New York (ANTARA) - Dolar AS tergelincir terhadap safe-haven yen Jepang pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena investor cemas atas kekhawatiran bahwa virus corona yang menyebar dari China akan membatasi perjalanan dan merugikan ekonomi.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada Jumat (24/1/2020) mengonfirmasi kasus kedua virus corona baru di AS dari China pada seorang wanita Chicago, dan mengatakan sebanyak 63 kasus potensial sedang diselidiki karena penyakit yang mematikan kadang-kadang terus menyebar di seluruh dunia.
Virus yang baru ditemukan itu menewaskan 26 orang dan menginfeksi lebih dari 800 orang. Sebagian besar kasus dan semua kematian sejauh ini terjadi di China, di mana para pejabat memberlakukan pembatasan ketat pada perjalanan dan pertemuan publik.
Terhadap yen, yang cenderung menarik investor selama masa tekanan geopolitik atau keuangan mengingat status Jepang sebagai kreditor terbesar dunia, dolar AS melemah 0,22 persen pada 109,24 yen.
"Dolar dan yen menguat moderat di perdagangan New York pada Jumat (24/1/2020), dengan pembelian safe-haven menjadi penggerak utama memasuki akhir pekan," ujar Ronald Simpson, direktur pelaksana, analisis mata uang global di Action Economics, mengatakan dalam sebuah catatan.
"Kegelisahan meningkat, beberapa karena wabah virus korona tampaknya telah memburuk," kata Simpson.
Daya tarik dolar sebagai tempat berlindung yang aman membantu mendorongnya mendekati level tertinggi delapan minggu terhadap euro pada Jumat (23/1/2020). Langkah ini dibantu oleh data PMI Eropa yang biasa-biasa saja, yang menambah keyakinan pasar lebih luas bahwa pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) akan mempertahankan kebijakan moneter yang longgar untuk jangka pendek.
Aktivitas bisnis zona euro tetap loyo dengan Indeks Pembelian Manajer Komposit Zona Euro (IHS Markit), dipandang sebagai ukuran yang baik untuk kesehatan ekonomi, bertahan di 50,9 pada Januari tetapi gagal memenuhi rata-rata prediksi dalam jajak pendapat Reuters untuk 51,2.
Itu mengikuti PMI sebelumnya dari Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, yang menunjukkan sektor swasta memperoleh momentum.
Euro diperdagangkan 0,23 persen lebih rendah terhadap greenback pada 1,1027 dolar AS.
Data survei datang sehari setelah Bank Sentral Eropa tidak melakukan perubahan kebijakan, bertahan pada janjinya untuk tetap membeli obligasi dan, jika perlu, memotong suku bunga sampai inflasi zona euro kembali ke targetnya.
Sterling mundur, setelah awalnya menguat, karena beberapa investor masih mengharapkan penurunan suku bunga minggu depan meskipun survei bisnis menunjukkan pascapemilihan ada kenaikan di ekonomi Inggris. Pound melemah 0,33 persen terhadap greenback.
Dolar Kanada turun sekitar 0,13 persen terhadap mitranya di AS karena wabah virus corona membebani harga minyak.
Berita Terkait
Perputaran uang pada Kepri Ramadhan Fair capai Rp1 miliar
Senin, 25 Maret 2024 20:00 Wib
KPK periksa Sahroni soal dugaan aliran uang dari SYL ke partai NasDem
Senin, 25 Maret 2024 11:37 Wib
Ahmad Sahroni: KPK sarankan NasDem untuk kembalikan uang Rp40 juta dari SYL
Jumat, 22 Maret 2024 15:10 Wib
Hasbi Hasan bantah pernyataan dirinya terima uang Rp3 miliar dan tas mewah
Kamis, 21 Maret 2024 14:46 Wib
BI Kepri imbau warga tukar uang di tempat resmi
Kamis, 21 Maret 2024 8:26 Wib
BI siapkan uang rupiah Lebaran di Kepri Rp2 triliun
Kamis, 21 Maret 2024 7:15 Wib
Mesir sebut rekonstruksi Gaza perlu biaya 90 miliar dolar AS
Minggu, 10 Maret 2024 12:28 Wib
Pemkab Natuna tetapkan DBD sebagai KLB
Sabtu, 9 Maret 2024 12:57 Wib
Komentar