Tanjungpinang (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Rustam memprediksi angka demam berdarah dengue (DBD) di daerah itu berpotensi meningkat dipicu perubahan pola musim cuaca.
Rustam menyebut sejak bulan Maret sampai April 2024 curah hujan cukup tinggi setelah musim panas. Kemudian, di bulan Mei 2024 cuaca kembali panas dan sesekali terjadi hujan.
"Siklus kehidupan nyamuk aedes aegypti atau nyamuk demam berdarah di saat musim panas biasanya bertelur. Semakin lama cuaca panas, maka makin banyak telur yang berkumpul," kata Rustam di Tanjungpinang, Rabu.
Namun setelah turun hujan, kata dia, telur tersebut dengan mudah menetas jadi nyamuk, sehingga dikhawatirkan terjadi peningkatan kepadatan nyamuk yang kemudian berimplikasi terhadap meningkatnya kasus DBD.
"Telur nyamuk demam berdarah bisa bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-bertahun," ujar Rustam.
Baca juga: Pemprov Kepri usul enam proyek strategis melalui Musrenbangnas 2024
Ia mengatakan nyamuk aedes mencari air jernih yang bertakung untuk bertelur, misalnya di dalam bak mandi, di bawah kulkas, dispenser, termasuk di ban bekas atau botol minuman mineral yang ada di sekitar rumah.
Oleh karena itu, masyarakat atau keluarga diimbau agar di lingkungan rumah tak ada tempat atau wadah yang memungkinkan untuk nyamuk aedes berkembang biak.
"Perkembangan nyamuk sangat cepat, dalam tujuh hari sudah bisa jadi dewasa," ujar Rutsam.
Lanjut Rustam mengutarakan upaya antisipasi peningkatan kasus DBD terus dilakukan pihaknya dan jajaran dengan cara rutin memberikan informasi dan penyadaran kepada masyarakat untuk melakukan gerakan 3M Plus.
Ia menerangkan 3M ialah menutup tempat penampung air supaya nyamuk tak bisa menempatkan telur, lalu menguras bak mandi secara berkala, serta mendaur ulang atau mengubur barang-barang bekas agar tidak bisa dimanfaatkan untuk genangan air.
Baca juga: Pemprov Kepri komitmen berantas korupsi
Sementara Plusnya, antara lain tidak menggantung sembarangan pakaian di rumah, sebaliknya disimpan di lemari tertutup. Pakaian yang tergantung di ruang terbuka, menjadi tempat istirahat yang nyaman bagi nyamuk.
Kemudian, tempat keluar masuk nyamuk dipasang kawat pasar atau kelambu. Lalu, bisa pula menyimpan tanaman tertentu seperti serai dan lavender untuk mengusir nyamuk.
Sementara bagi rumah keluarga yang terdapat kolam, harus rutin dirawat dan diberi ikan yang bisa memakan jentik sehingga tak berkembang.
"Paling lama setiap seminggu atau tiga hari sekali, bersihkan tempat-tempat genangan air yang ada di lingkungan rumah untuk mencegah nyamuk demam berdarah," ucap Rustam.
Rustam menambahkan semakin tinggi kesadaran warga melaksanakan gerakan 3M Plus, maka akan semakin rendah kasus DBD di Tanjungpinang.
DBD merupakan penyakit endemic atau senantiasa ada di lingkungan masyarakat, namun bisa dicegah dengan kesadaran bersama, terutama masyarakat.
"Ketika terjadi kasus DBD, kecemasan keluarga jadi luar biasa, bahkan sesekali bisa menimbulkan kematian," ujar Rustam.
Baca juga: Pemko Batam: 78 sasaran audit kasus stunting dengan kategori risiko
Sementara, berdasarkan data tercatat jumlah kasus DBD di Tanjungpinang sebanyak 40 kasus di sepanjang Januari-April 2024, turun dibanding periode yang sama tahun 2023 yang sebanyak 48 kasus.
Kasus DBD di Tanjungpinang mengalami turun naik selama Januari hingga April 2024. Dari bulan Januari sebanyak 12 kasus DBD, lalu di Februari turun menjadi sembilan kasus, kemudian Maret delapan kasus, dan April naik kembali menjadi 11 kasus.
Sebaran kasus DBD paling dominan di Kelurahan Kampung Baru sebanyak sepuluh kasus, lalu diikuti Pinang Kencana, Kilometer 9, Air Raja, Kota Piring, dan Tanjung Ayun Sakti.
"Khusus Pulau Penyengat, sejauh ini nol kasus atau sama dengan tahun lalu," demikian Rustam.
