Batam (ANTARA) - Pabrik komponen pelampung untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung diresmikan di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), dalam upaya untuk mendukung transisi energi dari konvensional menjadi terbarukan.
Managing Director Utomo Solar Panel Terapung (Usopater) Anthony Utomo mengungkapkan bahwa pabrik ini memiliki kapasitas produksi hingga 20 MegaWatt per bulan, dengan target pasar mencakup proyek Perusahaan Listrik Negara (PLN), sektor swasta, serta peluang ekspor ke negara tetangga.
“PLTS Terapung ini sangat berpotensial di Indonesia, terutama mengingat luasnya garis pantai yang dimiliki. Kami ingin mendorong pengembangannya bersama mitra kami yakni PLN dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), termasuk ke sektor offshore,” ujarnya di Batam, Jumat.
Komponen pelampung ini diproduksi secara domestik, menjadikannya produk lokal dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 55 persen, salah satu yang terbesar untuk kategori komponen floater di Indonesia.
“Untuk saat ini pekerja pabrik ada hampir 100 orang dan kami juga menyerap tenaga lokal. Untuk produksinya juga kami menggunakan praktik berkelanjutan yang meminimalisir limbah plastik. Jadi saat pelampung sudah dicetak dan dipotong, sisanya masuk lagi ke dalam mesin. Tidak ada yang terbuang,” kata Anthony menjelaskan.
Sementara itu, Direktur Utama PLN Nusantara Renewable Harjono menyambut baik kehadiran pabrik ini karena PLTS Terapung memiliki banyak keunggulan dibandingkan PLTS berbasis darat terutama dalam efisiensi biaya, percepatan pemasangan, serta minimnya kebutuhan lahan.
“Kami melihat bahwa dari sisi biaya, PLTS Terapung lebih murah dibandingkan sistem darat karena tidak ada biaya akuisisi lahan. Ini juga bisa memperkuat industri energi terbarukan dan meningkatkan peluang ekspor,” ujarnya.
Dengan peresmian pabrik komponen pelampung ini di Kota Batam, transisi energi terbarukan akan semakin didukung oleh sektor swasta dan pemerintah untuk mencapai target energi terbarukan.