Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia disebut akan mengevaluasi aktivitas pertambangan yang tidak melakukan good mining practice (kaidah pertambangan yang baik) pascabanjir bandang di Sumatera.
“Siap-siaplah itu (tambang) yang berdampak segala macam terhadap lingkungan, akan dievaluasi untuk tambang dan lain-lainnya,” kata Juru Bicara Kementerian ESDM Dwi Anggia ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Senin.
Anggia menjelaskan evaluasi pertambangan akan dilakukan khususnya untuk tambang-tambang yang tidak melakukan good mining practices, hingga menimbulkan kerusakan terhadap ekosistem dan lingkungan.
Saat ini, kata dia, Kementerian ESDM fokus pemulihan wilayah terdampak banjir dan membantu ketersediaan pasokan energi bagi kementerian/lembaga lain yang juga terlibat dalam pemulihan.
“Misalkan, (memenuhi) kebutuhan solar untuk bahan bakar alat-alat berat Kementerian PU, untuk membuka dan membersihkan lokasi itu kan butuh banyak BBM di situ. Jadi itu diarahkan Pak Menteri untuk segera didistribusikan, meskipun tantangannya sulit,” kata Anggia.
Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Melky Nahar menilai Sumatera telah diperlakukan sebagai zona pengorbanan untuk tambang minerba. Terdapat sedikitnya 1.907 wilayah izin usaha pertambangan minerba aktif dengan total luas 2.458.469,09 hektare.
"Di tingkat kawasan hutan, skema Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH) menjadi pintu utama pelepasan fungsi lindung menjadi ruang ekstraksi," tutur dia.
Di Pulau Sumatera saat ini tercatat sedikitnya 271 PPKH dengan total luas 53.769,48 hektare.
Dari jumlah tersebut, 66 izin diperuntukkan bagi tambang dengan luas 38.206,46 hektare, 11 izin untuk panas bumi/geothermal dengan luas 436,92 hektare, 51 izin untuk migas seluas 4.823,87 hektare, 72 izin untuk proyek energi lainnya dengan luas 3.758,68 hektare, sementara sisanya diberikan untuk keperluan telekomunikasi, pemerintahan, dan berbagai kepentingan lain.
“PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola tambang emas Martabe di bentang Ekosistem Batang Toru, termasuk salah satu pemegang PPKH ini,” kata dia.
Dengan bukaan lahan yang saat ini diperkirakan telah mencapai sekitar 570,36 hektare di dalam kawasan hutan, menggambarkan skala intervensi langsung terhadap penyangga utama daerah aliran sungai di kawasan tersebut.
Menanggapi tudingan sebagai penyebab bencana, PTAR perlu meluruskan informasi bahwa lokasi banjir bandang di Desa Garoga berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Garoga/Aek Ngadol, yang berbeda dan tidak terhubung dengan DAS Aek Pahu, tempat PTAR beroperasi.
"Pemantauan kami juga tidak menemukan material kayu di DAS Aek Pahu yang dapat dikaitkan dengan temuan di wilayah banjir. PTAR mendukung penuh kajian komprehensif yang dilakukan pemerintah atas seluruh faktor penyebab bencana ini dan siap bekerja sama secara transparan," ujar Senior Manager Corporate Communications PTAR Katarina Siburian Hardono.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh menyatakan akses ke pedalaman di daerah itu yang terdampak banjir hingga saat ini masih lumpuh total.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Timur Ashadi di Aceh Timur, Senin, mengatakan medan sulit serta kondisi yang belum stabil membuat operasi penyelamatan masyarakat terdampak banjir menjadi hal yang menantang bagi petugas.
"Jumlah korban cukup banyak dan wilayah yang terdampak juga luas. Akses menuju daerah pedalaman, seperti Pante Bidari, lumpuh total. Kami memprioritaskan evakuasi korban selamat sambil terus mencari yang masih hilang," katanya.
Bupati Aceh Timur Iskandar Usman Al-Farlaky memperkirakan korban jiwa akibat banjir di daerah itu mencapai 30 orang lebih. Korban meninggal dunia terbanyak di antaranya di Kecamatan Pante Bidari.
"Kemarin juga dua korban telah dievakuasi serta di Peureulak Barat juga telah ditemukan yang sebelumnya hilang terseret arus saat menyelamatkan korban lainnya," kata dia.
Ribuan warga terdampak banjir di Kabupaten Aceh Timur mengungsi di tenda-tenda darurat. Korban banjir tersebut membutuhkan suplai makanan, air bersih, obat-obatan, dan selimut.
"Kami kekurangan makanan dan air. Anak-anak mulai sakit karena udara dingin dan kondisi darurat yang tidak nyaman," kata Yusnidar, pengungsi banjir.
Korban di kawasan Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur, mulai membersihkan rumah mereka dari material lumpur. Warga juga menemukan satu jenazah lengkap dengan kain kafan yang terseret banjir hingga di dalam rumah.
"Awalnya, saya mengira jenazah tersebut material banjir biasa. Setelah diperiksa, ternyata jenazah. Dari informasi yang kami terima, jenazah tersebut dari pemakaman, terseret arus hingga masuk rumah," kata Sapri, penghuni rumah.
Setelah ditelusuri keluarga dari jenazah tersebut, ketahui jenazah tersebut dikebumikan setahun lalu, tetapi kondisi masih utuh dan untuk selanjutnya dimakamkan keluarganya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menteri Bahlil akan evaluasi aktivitas tambang di Sumatera

Komentar