Batam (Antaranews Kepri) - Tim Western Fleet Quick Response ( WFQR) TNI Angkatan Laut awalnya menduga sabu di dalam KM Sunrise Glory merupakan pupuk urea karena disembunyikan sangat rapi di bawah tumpukan beras.

Wakil Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Achmad Taufiqoerrochman, di Batam, Sabtu, mengatakan untuk membuktikan kecurigaan pihaknya meminta bantuan dari Badan Narkotika Nasional serta Bea dan Cukai.

Baca juga: Sempat turunkan sabu 1,5 ton di laut lepas

Guna mendalami kasus tersebut TNI AL akan mencari penerjemah agar tidak ada kesalahan. Wakasal mengatakan dari pengakuan keempat tersangka berinisial Alf, Aca, Cch dan Cct itu mereka tidak saling mengenal.

"Kita menduga itu salah satu upaya mereka untuk memutus mata rantai, tapi kita tidak percaya begitu saja. Ini akan terus kita dalami," ujarnya.

Pihaknya juga sudah membentuk satuan patroli untuk mengamankan wilayah laut Indonesia dari berbagai macam gangguan.

Wakasal menambahkan untuk kapal-kapal yang bukan kombatan didiversikan ke wilayah, sehingga memiliki waktu reaksi lebih cepat untuk mengamati situasi meski hanya berbentuk kapal patroli.

"Satrol armada barat dan timur kita likuidasi menjadi 14 satrol Lantamal," katanya.

Bahkan, lanjut Wakasal, hasilnya sudah tampam pada 2015 lalu dan saat itu baru berbentuk satuan tugas di bawah Panglima Armada dan mengedepankan satuan kewilayahan.

"Sekarang sedang kita bakukan, atas keputusan Kasal kemarin dari hasil operasi yang kita lakukan," ujarnya.(Antara) 

Editor: Rusdianto

Pewarta : Messa Haris
Editor : Kepulauan Riau
Copyright © ANTARA 2024