Batam (ANTARA) - Kapal King Richard X berbendera Indonesia tenggelam di area labuh jangkar Pelabuhan Batuambar Kota Batam Kepulauan Riau saat sedang labuh jangkar.
"Posisi kapal saat itu sedang 'anchor' di Batuampar," kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Batam, Herwanto di Batam, Kamis.
Ia mengatakan sebelum tenggelam pada akhir pekan lalu, pengawas kapal sudah berkomunikasi dengan pemilik kapal mengenai kebocoran yang terjadi.
Namun, masih berdasarkan laporan empat orang pengawas kapal, kebocoran sudah tidak bisa dicegah dan ditangani.
Tim reaksi cepat Direktorat Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan juga langsung diturunkan untuk menangani pencemaran lingkungan yang terjadi akibat kapal tenggelam.
"Tim reaksi cepat Ditjen Hubla menggunakan beberapa kapal melakukan antisipasi," kata dia.
Kapal Trisula dari Pangkalam PLP juga langsung menggelar oil bom di sekitar lokasi.
"Karena ada limbah yang naik ke atas, diperkirakan ada kebocoran tangki ketersediaan BBM," kata dia.
Hingga saat ini pun petugas masih melakukan pengerjaan bawah air untuk melihat posisi kapal dan kebocoran.
"Pada Rabu sudah dilakukan penutupan terhadap kebocoran tangki BBM, hari ini masih dilakukan oil bom dan pekerjaan bawah air, memastikan tidak ada lagi kebocoran untuk pencegahan pencemaran," kata dia.
Di sekitar lokasi, aparat berwenang juga sudah membuat penanda, agar tidak mengganggu aktifitas kapal di sekitarnya.
Dalam kesempatan itu, ia meminta pemilik kapal segera mengangkat armadanya agar tidak mengganggu.
"Kami meminta segera angkat," kata dia.
Perwakilan pemilik kapal, Agus menyatakan kapal itu berlabuh sambil menunggu jadwal "docking".
Ia belum bisa menaksir nilai kerugian yang dialami pemilik kapal.
"Posisi kapal saat itu sedang 'anchor' di Batuampar," kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Batam, Herwanto di Batam, Kamis.
Ia mengatakan sebelum tenggelam pada akhir pekan lalu, pengawas kapal sudah berkomunikasi dengan pemilik kapal mengenai kebocoran yang terjadi.
Namun, masih berdasarkan laporan empat orang pengawas kapal, kebocoran sudah tidak bisa dicegah dan ditangani.
Tim reaksi cepat Direktorat Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan juga langsung diturunkan untuk menangani pencemaran lingkungan yang terjadi akibat kapal tenggelam.
"Tim reaksi cepat Ditjen Hubla menggunakan beberapa kapal melakukan antisipasi," kata dia.
Kapal Trisula dari Pangkalam PLP juga langsung menggelar oil bom di sekitar lokasi.
"Karena ada limbah yang naik ke atas, diperkirakan ada kebocoran tangki ketersediaan BBM," kata dia.
Hingga saat ini pun petugas masih melakukan pengerjaan bawah air untuk melihat posisi kapal dan kebocoran.
"Pada Rabu sudah dilakukan penutupan terhadap kebocoran tangki BBM, hari ini masih dilakukan oil bom dan pekerjaan bawah air, memastikan tidak ada lagi kebocoran untuk pencegahan pencemaran," kata dia.
Di sekitar lokasi, aparat berwenang juga sudah membuat penanda, agar tidak mengganggu aktifitas kapal di sekitarnya.
Dalam kesempatan itu, ia meminta pemilik kapal segera mengangkat armadanya agar tidak mengganggu.
"Kami meminta segera angkat," kata dia.
Perwakilan pemilik kapal, Agus menyatakan kapal itu berlabuh sambil menunggu jadwal "docking".
Ia belum bisa menaksir nilai kerugian yang dialami pemilik kapal.