Ankara (ANTARA) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Rabu (5/2) menolak usulan Presiden AS Donald Trump untuk mengambil alih Jalur Gaza dan merelokasi warga Palestina di sana ke tempat lain.
"Kami tidak akan membiarkan pelanggaran terhadap hak-hak rakyat kami, kami telah memperjuangkan hak-hak mereka selama beberapa dekade," kata Abbas dalam sebuah pernyataan.
"Usulan semacam itu adalah pelanggaran serius terhadap hukum internasional, perdamaian dan stabilitas di kawasan tidak akan tercapai tanpa berdirinya negara Palestina," kata dia, menambahkan.
Dalam jumpa pers bersama pemimpin Israel Benjamin Netanyahu di Washington pada Selasa malam, Trump mengatakan bahwa AS akan "mengambil alih" Gaza setelah memindahkan warga Palestina di sana.
Dia mendaku mampu mengubah wilayah kantong Palestina yang luluh lantak oleh serangan Israel itu menjadi "Riviera Timur Tengah."
Abbas menegaskan bahwa Jalur Gaza "adalah bagian tak terpisahkan dari tanah Palestina" bersama Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
"Hak-hak sah rakyat Palestina tidak bisa dinegosiasikan," katanya.
"Tidak ada pihak yang berhak mengambil keputusan soal masa depan rakyat Palestina selain Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sebagai badan perwakilan resmi dan sah rakyat Palestina," kata Abbas.
Dia meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Dewan Keamanan PBB untuk memenuhi tanggung jawab mereka dalam menegakkan resolusi internasional serta melindungi hak-hak yang melekat pada rakyat Palestina.
Pada 25 Januari, Trump memicu kemarahan dengan usulannya agar warga Palestina di Gaza dipindahkan ke Yordania dan Mesir. Namun, usulan tersebut ditentang keras oleh kedua negara tetangga Palestina itu.
Dalam pertemuan di Kairo pada Sabtu, para menteri luar negeri dari enam negara Arab dengan tegas menolak pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza dan menyerukan kembali solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina.
Usulan Trump muncul setelah kesepakatan gencatan senjata, yang menghentikan perang genosida Israel untuk sementara, mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari.
Sumber: Anadolu
China tolak...
Kementerian Luar Negeri China menyebut pemerintahnya menentang/menolak usulan pemindahan warga Palestina dari Jalur Gaza secara paksa.
"Kami menentang pemindahan paksa warga di Gaza, dan berharap pihak-pihak terkait akan memanfaatkan kesempatan gencatan senjata dan pemerintahan pascakonflik di Gaza untuk membawa masalah Palestina kembali ke jalur yang benar," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Rabu (5/2).
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa (4/2) mengatakan bahwa AS akan mengambil alih Jalur Gaza yang menjadi korban perang setelah warga Palestina dipindahkan ke tempat lain. Trump juga mengatakan akan mengembangkan ekonomi di Gaza.
Hal itu disampaikan Trump saat konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih. Pengumuman tersebut menyusul usulan Trump sebelumnya yang menyebut ingin memindahkan warga Palestina secara permanen dari Gaza ke negara-negara tetangga seperti Yordania, Mesir dan negara Arab lainnya.
"China selama ini percaya bahwa 'warga Palestina memerintah Palestina' adalah prinsip dasar pemerintahan pascakonflik Gaza," tambah Lin Jian.
Ia pun menyebut China meminta agar penyelesaian masalah di Palestina kembali ke jalur yang tepat yaitu lewat negosiasi politik berdasarkan solusi dua negara, sehingga dapat mewujudkan perdamaian abadi di Timur Tengah.
"China sangat tegas dalam prinsip bahwa Palestina memerintah Palestina. Jadi kami menentang pemindahan paksa yang menargetkan orang-orang di Gaza dan kami juga berharap pihak-pihak terkait akan memanfaatkan gencatan senjata sebagai kesempatan untuk membawa masalah Palestina kembali ke jalur penyelesaian politik berdasarkan solusi dua negara," tegas Lin Jian.
Presiden Trump juga mengatakan AS akan bertanggung jawab untuk membongkar semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di Gaza serta akan mengambil alih Gaza, mengembangkannya, menciptakan ribuan lapangan pekerjaan, dan menjadi sesuatu yang bisa membuat seluruh Timur Tengah bangga.
Namun saat ditanya siapa yang akan tinggal di sana, Trump hanya mengatakan bahwa tempat itu bisa menjadi rumah bagi masyarakat dunia dan menjadi "Riviera" di Timur Tengah. Riviera dalam bahasa Italia berarti garis pantai atau wilayah pesisir.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Palestina tolak rencana Trump ambil alih Jalur Gaza