Tanjungpinang (Antaranews Kepri) - Setelah berkeliling pulau Penyengat para peserta Siswa Mengenal Nusantara (SMN) dari Nusa Tenggara Barat (NTB) dikenalkan budaya kuliner masyarakat Melayu Kepulauan Riau, yang disebut dengan makan berhidang.
"Makan berhidang ini sudah menjadi tradisi di beberapa wilayah di Kepulauan Riau, biasanya makan berhidang ini dibuat pada kegiatan-kegiatan majelis tertentu," kata salah satu pendamping peserta SMN, Asrul kepada Antara, Selasa.
Makan berhidang dalam adat istiadat Melayu biasanya dilakukan dalam majelis penikahan, atau kenduri. Sebelum menikmati menu-menu yang disediakan oleh pelaksana, para peserta dijelaskan satu persatu tentang adab makan orang Melayu mulai dari cara duduk bersila, mengambil nasi dan sajian makanan lainnya.
Dalam adab makan orang Melayu selalu mendahulukan, sikap sopan santun dan saling menghargai yang tua dengan yang muda, antara laki-laki dan perempuan. Masyarakat Melayu yang masih menganut sistim kekerabatan patrilinial selalu menjadikan, adab sopan santun antara laki-laki dan perempuan dimana perempuan bertugas melayani laki-laki dan yang muda menghormati yang tua.
"Kami di NTB juga memiliki adab makan, dan berkumpul ada beberapa perbedaan misalnya cara makan dan sikap saat makan," sebut salah satu peserta SMN dari NTB Mita.
Setelah mendapat penjelasan tentang adat istiadat makan orang Melayu, para peserta dipersilahkan untuk menyantap hidangan khas masakan Melayu yang banyak menggunakan bahan makanan yang berasal dari laut. Hal ini mengingat Provinsi Kepulauan Riau yang dikelilingi laut, dan memiliki banyak pasokan ikan-ikan segar dan bahan makanan laut atau hidangan laut atau seafood.
Makanan lauk pauk tersebut, juga disajikan dengan masakan kuliner khas Melayu yang terdiri dari gulai (masakan bersantan) dan masakan tanpa santan. Demikian juga dengan sayur-mayurnya, yang disebut dengan sayur rampai yang dimasak hanya dengan ditumis dan dicampur beberapa jenis sayur yang terdapat di Kepulauan Riau. (Antara)
"Makan berhidang ini sudah menjadi tradisi di beberapa wilayah di Kepulauan Riau, biasanya makan berhidang ini dibuat pada kegiatan-kegiatan majelis tertentu," kata salah satu pendamping peserta SMN, Asrul kepada Antara, Selasa.
Makan berhidang dalam adat istiadat Melayu biasanya dilakukan dalam majelis penikahan, atau kenduri. Sebelum menikmati menu-menu yang disediakan oleh pelaksana, para peserta dijelaskan satu persatu tentang adab makan orang Melayu mulai dari cara duduk bersila, mengambil nasi dan sajian makanan lainnya.
Dalam adab makan orang Melayu selalu mendahulukan, sikap sopan santun dan saling menghargai yang tua dengan yang muda, antara laki-laki dan perempuan. Masyarakat Melayu yang masih menganut sistim kekerabatan patrilinial selalu menjadikan, adab sopan santun antara laki-laki dan perempuan dimana perempuan bertugas melayani laki-laki dan yang muda menghormati yang tua.
"Kami di NTB juga memiliki adab makan, dan berkumpul ada beberapa perbedaan misalnya cara makan dan sikap saat makan," sebut salah satu peserta SMN dari NTB Mita.
Setelah mendapat penjelasan tentang adat istiadat makan orang Melayu, para peserta dipersilahkan untuk menyantap hidangan khas masakan Melayu yang banyak menggunakan bahan makanan yang berasal dari laut. Hal ini mengingat Provinsi Kepulauan Riau yang dikelilingi laut, dan memiliki banyak pasokan ikan-ikan segar dan bahan makanan laut atau hidangan laut atau seafood.
Makanan lauk pauk tersebut, juga disajikan dengan masakan kuliner khas Melayu yang terdiri dari gulai (masakan bersantan) dan masakan tanpa santan. Demikian juga dengan sayur-mayurnya, yang disebut dengan sayur rampai yang dimasak hanya dengan ditumis dan dicampur beberapa jenis sayur yang terdapat di Kepulauan Riau. (Antara)