Baca juga: PPIH Embarkasi Batam: 1.340 calon haji sudah tiba di Madinah
Rustam menyebut sejak bulan Maret sampai April 2024 curah hujan cukup tinggi setelah musim panas. Kemudian, di bulan Mei 2024 cuaca kembali panas dan sesekali terjadi hujan.
"Siklus kehidupan nyamuk aedes aegypti atau nyamuk demam berdarah di saat musim panas biasanya bertelur. Semakin lama cuaca panas, maka makin banyak telur yang berkumpul," kata Rustam di Tanjungpinang, Rabu.
Namun setelah turun hujan, kata dia, telur tersebut dengan mudah menetas jadi nyamuk, sehingga dikhawatirkan terjadi peningkatan kepadatan nyamuk yang kemudian berimplikasi terhadap meningkatnya kasus DBD.
"Telur nyamuk demam berdarah bisa bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-bertahun," ujar Rustam.
Baca juga: Pemprov Kepri usul enam proyek strategis melalui Musrenbangnas 2024
Ia mengatakan nyamuk aedes mencari air jernih yang bertakung untuk bertelur, misalnya di dalam bak mandi, di bawah kulkas, dispenser, termasuk di ban bekas atau botol minuman mineral yang ada di sekitar rumah.
Oleh karena itu, masyarakat atau keluarga diimbau agar di lingkungan rumah tak ada tempat atau wadah yang memungkinkan untuk nyamuk aedes berkembang biak.
"Perkembangan nyamuk sangat cepat, dalam tujuh hari sudah bisa jadi dewasa," ujar Rutsam.
Lanjut Rustam mengutarakan upaya antisipasi peningkatan kasus DBD terus dilakukan pihaknya dan jajaran dengan cara rutin memberikan informasi dan penyadaran kepada masyarakat untuk melakukan gerakan 3M Plus.
Ia menerangkan 3M ialah menutup tempat penampung air supaya nyamuk tak bisa menempatkan telur, lalu menguras bak mandi secara berkala, serta mendaur ulang atau mengubur barang-barang bekas agar tidak bisa dimanfaatkan untuk genangan air.
Baca juga: Pemprov Kepri komitmen berantas korupsi
Sementara Plusnya, antara lain tidak menggantung sembarangan pakaian di rumah, sebaliknya disimpan di lemari tertutup. Pakaian yang tergantung di ruang terbuka, menjadi tempat istirahat yang nyaman bagi nyamuk.
Kemudian, tempat keluar masuk nyamuk dipasang kawat pasar atau kelambu. Lalu, bisa pula menyimpan tanaman tertentu seperti serai dan lavender untuk mengusir nyamuk.
Sementara bagi rumah keluarga yang terdapat kolam, harus rutin dirawat dan diberi ikan yang bisa memakan jentik sehingga tak berkembang.
"Paling lama setiap seminggu atau tiga hari sekali, bersihkan tempat-tempat genangan air yang ada di lingkungan rumah untuk mencegah nyamuk demam berdarah," ucap Rustam.
Rustam menambahkan semakin tinggi kesadaran warga melaksanakan gerakan 3M Plus, maka akan semakin rendah kasus DBD di Tanjungpinang.
DBD merupakan penyakit endemic atau senantiasa ada di lingkungan masyarakat, namun bisa dicegah dengan kesadaran bersama, terutama masyarakat.
"Ketika terjadi kasus DBD, kecemasan keluarga jadi luar biasa, bahkan sesekali bisa menimbulkan kematian," ujar Rustam.
Baca juga: Pemko Batam: 78 sasaran audit kasus stunting dengan kategori risiko
Sementara, berdasarkan data tercatat jumlah kasus DBD di Tanjungpinang sebanyak 40 kasus di sepanjang Januari-April 2024, turun dibanding periode yang sama tahun 2023 yang sebanyak 48 kasus.
Kasus DBD di Tanjungpinang mengalami turun naik selama Januari hingga April 2024. Dari bulan Januari sebanyak 12 kasus DBD, lalu di Februari turun menjadi sembilan kasus, kemudian Maret delapan kasus, dan April naik kembali menjadi 11 kasus.
Sebaran kasus DBD paling dominan di Kelurahan Kampung Baru sebanyak sepuluh kasus, lalu diikuti Pinang Kencana, Kilometer 9, Air Raja, Kota Piring, dan Tanjung Ayun Sakti.
"Khusus Pulau Penyengat, sejauh ini nol kasus atau sama dengan tahun lalu," demikian Rustam.
Baca juga: PPIH Embarkasi Batam: 1.340 calon haji sudah tiba di Madinah