Tanjungpinang (ANTARA) - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepulauan Riau Tengku Said Arif Fadillah mengingatkan nelayan tradisional untuk tidak memaksakan diri melaut saat gelombang tinggi.
"Cuaca sekarang tidak menentu, peralihan dari musim angin selatan ke utara. Ini menyebabkan gelombang laut di sejumlah perairan menjadi tinggi," kata Arif, yang dihubungi dari Tanjungpinang, Jumat.
Ia mengimbau nelayan tradisional yang menggunakan kapal dengan kapasitas di bawah 10 GT sebaiknya lebih waspada, tidak memaksakan diri untuk melaut karena berisiko. Di Perairan Natuna dan Kepulauan Anambas, kata dia tinggi gelombang laut sekarang diperkirakan lebih dari 2 meter.
Tinggi gelombang laut pada musim perubahan berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, potensial berubah sewaktu-waktu menjadi jauh lebih tinggi. Gelombang laut di Perairan Natuna dan Anambas, yang berbatasan dengan sejumlah negara sejak dahulu kerap tinggi menjelang akhir tahun.
"Nelayan yang menggunakan kapal dengan kapasitas besar juga harus menggunakan rompi pelampung, dan menyiapkan pelampung jenis lainnya di perahu," katanya.
Arif mengatakan bahwa dirinya sejak kemarin berada di Natuna, salah satu memantau aktivitas nelayan nelayan. Nelayan tradisional di Natuna masih beraktivitas seperti biasa.
Nelayan Natuna terkenal berani mengarungi lautan dengan gelombang yang tinggi, padahal hanya menggunakan perahu kecil.
"Nelayan kita di Natuna memang pemberani dan ahli, namun saya ingatkan tetap harus waspada dan tidak memaksakan diri, karena berisiko. Utamakan keselamatan diri," katanya.
Ia mengakan persoalan nelayan tradisional yang tidak dapat melaut di Kepri saat musim angin utara sebenarnya sudah lama menjadi perhatian pemda. Pemerintah sudah mengupayakan agar nelayan tetap produktif selama di darat.
Pemda gencar mendorong kelompok nelayan untuk budidaya rumput laut. Selain itu, mereka juga dapat membangun usaha keramba ikan di bibir laut secara sederhana.
"Nelayan memiliki keahlian itu. Saya yakin usaha nelayan dapat berkembang," katanya.
Berdasarkan data, jumlah nelayan di Kepri mencapai 36.228 orang, tersebar di Batam 2.879 orang, Tanjungpinang 1.519 orang, Lingga 10.210 orang, Natuna 6.501 orang, Karimun 4.000 orang, Bintan 8.200 orang dan Anambas 2.919 orang.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Tanjungpinang Arifah mengatakan tinggi gelombang laut di Perairan Natuna dan Anambas diperkirakan berkisar antara 0,5-2,5 meter dalam sepekan ke depan. Sementara tinggi gelombang di Perairan Bintan-Tanjungpinang, Batam, Lingga, dan Karimun diperkirakan 0,5-1,25 meter.
Namun dalam kondisi tertentu, tinggi gelombang laut dapat berubah sehingga nelayan dan nakhoda kapal harus waspada.
"Nelayan tradisional yang menggunakan perahu dan kapal tongkang berisiko tinggi ketika berada di lautan dengan gelombang setinggi 2,5 meter. Karena itu, kami imbau agar berhati-hati," demikian Tengku Said Arif Fadillah .
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: DKP: Nelayan Kepri jangan melaut saat gelombang tinggi
"Cuaca sekarang tidak menentu, peralihan dari musim angin selatan ke utara. Ini menyebabkan gelombang laut di sejumlah perairan menjadi tinggi," kata Arif, yang dihubungi dari Tanjungpinang, Jumat.
Ia mengimbau nelayan tradisional yang menggunakan kapal dengan kapasitas di bawah 10 GT sebaiknya lebih waspada, tidak memaksakan diri untuk melaut karena berisiko. Di Perairan Natuna dan Kepulauan Anambas, kata dia tinggi gelombang laut sekarang diperkirakan lebih dari 2 meter.
Tinggi gelombang laut pada musim perubahan berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, potensial berubah sewaktu-waktu menjadi jauh lebih tinggi. Gelombang laut di Perairan Natuna dan Anambas, yang berbatasan dengan sejumlah negara sejak dahulu kerap tinggi menjelang akhir tahun.
"Nelayan yang menggunakan kapal dengan kapasitas besar juga harus menggunakan rompi pelampung, dan menyiapkan pelampung jenis lainnya di perahu," katanya.
Arif mengatakan bahwa dirinya sejak kemarin berada di Natuna, salah satu memantau aktivitas nelayan nelayan. Nelayan tradisional di Natuna masih beraktivitas seperti biasa.
Nelayan Natuna terkenal berani mengarungi lautan dengan gelombang yang tinggi, padahal hanya menggunakan perahu kecil.
"Nelayan kita di Natuna memang pemberani dan ahli, namun saya ingatkan tetap harus waspada dan tidak memaksakan diri, karena berisiko. Utamakan keselamatan diri," katanya.
Ia mengakan persoalan nelayan tradisional yang tidak dapat melaut di Kepri saat musim angin utara sebenarnya sudah lama menjadi perhatian pemda. Pemerintah sudah mengupayakan agar nelayan tetap produktif selama di darat.
Pemda gencar mendorong kelompok nelayan untuk budidaya rumput laut. Selain itu, mereka juga dapat membangun usaha keramba ikan di bibir laut secara sederhana.
"Nelayan memiliki keahlian itu. Saya yakin usaha nelayan dapat berkembang," katanya.
Berdasarkan data, jumlah nelayan di Kepri mencapai 36.228 orang, tersebar di Batam 2.879 orang, Tanjungpinang 1.519 orang, Lingga 10.210 orang, Natuna 6.501 orang, Karimun 4.000 orang, Bintan 8.200 orang dan Anambas 2.919 orang.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Tanjungpinang Arifah mengatakan tinggi gelombang laut di Perairan Natuna dan Anambas diperkirakan berkisar antara 0,5-2,5 meter dalam sepekan ke depan. Sementara tinggi gelombang di Perairan Bintan-Tanjungpinang, Batam, Lingga, dan Karimun diperkirakan 0,5-1,25 meter.
Namun dalam kondisi tertentu, tinggi gelombang laut dapat berubah sehingga nelayan dan nakhoda kapal harus waspada.
"Nelayan tradisional yang menggunakan perahu dan kapal tongkang berisiko tinggi ketika berada di lautan dengan gelombang setinggi 2,5 meter. Karena itu, kami imbau agar berhati-hati," demikian Tengku Said Arif Fadillah .
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: DKP: Nelayan Kepri jangan melaut saat gelombang tinggi