Jakarta (ANTARA) - Aplikasi listrik pintar atau smart metering yang berbasis internet of things (IoT) dapat meningkatkan efisiensi dan transparansi kelistrikan.
Chief Strategic Officer Miota Internasional Teknologi Asto Subroto mengatakan kebutuhan untuk menjalankan perusahaan energi dengan pemakaian dan manajemen yang lebih efisien menjadi salah satu pendorong implementasi listrik pintar pada industri energi saat ini.
"Data yang terkumpul melalui teknologi IoT akan membantu industri untuk peningkatan kualitas pelayanan, produktivitas, dan efisiensi,” kata Asto Subroto dalam keteranganya di Jakarta, Senin.
Internet of things merupakan teknologi yang memungkinkan perusahaan memantau dan mengontrol perangkat secara daring, sehingga tidak perlu mengirimkan pencatat meter ke rumah pelanggan karena kWh meter mampu mengirimkan data digital secara terus menerus.
Selain memungkinkan perusahaan penyedia jasa ketenagalistrikan memberikan penagihan yang akurat, konsumen juga bisa memantau penggunaan listrik mereka secara langsung melalui ponsel pintar.
Asto mengungkapkan sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang mengelola kelistrikan untuk konsumen di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, PT Muba Electric Power (MEP) telah menggunakan teknologi IoT tersebut.
BUMD pengelola kelistrikan yang sahamnya dimiliki Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin itu menggunakan smart metering dua arah yang mengubah pola pelanggan pasca bayar menjadi prabayar, sehingga penggunaan listrik dapat diketahui secara terbuka oleh penyedia maupun pelanggan.
Kini lebih dari 48 ribu pelanggan yang tersebar di 12 kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin telah melakukan migrasi dari kWh analog ke smart metering.
Dampak smart metering itu antara lain kemudahan cara bayar dan kepastian soal biaya yang dibayarkan pelanggan, mencegah penyelewengan akses dan distribusi listrik, serta mengurangi tunggakan tagihan pelanggan.
“Aplikasi dari implementasi ekosistem IoT memudahkan perusahaan swasta nasional dan multinasional, BUMN, dan BUMD mengelola listrik di era digitalisasi dan Industri 4.0,” pungkas Asto.
Chief Strategic Officer Miota Internasional Teknologi Asto Subroto mengatakan kebutuhan untuk menjalankan perusahaan energi dengan pemakaian dan manajemen yang lebih efisien menjadi salah satu pendorong implementasi listrik pintar pada industri energi saat ini.
"Data yang terkumpul melalui teknologi IoT akan membantu industri untuk peningkatan kualitas pelayanan, produktivitas, dan efisiensi,” kata Asto Subroto dalam keteranganya di Jakarta, Senin.
Internet of things merupakan teknologi yang memungkinkan perusahaan memantau dan mengontrol perangkat secara daring, sehingga tidak perlu mengirimkan pencatat meter ke rumah pelanggan karena kWh meter mampu mengirimkan data digital secara terus menerus.
Selain memungkinkan perusahaan penyedia jasa ketenagalistrikan memberikan penagihan yang akurat, konsumen juga bisa memantau penggunaan listrik mereka secara langsung melalui ponsel pintar.
Asto mengungkapkan sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang mengelola kelistrikan untuk konsumen di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, PT Muba Electric Power (MEP) telah menggunakan teknologi IoT tersebut.
BUMD pengelola kelistrikan yang sahamnya dimiliki Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin itu menggunakan smart metering dua arah yang mengubah pola pelanggan pasca bayar menjadi prabayar, sehingga penggunaan listrik dapat diketahui secara terbuka oleh penyedia maupun pelanggan.
Kini lebih dari 48 ribu pelanggan yang tersebar di 12 kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin telah melakukan migrasi dari kWh analog ke smart metering.
Dampak smart metering itu antara lain kemudahan cara bayar dan kepastian soal biaya yang dibayarkan pelanggan, mencegah penyelewengan akses dan distribusi listrik, serta mengurangi tunggakan tagihan pelanggan.
“Aplikasi dari implementasi ekosistem IoT memudahkan perusahaan swasta nasional dan multinasional, BUMN, dan BUMD mengelola listrik di era digitalisasi dan Industri 4.0,” pungkas Asto.