Tanjungpinang (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Mochammad Bisri mengatakan penyakit demam berdarah dengue (DBD) rentan menyerang anak-anak terutama pada usia sekolah.

Hal ini disebabkan daya tahan tubuh anak masih lemah dibanding orang dewasa, sehingga ketika anak digigit nyamuk aedes aegepti maka gejala DBD bisa muncul dalam kurun waktu tiga sampai tujuh hari.

"Apalagi waktu aktif nyamuk bersamaan dengan aktivitas anak di sekolah, yaitu sekitar pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB," kata Mochammad Bisri di Tanjungpinang, Rabu, (19/2).

Bisri menyebut beberapa gejala DBD pada anak, antara lain si anak mengalami demam yang lebih spesifik dengan suhu panas tubuh mencapai 39 celcius ke atas, lalu ketika diberi obat demam setelah satu jam berikutnya panas kembali terjadi.

Selain itu, ada pula gejala mual dan muntah-muntah, nyeri belakang mata dan kepala, serta muncul bintik merah pada kulit anak.

"Kalau muncul gejala seperti itu, apalagi di lingkungan sekitar ada yang sudah pernah terkena DBD, maka anak harus dibawa langsung ke rumah sakit," ujar Bisri.

Lebih lanjut Bisri menyampaikan sebagai langkah penanganan awal ketika anak demam di rumah, orangtua bisa memberikan obat demam sesuai takaran dokter serta memberikan air putih rutin agar urine anak lancar membawa panas tubuh keluar.

Ia menegaskan bahwa DBD sangat berbahaya bagi anak, bahkan bisa menimbulkan kematian dipicu lambat mendapatkan penanganan medis.

"Misalnya, ada orangtua lambat membawa anaknya ke rumah sakit karena mengira demam biasa, padahal mengalami gejala DBD," ungkapnya.

Bisri juga mengimbau para orangtua lebih mewaspadai potensi penularan DBD pada anak dengan cara menjaga kebersihan lingkungan rumah hingga di sekolah, misalnya rutin menguras tempat penampungan air, dan tidak menggantung baju sembarangan ketika habis dipakai yang bisa mengundang nyamuk.

Selain itu, kata dia, sanitasi rumah yang lembab dan kurang pencahayaan juga bisa memicu penularan DBD, karena nyamuk sangat suka berkumpul di tempat-tempat lembab dan gelap.

"Maka itu, kalau di pagi hari jendela dan ventilasi rumah dibuka agar matahari masuk ke rumah, sehingga nyamuk tidak bebas beterbangan di dalam rumah," ucapnya.

Dia menambahkan berdasarkan data sepanjang Januari-Februari 2025, terdapat 201 kasus angka pesakitan DBD yang tersebar di tujuh kabupaten/kota se-Kepri, di mana dua kasus di antaranya meninggal dunia. Kasus pesakitan DBD menyerang anak-anak hingga orang dewasa.


Pewarta : Ogen
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2025