Natuna (ANTARA) - Komunitas Natuna Freediving Club (NFC) bersama Natuna Dive Center (NDC) membangun tugu bertuliskan “Natuna” di dasar laut perairan Pulau Senua, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, yang merupakan salah satu pulau terluar Indonesia.

Pendiri NFC, Cherman, di Natuna, Kamis, mengatakan pemasangan tugu dilakukan pada awal Oktober 2025. Namun pemantauan kondisi tugu terus dilakukan setiap pekan, terakhir pada Ahad (12/10), dan dijadwalkan kembali pada akhir pekan mendatang.

“Proses pembuatan, pemasangan, serta evaluasi dan pemantauan kami lakukan sejak awal Oktober hingga Minggu kemarin. Semua untuk memastikan tugu terpasang dengan baik dan aman di dasar laut,” kata Cherman.

Menurutnya, pembangunan tugu tersebut bertujuan menciptakan rumah baru bagi biota laut di perairan Pulau Senua. Selain itu, lokasi ini juga diharapkan menjadi titik penyelaman baru bagi para penyelam yang ingin menikmati keindahan bawah laut Natuna.

Cherman menjelaskan, tugu ini juga menjadi hadiah bagi Natuna yang baru saja memperingati hari jadinya ke-26 pada 12 Oktober 2025.

Ia menambahkan, Pulau Senua dipilih karena merupakan pulau terluar sekaligus destinasi wisata favorit di Natuna. Selain itu, keberadaan tugu menjadi bentuk upaya perlindungan ekosistem laut dan penanda kawasan yang terus dipantau oleh komunitas.

“Dengan adanya tugu ini, kami berharap bisa mencegah kegiatan illegal fishing. Sekaligus mengingatkan bahwa kawasan ini memiliki nilai penting bagi ekosistem dan pariwisata,” tutur Cherman.

Ia menegaskan, ekosistem laut harus dijaga karena sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, terutama para nelayan yang menggantungkan hidup dari sumber daya laut.

Cherman menyebut, komunitasnya rutin melakukan pembangunan taman laut, rehabilitasi, dan pemulihan ekosistem perairan. Upaya pelestarian tersebut telah dilakukan sejak 2018 dengan berbagai kegiatan konservasi.

“Kami sudah menanam terumbu karang, menetaskan telur penyu, dan melepas tukik secara rutin. Dalam beberapa kegiatan, kami juga melibatkan TNI, Polri, Basarnas, Bakamla, hingga pihak swasta,” ujar dia.

Ia menjelaskan, pembangunan tugu dilakukan melalui beberapa tahap. Dimulai dari pemetaan dan perencanaan, pembuatan tugu dari bahan semen, distribusi ke laut, pemasangan di dasar laut, hingga tahap evaluasi dan pemantauan akhir.

“Pendanaan kami lakukan secara swadaya antaranggota. Tugu dibuat dari semen dengan panjang keseluruhan sekitar tiga meter dan tinggi setiap hurufnya sekitar satu meter dari dasar laut,” jelas Cherman.

Ke depan, kawasan tersebut ditargetkan menjadi taman laut berkelanjutan yang berfungsi untuk wisata bawah laut sekaligus konservasi ekosistem. Cherman berharap hal ini bisa menarik minat wisatawan.

“Sejak tugu itu diresmikan, sudah ada wisatawan yang datang untuk berfoto bawah laut. Jika kegiatan wisata berlangsung rutin, otomatis aktivitas illegal fishing akan berkurang,” katanya.

Ia juga mendorong pemerintah pusat untuk lebih aktif mengelola pulau-pulau terluar melalui program Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT). Program itu dinilai penting untuk menjaga kedaulatan dan meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar.

“Kondisi Pulau Senua saat ini masih kurang terurus. Harusnya banyak pihak seperti BNPP, KKP, Kemenhan, Kemenpar, dan BRIN bisa ikut berperan aktif dalam pengelolaannya,” ujar dia.

Cherman berharap tugu dasar laut tersebut dapat menjadi ikon wisata bawah laut Natuna, seperti halnya patung bawah laut di Gili Trawangan, Lombok, yang mampu menarik ribuan wisatawan setiap tahun.

“Kalau di sana bisa sukses, kenapa Natuna tidak? Kami berharap tugu ini bisa menjadi magnet wisata baru. Ini langkah kecil kami sebagai komunitas untuk menjaga laut sekaligus memperkenalkan Natuna,” kata Cherman.


Pewarta : Muhamad Nurman
Editor : Laily Rahmawaty
Copyright © ANTARA 2025