaknya terdapat 95 pelabuhan yang menjadi tempat keluar masuk produk yang merupakan barang wajib lapor karantina.

"Sesuai tupoksinya, Badan Karantina Indonesia memiliki peran dalam pencegahan dan penyebaran penyakit sebagai upaya melindungi negara melalui penjagaan pintu-pintu perbatasan negara," katanya.

Sementara, Kepala Kantor Bea Cukai Tanjungpinang Tri Hartana menyatakan komitmen jajarannya mendukung Balai Karantina Kepri memperketat pengawasan masuknya barang-barang berbahaya, dilarang, dan dibatasi di Kepri.

Pihaknya mengerahkan 30 personel dengan dua kapal patroli untuk mengawasi perairan Tanjungpinang dari pemasukan barang-barang ilegal yang dapat merugikan negara dan masyarakat.

"Apalagi jelang Natal dan Tahun Baru, lalu lintas orang dan barang pasti meningkat, sehingga diperlukan sinergitas pengawasan antar pemangku kepentingan terkait agar terwujud kondusivitas pada hari-hari besar tersebut," ucap Tri.

Baca juga:
BKHIT Kepri musnahkan 30 ekor ikan sapu-sapu

BKHIT Kepri sertifikasi komoditas perikanan Natuna senilai Rp1,2 miliar


Pewarta : Ogen
Editor : Angiela Chantiequ
Copyright © ANTARA 2024