Batam (ANTARA) - Pada suatu subuh yang dingin di Selat Malaka, kapal bermuatan delapan orang petugas imigrasi berlayar menuju Pulau Belakang Padang, usai melakukan pemeriksaan terhadap orang asing yang kapalnya berlabuh di Pulau Nipah.
Di tengah pelayaran, nakhoda kapal sewaan mengingatkan dari tanda-tanda alam bahwa akan ada badai. Si nakhoda pun meminta arahan dari Kepala Kantor Imigrasi Kelas II TPI Belakang Padang Wahyu Gumilang yang duduk di antara petugas, apakah melanjutkan perjalanan, kembali ke Pulau Nipah atau berlindung di pulau sekitar.
Demi keselamatan bersama, Kepala Kantor Imigrasi (Kakanim) memutuskan untuk kembali ke Pulau Nipah.
Namun, baru berlayar sebentar, badai sudah melanda. Angin kencang, gelombang besar mengayun-ayun kapal ke atas ke bawah, ke kiri ke kanan.
Kemudian, satu dari dua mesin kapal mati. Kelam dan mendebarkan. Di tengah laut tanpa cahaya, semua penumpang berdoa. Mereka merintih meminta pertolongan Tuhan sembari mengingat keluarga yang ditinggalkan di Batam.
Pikiran buruk sempat melintas di benak para petugas imigrasi itu. Apalagi ombak besar disertai angin kencang seolah terus memburu kapal.
Syukurnya, nakhoda sudah berpengalaman, meski berjalan lambat, kapal tetap bertahan. Namun pelayaran yang biasanya ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam, akhirnya menjadi 3 jam.
Tim pengawasan orang asing (Tim pora) Imigrasi akhirnya mencapai bibir dermaga Pelabuhan Belakang Padang dengan selamat.
Itu baru satu penggal dari berbagai kisah perjuangan petugas Imigrasi Belakang Padang dalam menjalankan tugasnya.
Mereka harus mengarungi medan berat dengan kapal yang relatif kecil. Padahal, pengawasan harus dilakukan ke Pulau Nipah dengan ombak besar menghadang.
Cerita lainnya, kapal petugas sempat disiram air panas oleh kru kapal yang hendak diperiksa.
Penyiraman itu bukan karena mereka ingin melawan petugas, namun karena curiga. Bagaimana tidak, ada beberapa orang menggunakan kapal kecil menempel ke super tanker, mengaku petugas Imigrasi dari Indonesia.
Wajar apabila mereka khawatir kapal yang menempel adalah penjahat yang hendak merompak atau berbuat negatif lain.
Setelah dibuktikan bahwa kapal yang merapat membawa petugas Imigrasi Indonesia, akhirnya mereka diizinkan menaiki kapal. Petugas imigrasi pun dapat melanjutkan pemeriksaan.
Menaiki kapal super tanker dari kapal patroli imigrasi menjadi cerita unik lainnya.
Beberapa tanker dan super tanker memang memiliki peralatan menyerupai krain untuk mengangkut penumpang atau barang dari bawah. Dengan alat ini, petugas bisa mudah memasuki kapal.
Ada pula kapal dengan tangga besi, sehingga petugas bisa menapak satu per satu anak tangga guna mencapai dek.
Namun, ada juga kapal tanker yang tidak dilengkapi krain dan tangga besi, melainkan hanya ada tangga tali, atau sering disebut tangga monyet.
Kalau itu yang dihadapi, maka petugas harus memanjat tangga tali ke atas, dengan ketinggian beberapa meter dari permukaan laut.
Terkadang, kala angin kencang, mereka harus bergelayut, bertahan di atas tali yang berayun-ayun, sembari tetap berusaha naik ke atas kapal. Sungguh sebuah perjuangan.
Nyaris tenggelam
Cerita-cerita di atas merupakan hal biasa yang dihadapi Tim Pora Imigrasi Belakang Padang kala menunaikan tugasnya ke pulau-pulau, ke kapal-kapal yang berlabuh jangkar di sekitar Selat Malaka yang menjadi wilayah tugas mereka.
Ada pula kejadian yang tidak biasa, yaitu ketika harus berhadapan dengan kru kapal asing yang melawan petugas.
Petugas Imigrasi Belakang Padang, Haykal, bercerita pernah suatu ketika, sepulang dari pemeriksaan di Pulau Nipah, timnya melihat kapal asing mencurigakan di perairan Indonesia.
Kapal itu berhenti di tempat yang tidak semestinya. Saat didekati, kapal itu justru berlayar menjauh. Kapal yang membawa petugas Imigrasi pun berusaha mengejar.
Namun, kapal asing malah menggiring petugas ke wilayah perairan Malaysia. Tentu saja, petugas Imigrasi berhenti mengejar, karena tidak ingin melanggar aturan batas negara.
Dan saat kapal Imigrasi berhenti, kapal asing justru bermanuver. Gelombang yang dihasilkan kapal itu relatif besar, kapal Imigrasi pun oleng, dan nyaris terbalik.
Kapal asing terus melaju di perairan Malaysia, meninggalkan petugas imigrasi.
Tidak berhenti di situ, badai pun datang. Sementara kapal imigrasi sudah relatif jauh dari daratan. Pilihannya, mesin dimatikan. Kapal terombang-ambing di perairan mengikuti arah gelombang, hingga berjam-jam. Saat itu, ketinggian ombak mencapai 4 meter.
Nasib baik masih berpihak pada mereka. Badai berhenti beberapa jam kemudian, dan kapal bisa melanjutkan pelayaran.
Ppara petugas Imigrasi Belakang Padang sudah berkali-kali mempertaruhkan nyawa di laut dan selalu menemukan keberuntungan di tengah perjuangan.
Segala keterbatasan tidak menghalangi mereka untuk tetap menjalankan kewajibannya memeriksa orang asing yang berada di kapal-kapal besar, di tengah lautan luas.
Mereka memastikan kedaulatan negara tetap berdiri tegak di wilayah perbatasan, di wilayah perairan yang tidak berpagar.
Maka segala hormat sudah selayaknya diberikan kepada para petugas Imigrasi di wilayah perbatasan NKRI.
Topi di angkat tinggi-tinggi kepada mereka yang berjuang tanpa banyak keluh kesah, meski perjalanan tugasnya diwarnai dengan resah.
Semoga nasib baik terus menaungi para penjaga perbatasan. Tidak hanya petugas Imigrasi, namun juga mereka petugas Karantina, Bea Cukai, dan KSOP yang terus bahu-membahu di garda terdepan wilayah NKRI.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kisah-kisah heroik petugas Imigrasi di perbatasan
Komentar