Banyuwangi (ANTARA) - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dijadwalkan meninjau langsung penanganan tragedi kapal tenggelam KMP Tunu Pratama Jaya di Posko Operasi SAR dan Potensi SAR Gabungan di Pelabuhan Ketapang, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad.

Aparat keamanan baik dari TNI maupun Kepolisian tampak melakukan sterilisasi menyeluruh di berbagai lokasi strategis di area ASDP Cabang Ketapang, mulai ruang tunggu dan beberapa titik penting lainnya untuk keamanan dan kelancaran kunjungan kerja Wakil Presiden Gibran.

Informasi diperoleh ANTARA, Gibran Rakabuming akan meninjau Pokso Operasi SAR dan Potensi SAR Gabungan yang ada di kawasan pelabuhan penyeberangan Ketapang-Gilimanuk, untuk memastikan penanganan peristiwa kapal tenggelam KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, yang terjadi pada Rabu (2/7) malam lalu.

Selain meninjau Posko Operasi SAR, Wakil Presiden Gibran Rakabuming juga akan menemui para keluarga korban kapal tenggelam yang hingga saat ini masih dinyatakan hilang dan dalam pencarian oleh tim SAR gabungan.

KMP Tunu Pratama Jaya yang mengangkut 53 penumpang dan 12 ABK/kru serta 22 unit kendaraan tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7) malam sekitar pukul 23.35 WIB.

Sampai saat ini, jumlah korban ditemukan selamat 30 orang, enam orang ditemukan meninggal, dan 29 orang korban lainnya masih dinyatakan hilang dan dalam pencarian.

Bangkai kapal...
 



Tim Pencarian dan Pertolongan (SAR) gabungan melaporkan telah menemukan objek di dasar laut kedalaman 40-60 meter diduga bangkai KMP Tunu Pratama Jaya pada hari ketiga pelaksanaan pencarian, Sabtu.

Deputi Bidang Operasi Pencarian dan Pertolongan Kesiapsiagaan Basarnas Ribut Eko Suyanto mengatakan Dinas Navigasi Kementerian Perhubungan mengidentifikasi adanya objek di bawah air patut diduga bangkai kapal KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam pada Rabu (2/7) malam.

"Kita lihat bersama ada pergeseran ke arah utara, sementara korban banyak ditemukan ke arah selatan. Hal ini yang perlu kami evaluasi dengan kehadiran kapal TNI AL,yakni KRI Pulau Fanildo, semoga malam ini bisa memverifikasi data yang sudah dimiliki saat ini," ujarnya dalam konferensi pers di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu malam.

Dari hasil identifikasi data yang diperoleh pada hari ini, lanjut Eko, spesifikasi dan bentuk bedak bawah air, panjang dan lebar mirip atau sama (KMP Tunu Pratama Jaya).

Namun demikian, katanya, tim SAR masih perlu melakukan verifikasi ulang dengan beberapa tahapan lagi.

"Perlu verifikasi lagi menggunakan alat pendeteksi benda bawah laut yakni remot operation vehicle atau ROV dan alat sonar atau sound navigation and ranging yang ada di KRI Pulau Fanildo," kata Eko.

Alat sonar merupakan teknologi yang menggunakan gelombang suara untuk mendeteksi, mengidentifikasi serta menentukan jarak objek di bawah permukaan air.

Sementara itu, Panglima Komando Armada II Surabaya Laksamana Muda TNI I Gung Putu Alit Jaya mengemukakan bahwa KRI Pulau Fanildo diperkirakan akan tiba di perairan Banyuwangi pada malam ini sekitar pukul 20.00 WIB.

"Pada malam ini juga akan langsung melaksanakan tugasnya ke lokasi atau titik datum (titik kapal tenggelam di Selat Bali) menggunakan alat sonar mendeteksi objek, dan juga magnetometer mendeteksi logam," katanya.

Selain itu, lanjut Laksamana Muda Alit, KRI Pulau Fanildo juga bisa menurunkan alat deteksi bawah laut yakni remot operation vehicle atau ROV.

"Dengan ROV ini bisa mengambil visual di dasar laut di titik datum yang diduga KMP Tunu Pratama Jaya," katanya.

Hari ketiga pencarian korban kapal tenggelam di Selat Bali, tim SAR gabungan tidak menemukan adanya korban di permukaan air.


KMP Tunu Pratama Jaya yang mengangkut 53 penumpang dan 12 ABK/kru serta 22 unit kendaraan tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7) malam sekitar pukul 23.35 WIB.

Sampai saat ini, jumlah korban ditemukan selamat 30 orang, enam orang ditemukan meninggal, dan 29 orang korban lainnya masih dinyatakan hilang dan dalam pencarian.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Wapres Gibran dijadwalkan tinjau penanganan kapal tenggelam

Pewarta : Novi Husdinariyanto
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2025