Dinkes Batam catat 414 kasus DBD selama Januari hingga Juli 2025

id kepri batam,dbd,genangan air,jentik,gertak g1r1j

Dinkes Batam catat 414 kasus DBD selama Januari hingga Juli 2025

Genangan air di jalanan saat curah hujan besar di Kota Batam, Kepri, Senin (4/8/2025). ANTARA/Angie

Batam (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam, Kepulauan Riau, mencatat 414 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi sepanjang Januari hingga Juli 2025, dan mengimbau masyarakat untuk lebih berwaspada terhadap jentik-jentik nyamuk di lingkungan sekitar.

“Tren tahunan menunjukkan kasus DBD cenderung naik pada triwulan akhir karena curah hujan meningkat. Maka dari itu, langkah pencegahan harus ditingkatkan. Masyarakat tidak boleh lengah,” kata Kepala Dinkes Batam Didi Kusmarjadi saat dihubungi di Batam, Senin.

Sesuai dengan data Dinkes Batam, jumlah ini lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2024, yang tercatat sebanyak 313 kasus dari Januari hingga Juli. Namun, ia menyampaikan bahwa meskipun kasus meningkat, situasi DBD tahun ini relatif lebih terkendali.

Ia menjelaskan bahwa angka insidensi (IR) hingga akhir Juli 2025 mencapai 30,85 per 100.000 penduduk dan jumlah kematian akibat DBD mengalami penurunan signifikan dibanding tahun lalu.

“Selama 2024 tercatat 14 kematian akibat DBD. Tahun ini hingga Juli terdapat dua kasus kematian. Ini hasil dari respons cepat petugas kesehatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk segera memeriksakan diri saat demam tinggi mendadak,” ujarnya.

Baca juga: Daging sapi jadi penyumbang inflasi tertinggi di Batam pada bulan Juli 2025

Tren kasus DBD di Batam selama tujuh tahun terakhir menunjukkan fluktuasi. Pada 2018 tercatat 639 kasus, lalu meningkat hingga 902 kasus pada 2022. Tahun 2023 sempat turun menjadi 392 kasus, namun melonjak kembali menjadi 871 kasus pada 2024.

Didi menegaskan bahwa musim hujan merupakan periode rawan penyebaran DBD karena nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di air jernih yang tergenang.

Untuk menekan angka penularan, Dinkes Batam menggalakkan dua program utama yakni Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) dan Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (GERTAK).

Kedua gerakan ini diatur dalam Surat Edaran No. 11 Tahun 2025 tentang Kewaspadaan Dini terhadap DBD.

“Melalui G1R1J, setiap rumah memiliki Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang rutin memeriksa dan memastikan tidak ada jentik nyamuk di lingkungan rumah. Hasilnya dilaporkan ke puskesmas setempat,” katanya menjelaskan.

Sementara itu, GERTAK dilaksanakan melalui kegiatan gotong royong massal di lingkungan warga untuk membersihkan dan menyingkirkan potensi sarang nyamuk.

Didi juga menekankan bahwa pencegahan berbasis masyarakat tetap menjadi kunci pengendalian DBD, terlebih menjelang musim hujan yang dapat memicu lonjakan kasus dan terdapat kecenderungan meningkatnya angka DBD di Triwulan II.

Baca juga: Pengadilan Tinggi Kepri batalkan putusan seumur hidup terdakwa Shigit Sarwo Edhi

Baca juga: KKP tangkap kapal asing yang curi ikan di Selat Malaka

Pewarta :
Uploader: Nadilla
COPYRIGHT © ANTARA 2025


Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE