Batam (Antaranews Kepri) - Dunia Kreatifitas Melayu atau Malay Creating Festival (MCF) menciptakan hubungan emosional para pedagang antarnegara yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura dan beberapa dari mereka bahkan sudah menjalin business matching.
Direktur Eksekutif Al Ahmadi Entrepreneurship Center (AEC), Lisya Anggraini, di Batam, Minggu, mengatakan pada iven tersebut menarik seorang pengusaha dari Malaysia untuk menjual hasil karya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari Provinsi Kepri.
"Kemarin itu sudah ada business matching antara pengusaha Malaysia yang ingin memasarkan tanjak yang diproduksi di Tanjungpinang dan Bintan ke negaranya," kata Lisya.
Tidak hanya itu, kata Lisya pedagang Singapura juga mencari merica hitam untuk dipasarkan ke negaranya.
"Kebetulan ada peserta kita yang standnya menyediakan lada hitam dan mereka langsung melakukan business matching," ujarnya.
Lisya menambahkan dengan adanya MCF tidak hanya dapat memberikan pengalaman baru bagi pelaku UMKM di Provinsi Kepri.
Tapi juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk membuka jaringan untuk memasarkan produk-produk mereka.
"Jadi iven ini bukan hanya sekedar memperkenalkan menu makanan khas melayu saja, tapi bagaimana persamaan budaya ini dapat menjadi potensi bisnis bagi pelaku UMKM," papar Lisya.
Pada iven tersebut lanjut Lisya dilaksanakan kegiatan lain yaitu malay colase biskuit competition.
Kegiatan itu diharapkan dapat mendorong kreatifitas anak-anak melalui imajinasi penyusunan kolase dari biskuit.
Serta mengedukasi budaya melayu kepada anak-anak melalui karya kreatif dan mendorong anak-anak usia dini untuk mencintai budaya melayu.
Kemudian malay dance innovation competition yang bertujuan agar anak-anak muda mengenal seni budaya tari di setiap daerah dari negara peserta terutama budaya melayu.
Terakhir adalah malay coluor run yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa solidaritas dan kekeluargaan antar masyarakat dari tiga negara peserta yaitu Indonesia, Singapura dan Malaysia.
"Malay run colour ini diikuti oleh seribu peserta dan kita juga ada entrepreneur competion award yang saat ini sudah terpelih 12 finalis,"
Entrepreneur competion award lanjut Lisya, sudah dua kali dilaksanakan dan diharapkan nantinya di Provinsi Kepri lahir para pengusaha-pengusaha muda yang dapat menggerakkan roda ekonomi daerah tersebut.
Sementara itu pemilik gerai kue jongkong, Nur Imamah mengharapkan dengan adanya iven MCF dapat memperkenalkan makanan khas daerah yang saat ini sudah mulai dilupakan kaum millenial.
"Saya ingin anak-anak sekarang tidak hanya mengenal makanan modern saja, tapi juga ada makanan daerah yang tidak kalah enak dan terbuat dari bahan-bahan alami," katanya.(Antara)
Direktur Eksekutif Al Ahmadi Entrepreneurship Center (AEC), Lisya Anggraini, di Batam, Minggu, mengatakan pada iven tersebut menarik seorang pengusaha dari Malaysia untuk menjual hasil karya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari Provinsi Kepri.
"Kemarin itu sudah ada business matching antara pengusaha Malaysia yang ingin memasarkan tanjak yang diproduksi di Tanjungpinang dan Bintan ke negaranya," kata Lisya.
Tidak hanya itu, kata Lisya pedagang Singapura juga mencari merica hitam untuk dipasarkan ke negaranya.
"Kebetulan ada peserta kita yang standnya menyediakan lada hitam dan mereka langsung melakukan business matching," ujarnya.
Lisya menambahkan dengan adanya MCF tidak hanya dapat memberikan pengalaman baru bagi pelaku UMKM di Provinsi Kepri.
Tapi juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk membuka jaringan untuk memasarkan produk-produk mereka.
"Jadi iven ini bukan hanya sekedar memperkenalkan menu makanan khas melayu saja, tapi bagaimana persamaan budaya ini dapat menjadi potensi bisnis bagi pelaku UMKM," papar Lisya.
Pada iven tersebut lanjut Lisya dilaksanakan kegiatan lain yaitu malay colase biskuit competition.
Kegiatan itu diharapkan dapat mendorong kreatifitas anak-anak melalui imajinasi penyusunan kolase dari biskuit.
Serta mengedukasi budaya melayu kepada anak-anak melalui karya kreatif dan mendorong anak-anak usia dini untuk mencintai budaya melayu.
Kemudian malay dance innovation competition yang bertujuan agar anak-anak muda mengenal seni budaya tari di setiap daerah dari negara peserta terutama budaya melayu.
Terakhir adalah malay coluor run yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa solidaritas dan kekeluargaan antar masyarakat dari tiga negara peserta yaitu Indonesia, Singapura dan Malaysia.
"Malay run colour ini diikuti oleh seribu peserta dan kita juga ada entrepreneur competion award yang saat ini sudah terpelih 12 finalis,"
Entrepreneur competion award lanjut Lisya, sudah dua kali dilaksanakan dan diharapkan nantinya di Provinsi Kepri lahir para pengusaha-pengusaha muda yang dapat menggerakkan roda ekonomi daerah tersebut.
Sementara itu pemilik gerai kue jongkong, Nur Imamah mengharapkan dengan adanya iven MCF dapat memperkenalkan makanan khas daerah yang saat ini sudah mulai dilupakan kaum millenial.
"Saya ingin anak-anak sekarang tidak hanya mengenal makanan modern saja, tapi juga ada makanan daerah yang tidak kalah enak dan terbuat dari bahan-bahan alami," katanya.(Antara)