Tanjungpinang (Antaranews Kepri) - Para peserta Siswa Mengenal Nusantara (SMN) asal Nusa Tenggara Barat sangat antusias mengikuti sesi foto dengan pakaian adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau, yang disediakan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) pulau Penyengat.
"Pakaian adatnya sangat bagus, kami juga ada pakaian adat tapi berbeda kalau disini yang banyak menonjol warna kuning emas, meskipun banyak juga warna lainnya," ujar salah satu peserta SMN asal Nusa Tenggara Barat, Uci kepada Antara, Selasa.
Meskipun harus merogoh saku sendiri untuk menyewa pakaian adat Melayu Kepulauan Riau ini, para peserta begitu antusias menggunakannya untuk sekedar berfoto diatas pelaminan atau mimbar yang tersedia di balai adat pulau Penyengat.
Selain itu perbedaan yang mencolok adalah ciri khas pakaian adat di setiap kabupaten, yang ada di Provinsi Kepulauan Riau ini hampir sama disetiap kabupaten/kotanya.
Untuk di Nusa Tenggara Barat hampir setiap kabupaten/kota memiliki perbedaan dalam pakaian adatnya. Uci juga mengatakan di Nusa Tenggara Barat setiap suku memiliki pakaian adat sendiri-sendiri, misalnya antara Bima, Sumbawa dan Sasak memiliki pakaian adat sendiri dan tradisi yang berbeda-beda.
"Kalau disini namanya hampir sama baju kurung, kalau di sana ada baju namanya baju Poro di Bima, baju Lamung Pene untuk suku Sumbawa, dan Lamung untuk Sasak, tapi sama-sama menggunakan kain songket," sebutnya.
Sementara itu salah satu pengurus Kelompok Sadar Wisata pulau Penyengat Wawan mengatakan, pakaian adat Melayu di pulau Penyengat ini merupakan inisiasi dari pemerintah daerah untuk memberikan kepuasan wisatawan yang datang ke Penyengat untuk dapat mengetahui dan menggunakan langsung pakaian adat Melayu Kepulauan Riau baik itu baju pengantin maupun baju-baju mirip kesultanan.
"Kalau di Indonesia ini setahu saya hanya ada tiga daerah yang menyewakan pakaian adatnya, untuk dicoba oleh pengunjung dan salah satunya Provinsi Kepri di pulau Penyengat ini," sebutnya.
Satu baju diberikan tarif Rp25.000, untuk sekali pemakaian. Para peserta SMN yang ingin mencoba dan pengunjung yang menyewakan baju ini juga akan dibantu cara menggunakannya oleh pemandu yang telah disiapkan oleh pengelola balai adat tersebut. (Antara)
"Pakaian adatnya sangat bagus, kami juga ada pakaian adat tapi berbeda kalau disini yang banyak menonjol warna kuning emas, meskipun banyak juga warna lainnya," ujar salah satu peserta SMN asal Nusa Tenggara Barat, Uci kepada Antara, Selasa.
Meskipun harus merogoh saku sendiri untuk menyewa pakaian adat Melayu Kepulauan Riau ini, para peserta begitu antusias menggunakannya untuk sekedar berfoto diatas pelaminan atau mimbar yang tersedia di balai adat pulau Penyengat.
Selain itu perbedaan yang mencolok adalah ciri khas pakaian adat di setiap kabupaten, yang ada di Provinsi Kepulauan Riau ini hampir sama disetiap kabupaten/kotanya.
Untuk di Nusa Tenggara Barat hampir setiap kabupaten/kota memiliki perbedaan dalam pakaian adatnya. Uci juga mengatakan di Nusa Tenggara Barat setiap suku memiliki pakaian adat sendiri-sendiri, misalnya antara Bima, Sumbawa dan Sasak memiliki pakaian adat sendiri dan tradisi yang berbeda-beda.
"Kalau disini namanya hampir sama baju kurung, kalau di sana ada baju namanya baju Poro di Bima, baju Lamung Pene untuk suku Sumbawa, dan Lamung untuk Sasak, tapi sama-sama menggunakan kain songket," sebutnya.
Sementara itu salah satu pengurus Kelompok Sadar Wisata pulau Penyengat Wawan mengatakan, pakaian adat Melayu di pulau Penyengat ini merupakan inisiasi dari pemerintah daerah untuk memberikan kepuasan wisatawan yang datang ke Penyengat untuk dapat mengetahui dan menggunakan langsung pakaian adat Melayu Kepulauan Riau baik itu baju pengantin maupun baju-baju mirip kesultanan.
"Kalau di Indonesia ini setahu saya hanya ada tiga daerah yang menyewakan pakaian adatnya, untuk dicoba oleh pengunjung dan salah satunya Provinsi Kepri di pulau Penyengat ini," sebutnya.
Satu baju diberikan tarif Rp25.000, untuk sekali pemakaian. Para peserta SMN yang ingin mencoba dan pengunjung yang menyewakan baju ini juga akan dibantu cara menggunakannya oleh pemandu yang telah disiapkan oleh pengelola balai adat tersebut. (Antara)