Tanjungpinang (ANTARA) - Akademisi Ekonomi dari Universitas Internasional Batam (UIB) Suyono Saputro menyebut peran sektor pariwisata bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) masih kurang dominan, padahal berstatus sebagai salah satu penyumbang wisatawan mancanegara (Wisman) terbesar nasional.
Dari data BPS Kepri, jumlah kunjungan wisman di daerah itu sepanjang tahun 2023 mencapai 1,5 juta orang atau tertinggi ketiga nasional setelah Bali dan Jakarta.
"Sektor pariwisata perlu ditingkatkan lagi agar ke depannya semakin berkontribusi besar terhadap perekonomian Kepri," kata Suyono di Tanjungpinang, Selasa.
Berdasarkan data BPS tahun 2023, kata dia, nilai total ekonomi Kepri tahun lalu berkisar di angka Rp300 triliun.
Penyumbang terbesar ekonomi daerah berjuluk Bumi Segantang Lada itu ialah sektor industri sebesar 40,23 persen, diikuti konstruksi 21,92 persen, pertambangan 10,17 persen, perdagangan 8,53 persen.
Lalu, pertanian 3,03 persen, jasa keuangan 2,64 persen, informatika dan komunikasi 2,62 persen, administrasi 2,5 persen, transportasi 1,95 persen.
Sementara sektor akomodasi (industri pariwisata, hotel dan restoran) jadi yang terkecil, yaitu 1,78 persen atau sekitar Rp5 triliun.
Minimnya kontribusi sektor pariwisata di Kepri, salah satunya dipengaruhi rendahnya masa tinggal wisman ke daerah tersebut, yakni sekitar dua atau tiga hari sehingga uang yang dibelanjakan atau spending money tidak begitu besar.
Berbeda halnya dengan kondisi pariwisata di Bali dengan masa tinggal wisman mencapai tujuh hari, maka tak heran kalau sektor akomodasi menjadi andalan pertama pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata tersebut.
"Kepri harus berupaya meningkatkan masa tinggal wisman, sehingga uang yang dibelanjakan wisman pun lebih besar," ungkap Suyono.
Suyono melanjutkan salah satu tantangan pemerintah daerah di Kepri ialah bagaimana membuat destinasi wisata baru supaya turis asing bertahan lebih lama di Kepri.
Seluruh kabupaten/kota se-Kepri punya potensi wisata yang bisa dikembangkan untuk menarik minat kunjungan wisman. Mulai dari Batam, Tanjungpinang, Karimun, Bintan, Lingga, hingga Natuna dan Anambas.
Tantangan lainnya ialah tingginya harga tiket pesawat turut menghambat wisatawan berkunjung ke Kepri, misalnya dari Jakarta ke Natuna atau Anambas. Sedangkan pilihan destinasi wisata yang ditawarkan masih minim.
"Pembenahan sekaligus peningkatan sektor pariwisata di Kepri tentu memerlukan perencanaan yang matang dengan melibatkan seluruh stakeholder terkait," demikian Suyono.
Dari data BPS Kepri, jumlah kunjungan wisman di daerah itu sepanjang tahun 2023 mencapai 1,5 juta orang atau tertinggi ketiga nasional setelah Bali dan Jakarta.
"Sektor pariwisata perlu ditingkatkan lagi agar ke depannya semakin berkontribusi besar terhadap perekonomian Kepri," kata Suyono di Tanjungpinang, Selasa.
Berdasarkan data BPS tahun 2023, kata dia, nilai total ekonomi Kepri tahun lalu berkisar di angka Rp300 triliun.
Penyumbang terbesar ekonomi daerah berjuluk Bumi Segantang Lada itu ialah sektor industri sebesar 40,23 persen, diikuti konstruksi 21,92 persen, pertambangan 10,17 persen, perdagangan 8,53 persen.
Lalu, pertanian 3,03 persen, jasa keuangan 2,64 persen, informatika dan komunikasi 2,62 persen, administrasi 2,5 persen, transportasi 1,95 persen.
Sementara sektor akomodasi (industri pariwisata, hotel dan restoran) jadi yang terkecil, yaitu 1,78 persen atau sekitar Rp5 triliun.
Minimnya kontribusi sektor pariwisata di Kepri, salah satunya dipengaruhi rendahnya masa tinggal wisman ke daerah tersebut, yakni sekitar dua atau tiga hari sehingga uang yang dibelanjakan atau spending money tidak begitu besar.
Berbeda halnya dengan kondisi pariwisata di Bali dengan masa tinggal wisman mencapai tujuh hari, maka tak heran kalau sektor akomodasi menjadi andalan pertama pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata tersebut.
"Kepri harus berupaya meningkatkan masa tinggal wisman, sehingga uang yang dibelanjakan wisman pun lebih besar," ungkap Suyono.
Suyono melanjutkan salah satu tantangan pemerintah daerah di Kepri ialah bagaimana membuat destinasi wisata baru supaya turis asing bertahan lebih lama di Kepri.
Seluruh kabupaten/kota se-Kepri punya potensi wisata yang bisa dikembangkan untuk menarik minat kunjungan wisman. Mulai dari Batam, Tanjungpinang, Karimun, Bintan, Lingga, hingga Natuna dan Anambas.
Tantangan lainnya ialah tingginya harga tiket pesawat turut menghambat wisatawan berkunjung ke Kepri, misalnya dari Jakarta ke Natuna atau Anambas. Sedangkan pilihan destinasi wisata yang ditawarkan masih minim.
"Pembenahan sekaligus peningkatan sektor pariwisata di Kepri tentu memerlukan perencanaan yang matang dengan melibatkan seluruh stakeholder terkait," demikian Suyono.