Menteri Pertanian Palestina, Rezq Salimia, dalam konferensi pers di Ramallah, Selasa (21/10), menyebut sektor pertanian tengah menghadapi “transformasi besar dan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya” akibat pelanggaran sistematis Israel yang menargetkan tanah, air, rakyat, dan identitas nasional Palestina.
“Perang genosida (oleh Israel) di Jalur Gaza menyebabkan kehancuran luar biasa, melebihi 90 persen sumber daya dan aset pertanian, termasuk sumur irigasi, rumah kaca, dan fasilitas pertanian,” katanya.
Di Tepi Barat, lanjut Salimia, Israel menguasai lebih dari 60 persen wilayahnya, menghambat proyek pembangunan, reklamasi, dan rehabilitasi, serta mencegah perluasan penggunaan lahan pertanian.
Ia memperkirakan bahwa jika wilayah-wilayah tersebut dapat diakses, maka Palestina bisa memperoleh nilai ekonomi lebih dari 3 miliar dolar AS (sekitar Rp49,8 triliun) dan menciptakan sedikitnya 200.000 lapangan pekerjaan.
“Ini berarti kami bisa tidak lagi bergantung pada seluruh bantuan asing jika kami diizinkan berinvestasi di tanah-tanah tersebut,” ujar menteri itu.
Sejak awal tahun 2025 hingga pertengahan Oktober, lebih dari 5.353 petani terdampak oleh pelanggaran Israel, meningkat 17 persen dibandingkan tahun lalu.
Total kerugian diperkirakan melebihi 70,3 juta dolar AS (Rp1,16 triliun) termasuk pembakaran dan pencabutan pohon, penghancuran infrastruktur pertanian, pembunuhan serta pencurian ternak, perampasan puluhan ribu dunam lahan, serta pencegahan akses petani ke lahan.
Sementara itu, pemukim Israel dibiarkan menggembala secara sistematis di lahan tersebut.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Korea Utara luncurkan rudal balistik ke laut Jepang

Komentar