Dinkes Batam waspadai melonjaknya kasus DBD saat musim hujan

id Kepri,batam ,DBD ,hujan ,waspada,Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik, gsrsj

Dinkes Batam waspadai melonjaknya kasus DBD saat musim hujan

Ilustrasi nyamuk (ANTARA/ HO-ANTARANEWS)

Batam (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), mewaspadai lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) saat memasuki musim hujan.

Kepala Dinkes Kota Batam Didi Kusmarjadi di Batam, Selasa, mengatakan dalam mendukung hal tersebut pihaknya menerbitkan dan mensosialisasikan Surat Edaran Walikota Batam Nomor 23 Tahun 2024 tentang Kewaspadaan Dini Peningkatan Kasus DBD.

Melalui SE  tersebut, lanjutnya, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan lonjakan kasus DBD, terutama pada musim hujan.

“Kami juga telah membentuk Jumantik Rumah, Jumantik Perkantoran, dan mengintensifkan pengawasan di tempat-tempat umum melalui SE Wali Kota Batam Nomor 23 Tahun 2024. Ini adalah langkah preventif yang penting untuk memantau penyebaran jentik nyamuk di lingkungan sekitar," kata Didi.

Dinkes Kota Batam juga menggalakkan Gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur serta tambahan tindakan pencegahan lainnya) dan mengkampanyekan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J).

"Melalui G1R1J, setiap rumah tangga wajib memiliki satu juru pemantau jentik untuk memastikan tidak ada tempat berkembangbiaknya nyamuk penyebab DBD," kata dia.

Dengan langkah-langkah antisipatif tersebut, kata dia, diharapkan angka kasus DBD di Batam dapat ditekan dan risiko penyebaran virus dapat diminimalisir.

Berdasarkan data terbaru dari Dinkes Kota Batam, hingga saat ini kasus DBD tertinggi berada di Kecamatan Batam Kota sebanyak 87 kasus serta tingkat insiden atau Incidence Rate (IR) sebesar 43/100.000 penduduk

Sementara untuk di Kecamatan Bengkong juga menunjukkan angka yang signifikan dengan 86 kasus dan IR 66/100.000 penduduk.

"Di Bengkong, kami melihat IR yang cukup tinggi, meskipun jumlah kasusnya mendekati Batam Kota, tingkat infeksi per jumlah penduduk menunjukkan risiko yang tidak bisa diabaikan," ujar Didi.

Namun dari segi risiko penyebaran, Kecamatan Batuampar menjadi wilayah paling rawan dengan IR tertinggi yaitu 78/100.000 penduduk, meskipun kasus temuannya 49 kasus DBD.

“Meskipun jumlah kasus di Kecamatan Batuampar lebih rendah dibandingkan Batam Kota, dengan 49 kasus, tingkat infeksi di Batuampar sangat tinggi jika dilihat dari proporsi penduduknya,” kata dia.

"Kasus DBD tersebar di berbagai kecamatan dan masing-masing wilayah memiliki tingkat risiko berbeda," kata Didi.

Baca juga:
Dinkes Tanjungpinang gandeng swasta untuk sediakan obat TBC gratis

Pemko Batam tingkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui ILP

Dinkes Batam intensifkan screening wujudkan eliminasi TBC 2030

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE